37. Improvisasi

232 28 6
                                    

Sebelum baca vote dulu yuk~

***

Lima menit sebelum jam istirahat berakhir, Jingga kembali ke aula setelah selesai makan siang bersama pacarnya di kantin. Gara-gara kesalahpahaman kemarin sore, dia hampir putus dengan Regina. Untung saja laki-laki itu pandai berkata manis hingga Regina akhirnya percaya, dan mereka kembali berbaikan. Jika saja hubungannya dengan Regina kandas, maka Jingga akan menyalahkan Bunga atas semuanya, dan tidak akan membiarkan gadis itu hidup tenang.

Di aula ada Esa dan Aksa yang stand by menjaga kotak suara. Dua orang yang sudah diberi tugas khusus itu, tersenyum karir saat melihat kedatangan Jingga.

"Beres?" tanya Jingga.

"Aman, Bos!" jawab Esa dengan dua jempol.

"Bagus." Jingga manggut-manggut sambil berjalan memutari meja. Matanya hanya tertuju pada kotak suara yang ada di atas meja. "Kalian gak ninggalin kotak ini sedetik pun, kan?"

Pertanyaan Jingga membuat wajah Esa dan Aksa menjadi pucat. Duo sejoli itu saling pandang, seolah tengah berkomunikasi lewat telepati.

"Kok diem?"

"Aman, Jing. Kita stand by terus di sini, kok!" Dengan cepat Aksa menjawab. Cengiran kikuk menghiasi wajahnya.

Tiba-tiba saja Jingga terdiam, memperhatikan bagian belakang kotak suara dengan tatapan selidik. Lantas, dia menoleh ke arah Esa dan Aksa dengan sorot tajam. "Kalian beneran udah tukar kotak ini, kan?"

"Udah." Aksa menjawab dengan yakin. "Iya, kan?" tanyanya kepada Esa, yang langsung dibalas anggukkan oleh anak itu.

Namun, Jingga tidak percaya sama sekali. Dia berjongkok dan mengambil kotak suara yang ada di kolong meja. Saat mendapati sebuah tanda silang kecil dari spidol hitam di bagian belakang kotak itu, Jingga langsung membawa kotak itu ke atas meja, dan menukarnya.

"Eh, kok dituker lagi, sih?" tanya Esa dengan heran.

"Karena lo berdua gak becus!" Jingga menyimpan kotak suara yang asli ke kolong meja. Setelah itu, dia menatap Esa dan Aksa dengan kesal. "Sia-sia gue bayar kalian," katanya, "Bodoh!"

Esa dan Aksa saling memandang bingung.

"Keluar lo berdua!" bentak Jingga dengan bengis. "Keluar!" Dia berteriak lagi, saat Esa akan berbicara. Baginya, tak ada yang perlu didengar dari orang-orang yang gagal. Seperti Esa dan Aksa yang gagal menukar kotak suara, dan hampir membuat rencananya hancur.

Sementara itu, Sagara yang sedang mengawasi di ruang CCTV mengacak-acak rambutnya frustrasi. Dia tidak menyangka ternyata Jingga tahu bahwa kotak suara yang ada di meja adalah kotak suara yang asli. Entah tahu dari mana, yang pasti gara-gara Jingga menukar kotaknya lagi, maka rencana Tiga Faktorial telah gagal. Tujuan mereka tidak tercapai.

"Kok bisa sih dia tahu bukan itu kotaknya?" tanya Elang dari telepon suara. "Ah, sia-sia gue pura-pura kesurupan tadi!"

"Kita harus tuker kotak itu lagi. Secepatnya!" ujar Rasa, tidak mau menyerah secepat itu.

"Tapi gimana, Sa? Jam istirahat 3 menit lagi selesai. Habis itu akan ada penghitungan suara. Gimana caranya kita bisa nuker kotaknya lagi?" Sagara berkata dengan frustrasi. Dia melihat dari rekaman kamera pengawas, aula sudah mulai dimasuki oleh orang-orang yang ingin melihat perhitungan suara.

"Kita udah gak punya waktu. Kita kalah," kata Bunga, sama putus asanya dengan Sagara.

Namun, tiba-tiba saja Chiko berkata dengan tegas, "Kita belum kalah!"

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang