30. Misi Hari Rabu

331 40 3
                                    

Mungkin lebih dari dua minggu saya gak update. Sepertinya akan banyak pembaca yang kabur. Tapi gapapa, digantung memang gak enak, kok. Ke depannya, mungkin akan saya usahakan update lebih sering. Untuk yang tetap bertahan dan mendukung meski sempat digantung, saya ucapkan terimakasih.

***

            Rabu akhirnya datang juga. Seolah menjadi hari yang ditunggu-tunggu, geng Tiga Faktorial menitikberatkan atensi mereka pada hari yang 'penting' ini, terkhusus pada jam 10 pagi nanti. Dapat dikatakan, semua pertanyaan mereka akan segala prasangka-prasangka yang mereka rangkai, akan segera terjawab. Entah tebakan mereka akan 'orang-orang tersangka' itu benar, atau malah meleset jauh.

Dimulai dari Sagara. Tanpa pikir panjang dia memilih untuk mengawasi salah satu tersangka yang terlibat dalam kecurangan hipotesis ini, yaitu Reyza. Yang konon adalah tersangka utama yang akan melakukan kecurangan di pemilihan nanti.

Tidak ada yang istimewa dari yang Sagara lakukan, selain berangkat sekolah setelah Rey berangkat. Sagara mengikuti dari belakang, mengamati dari jarak sekitar 4 meter. Tidak banyak yang bisa dia lakukan, karena mereka berbeda kelas. Terlebih kelas mereka sangat jauh karena berbeda rumpun; IPA dan IPS. Namun, Sagara akan memaksimalkan di jam-jam bebas seperti jam istirahat nanti –pukul 10 pagi.

Beralih dari Sagara, ada Bunga yang sedang menunggu Jingga melewat di gerbang SMA Gemilang. Sambil memakan permen loli, Bunga bertukar pesan dengan salah satu kakak kelasnya yang saat ini sedang pulang kampung karena ibunya sakit.

Kak Bio : Gue udah ijin ke kabidnya. Kayaknya gak usah digantiin juga. Panitia lain juga masih banyak kok. Lagian lo cewek, emang bisa angkut-angkut?

Bunga : Bisa lah. Udah lo bilang aja ke kabid logistik, gue mau gantiin posisi lo kak

Kak Bio : Gak bisalah anjir. Udah pembacaan SK kemarin. Nama lo mah gak terdaftar jadi panitia pemilihan. Mana bisa.

Bunga : Ribet

Dengan kesal Bunga menyimpan handphone-nya. Matanya melebar saat melihat Jingga melewat tepat di depan matanya. Dengan tanpa pikir panjang, Bunga berlari dan menghadang jalan Jingga. Membuat Jingga menghentikan langkah dengan wajah bingung.

"Kenapa lo?" tanyanya ketus, memandang gadis tidak dikenal di hadapannya dengan aneh.

Bunga tersenyum menahan malu. "Kak, gue Bunga anak kelas X. Gue disuruh Kak Bio XII-3 IPA untuk gantiin posisi dia di kepanitiaan pemilihan nanti, karena Kak Bio lagi pulang kampung."

Kening Jingga mengerut bingung. Beberapa saat dia terdiam berpikir, kemudian menjawab dengan tegas, "Gak bisa!"

Bunga terkejut. "Kok gitu?"

"Bio udah terdaftar jadi panitia pemilihan, jadi posisi dia gak bisa diganti."

"Meskipun dia gak bakal bantu apa-apa karena lagi pulang kampung?"

"Itu bukan urusan lo." Jingga menatap Bunga tajam, kemudian berjalan pergi melewati gadis itu.

Bunga tidak menyerah. Dia berlari mengejar si mantan ketua Himpunan. "Kalau gitu gue mau jadi volunteer aja, Kak! Gapapa, bantu angkut-angkut aja, please!"

Jingga menghentikan langkah secara tiba-tiba, membuat Bunga hampir menabrak punggung laki-laki itu, jika tidak berhenti tepat waktu.

Laki-laki itu berbalik, memandang Bunga dengan sorot tajam penuh curiga. Tangannya bersedekap sombong. "Apa tujuan lo?"

"Hah?"

"Kenapa lo ngebet banget pengen masuk kepanitiaan pemilihan kepengurusan baru?" tanyanya lebih jelas, membuat Bunga panik. "Apa niat terselubung lo, huh?"

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang