21. Lengser

320 49 1
                                    

Pukul setengah enam sore, perpustakaan SMA Gemilang. Sesuai dengan arahan dari Mr. Black, di sanalah keberadaan Chiko sekarang. Berjalan menyusuri rak buku, seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya saat pencairan poin misi uji coba. Jika saat itu Chiko mendapat petunjuk 'novel best seller', kali ini dia diberikan kata kunci, 'Imajiner Infinity'.

Saat membaca kata kunci yang diyakini sebagai nama itu, Chiko merasa tidak asing. Dia ingat pernah membaca nama itu sebelumnya. Mungkin nama penulis buku. Alhasil Chiko melihat buku-buku fiksi yang pernah dia pinjam dari perpustakaan. Melihat satu per satu penulis buku tersebut. Hingga akhirnya, sampailah dia pada sebuah novel berjudul 'Sampai Jumpa Lagi', karangan seorang author dengan nama pena Imajiner Infinity.

Chiko membuka lembaran novel tersebut, tetapi tak menemukan satu pun amplop di sana seperti waktu itu. Namun ada sebuah note yang menempel di halaman terakhir novel. Isinya:

Ikan Cupang, yang kamu cari ada di laci meja penjaga perpustakaan. Ambil sebelum penjaga perpustakaan datang.

Chiko melirik ke meja penjaga perpustakaan yang kosong. Dia segera mengambil note tersebut dan memasukkannya ke saku. Tanpa tunggu lama, dia berjalan menuju meja penjaga perpustakaan sambil celingak-celinguk mengawasi sekitar. Dirasa aman, buru-buru dia membuka satu per satu laci di meja tersebut, hingga mendapati sebuah amplop cokelat di dalam sana.

Baru tangan Chiko terulur mengambil amplop tersebut, suara kedatangan seseorang terdengar. Buru-buru dia menyembunyikan amplop cokelat itu di balik almamater yang ia pakai. Lantas berdiri, dengan wajah tegang dan kaku. Tampak cukup mencurigakan bagi siapa pun yang melihat.

"Ngapain lo di meja penjaga perpustakaan?" tanya seorang siswa laki-laki yang baru saja datang. Mata agak sipitnya memicing, menatap Chiko penuh curiga.

Mampus! Orang yang sekarang ada di hadapannya adalah Bima, kakak kelas sekaligus anak dari kepala sekolah SMA Gemilang.

Bagaimana ini? Jika Bima curiga, bisa-bisa dia mencepukan Chiko ke kepala sekolah, yang akan membuat Chiko berada dalam masalah lagi.

"G-gue---" Chiko kelabakan. Bingung mencari alibi yang masuk akal. Namun otaknya buntu.

"Lo pasti lagi disuruh Pak Heru jaga perpustakaan, ya?"

Tebakan Bima itu dibalas cengiran kikuk dari Chiko. "Ah, iya ...." Dia manggut-manggut. Untung Bima sendiri yang memberinya jalan untuk berkelit.

Bima berdecak pelan sambil berjalan memasuki perpustakaan. "Pak Heru emang suka ngilang, terus alihin tanggungjawabnya gitu aja ke sembarang orang," ujarnya dengan gelengan, "Tukang makan gaji buta. Lain kali, mungkin gue bakal laporin dia ke kepala sekolah."

Chiko tertawa garing mendengarnya. Tuh, kan. Bima itu tukang cepu.

"Ya udah, lo tungguin perpustakaan sampai Pak Heru datang." Bima melirik Chiko tajam, kemudian berjalan pergi menyusuri rak buku. Sedikit songong, namanya juga anak kepala sekolah.

Gara-gara itu, Chiko jadi terjebak di perpustakaan. Duduk di meja penjaga perpustakaan ---menghayati perannya sebagai pengganti Pak Heru. Rencananya, jika Bima lebih dulu pergi sebelum Pak Heru datang, maka Chiko juga akan keluar diam-diam dari sana.

Tidak lama kemudian, Bima datang sambil menenteng sebuah buku. Mata Chiko menyipit memperhatikan buku tersebut. Tidak salah lagi, buku itu adalah novel yang tadi berisi note dari Mr. Black untuknya. Chiko sedikit tidak percaya, tetapi juga lega. Untung saja dia yang lebih dulu membuka buku itu daripada Bima.

Sistem pembagian poin Mr. Black ini memang terbilang berisiko.

"Kenapa muka lo gitu banget?" tanya Bima heran melihat ekspresi Chiko.

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang