24. Tahap Pertama

371 49 3
                                    

Hari tes tulis pengetahuan akademik untuk bakal calon Ketua Umum Himpunan Siswa Gemilang akhirnya datang juga. Lima orang calon ketua dari masing-masing asrama, dengan satu orang dari masing-masing asrama Antariksa dan Benua, serta tiga orang delegasi dari asrama Dirgantara. Dari lima calon ketua itu, keempatnya berasal dari kelas IPA, dan hanya Sagara sendiri yang merupakan anak IPS. Tes pengetahuan akademik hari ini disesuaikan dengan jurusan yang diambil. Maka Sagara menjadi satu-satunya orang yang akan mendapat soal berbeda dari yang lain.

Sagara sudah menyiapkan diri dengan belajar semalaman. Meski dapat dikatakan majunya Sagara ini adalah bukan atas keinginannya sendiri, tetapi kali ini dia bersungguh-sungguh. Menjadi ketua umum itu berbeda dengan menjadi anggota bidang. Sagara bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri jika menang. Mana mungkin dia menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini.

"Udah siap?" tanya Elang kepada Sagara.

Sekarang empat anggota Tiga Faktorial sedang berkumpul di dekat ruang ujian ---mengerumuni Sagara sebelum tes tulis dilaksanakan. Semua itu atas permintaan Bunga yang kekeh mengatakan bahwa mereka harus menyemangati Sagara sebelum dia masuk ruang ujian.

"Gue selalu siap untuk ujian," jawab Sagara dengan acuh tak acuh. Sedikit sok, memang gayanya.

Chiko memutar bola matanya malas. "Awas aja ya, kalo nilai lo jeblok."

"Gue dapat nilai jeblok?" Sagara menunjuk dirinya sendiri sambil tertawa jenaka. "Ini masih pagi. Gak usah ngelawak."

Melihat tingkat kepercaya dirian Sagara yang tingginya sampai menembus langit itu, Chiko hanya bisa mendengus pelan. Sagara itu orangnya memang sok, tapi dia betulan bisa diandalkan. Singkatnya, kesombongan laki-laki itu tidak sia-sia. Meski tetap saja tampak menyebalkan di mata orang-orang.

"Semangat, Kak!" Bunga menyengir sambil mengepalkan kedua tangannya ke atas. "Kalau lolos, jangan lupa traktir bakso kantin, ya."

"Ternyata ada udang di balik batu." Sagara berdecak pelan, tetapi kemudian mengangkat jempolnya tanda setuju.

"Tapi kita beneran tulus kok semangatin lo," kata Rasa sembari tersenyum. "Good luck." Dia lantas menatap teman-temannya yang lain. "Kalau Sagara lolos, gue yang bakal traktir kalian semua."

Elang dan Bunga bersorak senang tanpa malu. "Nah, gitu dong, Kak!" celetuk Elang sambil cekikikan. Dia melakukan tos dengan Bunga.

"Gak usah," tolak Sagara dengan wajah datar. "Gak ada traktir-traktiran."

Seketika itu juga wajah Elang dan Bunga menjadi suram.

"Kenapa?" Rasa mengerutkan keningnya. "Sedikit perayaan gak masalah, kan? Lagian uang imbalan misi yang kemarin masih utuh."

"Bener, tuh!" sambung Elang, mengompori. "Dipake dikit buat traktir gak ngaruh." Elang tersenyum sambil menaik-nurunkan alisnya. "Gaskeun atuh!"

"GAASS!" sahut yang lain dengan kompak, lantas tertawa. Entah sejak kapan mereka semua menjadi sedekat ini. Padahal tadinya mereka hanya lima orang asing yang rasanya tak mungkin saling mengenal jika tidak disatukan oleh situs bernama Tiga Faktorial.

Mr. Black menjadi 'dalang' dari persahabatan mereka.

Terkadang mereka pun bertanya-tanya, siapa itu Mr. Black yang berada di balik situs Tiga Faktorial?

***

Tes pengetahuan akademik yang diikuti oleh lima bakal calon ketua Himpunan itu berlangsung dengan tertib. Sagara di bangkunya menjawab satu per satu soal dengan santai. Dari Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Sejarah, Bahasa Inggris, hingga Matematika. Mata pelajaran abstrak yang dipenuhi angka dan huruf itu cukup menguras otaknya untuk bekerja lebih keras, walau kenyataannya Sagara tetap sanggup menjawab hingga akhir.

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang