Keesokan paginya diruang rawat Jisung, semua orang tengah merusuh. Mereka sibuk merapikan barang-barang yang akan dibawa pulang.
Ya Jisung sudah boleh pulang pagi ini. Minho terlihat senang begitupun yang lain. Karen akhirnya mereka bisa keluar dari ruangan serba putih itu.
Jisung lah yang paling bersemangat, akhirnya ia terlepas dari alat-alat yang tertempel di tubuh nya. Minho bahkan sampai menyuruh Jisung cukup memperhatikan mereka saja. Ia tak mau Jisung nya kenapa-napa.
"Nah udah semua kan?" Tanya Minho pada yang lain. Mereka mengangguk dan pergi keluar dari ruangan itu.
—
Mereka memasuki mobil milik Changbin. Sebelum pulang, Changbin tadi sempat pulang menggunakan taxi dan mengambil mobilnya dirumah.
Mereka memasukan barang-barang ke bagasi, dan mulai masuk kedalam mobil. Posisinya kali ini, Changbin menyetir disebelahnya Seungmin. Jeongin, Jisung, dan Minho di belakang.
Oke karena mereka sudah merasa nyaman akhirnya Changbin dengan melesat menjalankan mobilnya kearah jalanan menuju rumah mereka.
—
Kalian bertanya kemana Bangchan dan Hyunjin? Jawabannya simple. Mereka berdua bilang, kalau mereka tidak bisa hadir karena orang tua mereka pulang. Jadi lah mereka tak bisa ikut mengantarkan Jisung pulang.
Kini diperjalanan mereka sibuk dengan ponsel masing-masing, kecuali Jisung dan Changbin. Changbin kan nyetir, gimana ceritanya dia main ponsel? Hamdeuh.
Jisung sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia merencanakan rencana untuk mengerjai Felix. Ah bahasa kasarnya membully sang adik. Tak perlu ada yang tahu. Jisung benci pada Felix. Ia tahu kalau Bangchan dan Hyunjin tidak benar-benar ada dirumah.
Bagaimana bisa Jisung tau? Tentu saja karena orang tua Bangchan dan Hyunjin akan pulang saat libur tahunan saja. Orang tua mereka kan penggila kerja. Makanya Jisung tahu. Jadi, Jisung yakin kalau Bangchan dan Hyunjin tengah bersama Felix.
Terlalu larut dalam pikirannya, sampai tak sadar mereka sudah memasuki gerbang rumah saja. Mereka pun turun dari mobil dan masuk kedalam rumah bersama.
"AKHIRNYA COY!!!! KELUAR DARI RUMAH SAKIT! BISA NIH GUA MAIN PS," Teriakan itu milik Changbin. Cahngbin masuk dan langsung duduk diruang tengah. Ia bahkan mengambil cemilan yang ada di atas meja.
Minho dan Jisung sudah biasa. Minho memilih memasukan dulu barang-barang Jisung ke kamar miliknya, Jisung duduk disamping Changbin, Jeongin dan Seungmin
Changbin menyalakan TV dan menyambungkan nya dengan PS milik Jisung. Ia pun memainkannya bersama dengan Jeongin. Seungmin sibuk ngemil dengan Jisung.
"WOY KAK YANG BENER DONG!!"
Jeongin kesal. Changbin tak becus mainnya. Mati mulu sama musuh."Ini tuh bener Jeong. Lu aja kali ga bisa bantu gua lawan musuhnya ah.."
Minho keluar dari kamar Jisung dan ikut nimbrung. Bahkan ia merebut stick PS yang berada di tangan Changbin.
"Lu ga becus. Nih gua kasih liat. Ayyo Jeong, mulai lagi," Ujar Minho di angguki oleh Jeongin.
—
I wish you back! ~~~
Suara ponsel milik Jisung bunyi ditengah permainan Minho dan Jeongin. Padahal ia sedang asik melihat permainan mereka. Tapi mau tak mau ia harus mengangkatnya karena itu dari Hyunjin.
"Halo?" Jisung memulai percakapan duluan.
"Lu dah dirumah? Gua sama Kak Chan mo kesana. Sekalian ada oleh-oleh dari ortu gua." Hyunjin
"Iye dah dirumah. Masuk ae ntar. Btw lu sama Felix?" Jisung bertanya pada Hyunjin. Bahkan kini Jisung sudah menjauhan dirinya dari yang lain.
"K-kok lu bisa tau?!" Hyunjin tidak percaya. Jisung harusnya tak tahu soal ini bukan?
"Ahaha. Udah gua duga. Lu lupa? Ortu gua, lu, sama kak Chan tuh maniak kerja. Mereka pulang pas libur tahunan aja." Hening. Tak ada jawaban dari sana. Jisung hanya bisa tersenyum tipis.
"Kalau lu ga bersuara gua matiin ya." Ujar Jisung sekali lagi.
"M-matiin aja sung! KAK CHAN TUNGGU!"
Tut
Jisung mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa Hyunjin berteriak tadi? Nada nya seolah-olah sedang khawatir. Seketika saja nafas Jisung menjadi sesak.
Jisung berusaha kembali ke ruang tengah sembari memegangi dadanya. Ia berusaha mengatur nafasnya dengan cepat. Suara mengi bahkan sudah terdengar di indra pendengaran milik Seungmin.
"KAK JI?! KAK! NAFAS KAK!" Seungmin menyadari hal itu. Ia bergegas pergi ke kamar Jisung untuk membawa inhaler miliknya.
Changbin, Minho, dan Jeongin yang mendengar kepanikan Seungmin langsung beralih pada Jisung. Jisung memegang kuat baju Minho untuk melampiaskan sakitnya.
Minho seketika mengeluarkan air mata saat melihat Jisung kesakitan. Inhaler disemprotkan ke dalam mulut Jisung yang dibantu oleh Seungmin. Namun tetap, cengkrama itu kuat berada di baju Minho.
"Ka-kakh.. F-felixhh.. AKH!!" Jisung berusaha menyampaikan sesuatu pada Minho. Seungmin masih terus membantu Jisung menggunakan inhaler sampai akhirnya Jisung melemahkan cengkraman nya.
Jisung menatap Minho dengan tatapan khawatir. Minho pun sama. Ia merasa dirinya sedang khawatir kala ini. Ia seperti akan.. kehilangan..
"Kak.. hiks, hiks. Felix kak. Ayyo cari Felix kak.." Jisung menangis sejadi-jadinya dipelukan Minho.
"Min, telepon kak Chan, tanyain Felix ada dimana." Titah Minho yang langsung di angguki oleh Seungmin.
Drrtt
Drrtt
Drrt"Maaf, nomor yang anda tu-"
Tut
"Gak di angkat kak." Perkataan Seungmin membuat mereka panik karena melihat Jisung seolah hampir kehilangan kesadarannya.
"Kak Jis. Jangan pingsan kak. Kita baru keluar rumah sakit kak. Ayyo ke kamar, kita pake nebulazer kak.." Jeongin berucap lirih, Minho pun dengan sigap menggendong Jisung untuk dibawa ke kamarnya.
—
"Pake ini Ji. Paksain aja ya meski ga nyaman." Minho dengan telaten memasangkan nebulazer pada Jisung.
Jisung hanya bisa pasrah karena nafasnya sangat berat kali ini. Minho mengelus pucuk surai Jisung membuat sang empu nyaman. Bahkan tak lama kemudian dengkuran halus mulai terdengar oleh Minho.
Minho tersenyum tipis. Ia akan menemani Jisung sampai obat nya habis. Changbin, Seungmin dan Jeongin bahkan mengemperkan kasur tipis untuk ikut tidur disana.
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Aku Juga Adikmu
Fiksi Umum"Kak. Aku juga adik mu. Tapi kenapa aku selalu di abaikan?" "Lix maafin Kakak karena Kakak gak becus jaga kamu." "Kak Minho sabar ya.. Kita ada buat Kak Minho kok.." Note: Non Baku Mengandung kekerasan, kalimat kotor. Harap bijak dalam memilih bacaa...