3. Menginap Dirumah Hyunjin

882 70 2
                                    

Felix berjalan dengan tangisan yang ia tahan, ia merasa bersalah kepada Minho juga Jisung atas ucapannya. Tetapi Felix juga sudah lelah menahan semua rasa sakit yang ia terima sedari kecil. Felix tau ia mendapatkan kasih sayang seorang Ibu tetapi Felix dengan berat hati selalu mengalah ketika Jisung kambuh.

Felix melangkah kan tungkai nya ke pediaman keluarga Hwang. Hanya Hyunjin yang mengerti soal keluarga Felix dan hanya Hyunjin lah yang bisa menenangkan Felix jika Felix tengah bertengkar dengan Minho.

Tok~
Tok~
Tok~

Ceklek~

Pintu dibuka oleh salah seorang pembantu di rumah Hyunjin. Felix menatap pembantu tersebut seolah bertanya apakah Hyunjin ada dirumah atau tidak. Pembantu itu seakan-akan paham apa maksud Felix dan dengan cepat ia membuka lebar-lebar pintu tersebut mempersilahkan Felix masuk.

"KAK HYUNJIN!!" Felix berlari pergi kelantai atas untuk bertemu dengan Hyunjin. Ia membuka pintu kamar Hyunjin membuat Hyunjin yang berada di sana terkejut bukan main. Hyunjin pun lantas menarik Felix masuk ke kamar nya dan membuka pintu balkon agar mereka berdua bisa menghirup udara segar.

"Duduk. Keluarin sepuas yang lu bisa." Hyunjin memang sangat peka soal Felix. Ia pun membiarkan Felix menangis dengan keras, tak peduli jika nanti ada pembantu Hyunjin yang mengetuk pintu toh ia akan fokus pada Felix.

17 menit Felix menangis akhirnya tangisan itu reda juga. Hyunjin pun berjalan ke depan Felix dan berjongkok dihadapan Felix. Ia menghapus sisa-sisa air mata yang Felix keluarkan tanpa sadar jarinya mengenai pipi Felix yang sudah lebam ke ungu an karena bekas tonjok an Minho tadi. Membuat Felix sedikit meringis pelan karena rasa sakit yang dirasa nya.

"Lu kenapa?" Tanya Hyunjin lembut karena ia belum sadar bahwa pipi Felix lebam. Felix dengan cepat menyingkirkan tangan Hyunjin dan menatap Hyunjin dengan penuh senyuman yang mungkin jika dilihat itu sangat menyakitkan.

"Enggak, gua gak apa-apa. Gua cuman pengen nangis aja. Btw gua nginep disini ya? Gua males pulang ke rumah."

'Ini perasaan gua aja atau ini memang bukan Felix yang gua kenal?' Hyunjin membatin sambil melihat langkah Felix yang pergi keluar dari kamar nya.

Hyunjin berdiri dan ikut keluar melihat ke sebelah kamar nya yang memang itu kamar khusus untuk teman-teman Hyunjin menginap dan Felix akan tidur disana untuk malam ini.

Hyunjin tidak ingin mengganggu dan ia membiarkan Felix seorang diri. Ia paham betul bahwa sekarang Felix tengah butuh waktu. Hyunjin pun masuk kembali kedalam kamarnya dan membuka ponselnya sambil mencari nama kontak yang akan ia chat.

Kak Minho

Kak Minho, ini Felix dirumah. Kenapa lagi? Felix gua biarin dulu nginep ya. Besok kalau dia udah lega gua suruh balik. Kalau belum, gua biarin dia nginep disini. | 19.49

Hyunjin pun mengunci ponselnya kembali dan ia pun berbaring dikasur melanjutkan acara melamun yang sedari tadi ia lakukan.

Dikamar sebelah Felix tengah menatap keluar jendela. Ia menatap jalan yang terpenuhi oleh Mobil, Bus, Motor, Mobil Bak, dll. Felix sesekali tersenyum miris sambil menatap jalan tersebut.

Jalan tersebut begitu lancar tanpa ada masalah, tetapi masalah itu adalah sebuah kemacetan yang akan membuat pengemudi kesal dan marah dan akan saling meng klakson untuk menyuruh semuanya bergerak normal. Tanpa tahu didepan mereka ada sesuatu yang menyebabkan masalah tersebut terjadi.

Begitu juga dengan hidup yang Felix alami saat ini. Ia merasa hari-hari nya lancar ketika ada sang Ibu, tetapi ia merasakan kemacetan ketika sang Ibu tak ada karena, masalah yang didepannya adalah sebuah rasa iri yang belum pernah ia dapatkan sejak kecil.

Felix muak, Felix lelah, Felix ingin marah kepada dunia ketika ia harus lahir tanpa perhatian yang cukup dari keluarga. Ia sangat benci kepada dirinya sendiri ketika ia harus marah pada Jisung, ia merasa benci ketika ia melawan Minho. Felix juga ingin sekali berteriak kencang kepada Papa nya yang selalu menyalahkan dirinya atas kambuh nya Jisung karena Felix sering tiba-tiba menghilang dan Jisung memaksa untuk mencari sampai berlari keluar rumah, Felix juga ingin menangis ketika Mama nya perhatian kepada Jisung saat ia kambuh dan melupakan Felix yang membutuhkan nya. Felix kesal, marah, sedih, benci, kecewa semuanya campur aduk didalam dirinya menjadi satu.

Kini langkah Felix membawanya pada kasur berukuran sedang yang hanya muat untuk 2 orang saja. Felix merebahkan dirinya dan menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Pikiran nya menerawang jauh kepada kejadian tadi sore.

"Gua salah ya utarain apa yang gua rasa?" Felix berkata lirih kepada dirinya sendiri. "Seharusnya gua gak gitukan? Tapi ini benar-benar sakit. Gua gak sanggup buat berkata-kata lagi. Gua juga butuh diperhatikan." Felix menangis meluapkan semua emosinya yang tercampur. Ia meringkuk membiarkan kasur putih itu meninggalkan bercak air yang keluar dari mata cantik Felix. Tak peduli jika esok akan membengkak matanya yang terpenting sekarang adalah hatinya, Felix membiarkan mata itu menangis hingga akhirnya ia kelelahan dan membiarkan dirinya tertidur dengan nyenyak.

TBC.

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang