Kini Felix berada di ruangan Mingyu. Felix menangis tersedu-sedu dipelukan Changbin ketakutan. Mingyu sudah mengobati lengan Felix yang berdarah karena infusan, bahkan Felix masih tetap perlu di infus karena tubuhnya kekurangan vitamin.
Changbin menatap ke Mingyu meminta pertolongan. Mingyu pun menghela nafas dan menelpon Bangchan untuk segera pergi ke ruangan Mingyu.
"Udah jangan nangis. Bangchan lagi otw kesini." Mingyu menenangkan Felix dan yang benar saja, tak lama Bangchan datang di ikuti dengan Mamah Felix dibelakang nya.
"Felix. Udah gapapa. Ada Kak Chan sekarang. Nanti kakak minta pisan ruangan ya.." Bangchan meraih Felix dari dekapan Changbin. Di lihatnya wajah Felix yang pucat dan bahkan tatapannya begitu sayu.
Sang Mamah yang melihat hal itu langsung memeluk Felix. Ia merasakan tubuh anak nya yang lemas, ia mengusap surai Felix dengan lembut dan sesekali menghapus air mata Felix.
"Udah sayang.. maafin Papah ya? Papah cuma kebawa emosi aja. Mamah tau, pasti Felix cuma kepeleset aja. Lagian kenapa bisa balkon nya rusak Felix?"
"Mah. Biar Chan aja yang jelasin nanti. Sekarang Felix harus istirahat. Dia pasti shock." Mamah pun mengangguk, menyetujui ucapan Bangchan. Namun tak lama kemudian Minho datang ke ruangan Mingyu, yang membuat ruangan itu menjadi penuh.
"JISUNG SADAR!" Ucapan itu membuat semua orang yang ada disana tersenyum senang. Terutama Felix. Ia sudah berhenti menangis dan memilih untuk menemui Jisung. Meski sebenarnya ada sedikit rasa takut di dalam hatinya.
—
Di dalam ruang rawat, disitu di lihat Jisung sudah mengerjapkan matanya. Ia tersenyum saat melihat orang tua dan kakaknya berada di samping dirinya.
Berbeda dengan Felix yang berdiri di belakang punggung Bangchan sambil memegang kuat tiang infus miliknya. Ia menopang pada Changbin yang juga berdiri di belakang tubuh Bangchan.
Felix melihat bagaimana kedua orang tuanya memeluk dan menciumi Jisung dengan penuh kasih sayang. Felix merasakan iri tetapi ia hanya bisa menghela nafas. Felix menatap ke arah Changbin dan menarik kaus yang dikenakan oleh Changbin.
"Kak.. Felix ga kuat berdiri.. kaki Felix lemas. Lemas sekali." Ujar Felix saat mendapati Changbin yang menoleh padanya. Changbin pun menarik Felix untuk duduk di sofa yang disediakan pihak rumah sakit.
Felix menyandarkan kepalanya pada bahu Changbin dan tak lama, Changbin mendengar suara dengkuran dari Felix. Ah, Felix kecapek an. Felix juga belum sembuh total. Apalagi dia kan baru aja melewati masa kritisnya.
Disana. Semua melihat bagaimana Jisung diperlakukan dengan berbeda terhadap Felix. Bangchan, Changbin, Hyunjin, Seungmin, dan Jeongin dapat merasakan perbedaan itu. Felix diberlakukan berbeda sehingga ia terbentuk menjadi anak yang keras saat berada di luar lingkungan rumah.
Membolos adalah salah satu bentuk Felix mengungkapkan ke iri an nya pada Jisung. Dan semua itu tidak diketahui oleh semua orang. Menyebab Felix di cap sebagai anak brandalan.
Kembali pada Felix yang tertidur kini sudah di baringkan di sofa.
Bangchan menghampiri satu-persatu temannya dan mengajak mereka keluar ruangan. "Kita pulang. Orang tua Minho sudah kembali, kalian juga harus sekolah. Sudah beberapa hari kalian ga sekolah. Sekarang Kakak anter, besok sekolah. Besok juga Jisung pulang. Kalian ga usah khawatir soal mereka." Ujar Bangchan saat mereka sudah berada di luar ruangan.
"Tapi gua khawatir." Ucap Hyunjin.
"Gua tau. Kita semua khawatir sama kondisi mereka. Tapi biarin dulu mereka bersama. Urusan Felix itu urusan orang tuanya. Kita cuma bisa bantu doa." Bangchan berusaha menenangkan Hyunjin yang menatap kesana kemari gelisah. Bangchan pun akhirnya menghela nafas dan mengajak semuanya masuk kedalam ruangan kembali.
Cklek
"Permisi Mah, Pah. Bangchan dan teman-teman izin pamit pulang. Ini obat Felix. Vitamin nya harus rutin diminum karena Felix susah makan dan ini obat demam nya. Semoga Felix dan Jisung cepat sembuh. Nanti Bangchan izinin ke wali kelas mereka." Ujar Bangchan sembari memberikan obat-obat milik Felix pada orang tua nya.
"Ya sudah. Terima kasih ya, sudah menjaga mereka maaf ya.. Mamah repotin Bangchan terus."
"Gapapa Mah.. kalau gitu Bangchan permisi." Bangchan dan yang lain pun pergi dari sana dan meninggalkan keluarga Lee saja.
Kini hanya ada keheningan di sana. Minho kini sedang bersama Jisung. Ia sedang menemani Jisung menonton film melalui ponsel nya. Karena kalau di TV nanti yang ada nonton berita pemilu. Eh.
Jisung sesekali tertawa karena film tontonan itu begitu lucu dan Minho menanggapi segala ocehan Jisung mengenai film tersebut.
Mamah dan Papah sibuk dengan laptop masing-masing. Disaat-saat seperti ini pun mereka masih mementingkan kerjaan. Karena bagaimanapun mereka adalah seorang pengusaha sukses yang berhasil membawa nama keluarga Lee naik.
Felix ia sebenarnya sudah sadar saat tadi mendengar suara pintu terbuka. Ia mendengar semua percakapan Bangchan, tetapi dirinya memilih untuk pura-pura tidur kembali agar tak dicurigai.
"Wagh! Mamah. Ini diganti dong pake nasal cannula. Jisung susah ngomong tauu!!!"
"Berisik Jisung. Nonton tinggal nonton. Lagian kamu ngoceh mulu kaya ayam aja."
Kedua orang tuanya yang mendengar pertikaian antara Minho dan Jisung hanya bisa menggeleng perlahan.
Felix yang mulai jenuh pun akhirnya bangun dengan mengerjapkan matanya. Ia mendudukan dirinya, dan menatap ke sekitar. "Mana yang lain?" Tanya nya, agar ia terlihat benar-benar tidak tahu. Aslinya tempe, eh.
"Pulang" Singkat sang Mamah menjawab pertanyaan dari Felix. Felix hanya mengangguk dan ia pun pergi keluar dari ruangan tersebut sembari menyeret tiang infusnya.
Tujuannya kali ini adalah taman.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Aku Juga Adikmu
Fiksi Umum"Kak. Aku juga adik mu. Tapi kenapa aku selalu di abaikan?" "Lix maafin Kakak karena Kakak gak becus jaga kamu." "Kak Minho sabar ya.. Kita ada buat Kak Minho kok.." Note: Non Baku Mengandung kekerasan, kalimat kotor. Harap bijak dalam memilih bacaa...