36. Jisung Asma - Felix Kanker

594 68 3
                                    

Jisung terdiam setelah Minho pergi meninggalkan ruang makan. Makanan yang dimakan Minho juga tidak habis.

Jisung akhirnya menundukkan pandangannya, merasa kecewa atas kepergian sang kakak. Tetapi Naeun tidak tinggal diam. Ia langsung memeluk Jisung dan menenangkan Jisung. Naeun berusaha memberikan Jisung pelukan hangat agar Jisung tidak sedih.

Beberapa menit Jisung dipelukan Naeun, beberapa menit juga Jisung menahan asma nya yang kambuh. Sebelum akhirnya Naeun dapat merasakan kalau nafas Jisung memburu.

"Astaga! Junho! Cepet bawa Jisung ke kamarnya. Inhalernya ada di kamar!!" Ujar Naeun pada Junho yang langsung saja menggendong Jisung untuk dibawa ke kamarnya.

Dikamar, Jisung sudah menggunakan inhaler dengan beberapa kali semprot, namun hasilnya nihil. Hingga Jisung harus menggunakan nebulizer yang tersedia di kamarnya.

Junho dan Naeun menemani Jisung menggunakan nebulizer, karena ini kali pertama lagi Jisung menggunakan nebulizer. Pasti ia akan merasa ketidak nyamanan lagi.

"Sabar ya Jisung.. Kalau obatnya udah habis, baru nanti dilepas. Katanya mau ke Tokyo, Jisung harus stabil dulu ya? Minho mungkin pergi mencari angin sebentar. Nanti dia pasti pulang lagi. Jisung kalau mau tidur, tidur saja ya? Ada mama disini selalu bersama Jisung..." Naeun memeluk Jisung dari samping. Ia membiarkan tubuh anaknya meluruh seluruhnya didalam dekapannya.

Mata Jisung terlihat tidak menampakkan binarnya. Itu membuat Junho dan Naeun selalu ingin Jisung bahagia. Mereka sebagai orang tua akan melakukan berbagai cara agar Jisung bisa bahagia. Makanya saat Jisung meminta ke Disneyland, Junho langsung memesankan tiket dihari itu juga.

"Naeun. Aku ke kantor dulu, ada meeting dengan klien penting yang tidak bisa di cancel. Tolong sampaikan pada Minho untuk menjaga Jisung. Jisung... inhalernya bawa kemanapun Jisung berada ya? Jangan ditinggal lagi kaya tadi." Ucap Junho sembari tersenyum hangat, membuat Jisung merasa hangat. (Kok ke Felix nggak pak? Mau saya bunuh?) -Author.

Junho pun pergi beranjak dari sana, meninggalkan kedua insan nya. Jisung juga masih tetap memilih untuk merebahkan dirinya dalam pelukan Naeun, karena pelukan Naeun juga mampu membuat Jisung nyaman.

Minho kini sedang berjalan di lantai putih yang sama seperti tadi siang ia pulang dari sana. Tujuannya kini mencari keberadaan Mingyu untuk menanyakan keberadaan Felix.

Namun saat Minho berada di depan ruang Minggu, ada seorang suster yang menghadang pintu masuknya. Minho pun berdecak kesal. "Maaf tuan, anda harus membuat janji dulu untuk menemui dokter Mingyu." Ucap suster tersebut pada Minho.

Minho akhirnya merogoh sakunya, dan memberikan kartu tanda pengenal miliknya pada sang suster. "Saya Lee Minho, anak dari Lee Junho yang bersahabat dengan Chris Bangchan. Saya disini untuk menanyakan keberadaan Lee Felix, selalu adik saya sendiri." Jelas Minho yang di angguki sang suster.

Akhirnya suster itu pun membuka pintu ruangan Mingyu dan masuk kedalam untuk meminta izin. Minho hanya diam menunggu di luar, membiarkan suster tersebut masuk sendirian. Tak lama, suster tersebut keluar dan mempersilahkan Minho masuk kedalam.

Di dalam, Minho melihat Mingyu yang sedang berkutat dengan dokumen-dokumen miliknya. Minho pun mendudukan dirinya di salah satu kursi yang kosong, menghadap pada Mingyu.

"Dok.. Felix?"

"Keadaan Felix kali ini cukup mengkhawatirkan. Felix terlalu susah makan dan hanya masuk cairan infus Vitamin kedalam tubuhnya. Itu membuat demam nya tak kunjung turun. Kalau Felix sudah bisa masuk makanan kembali, besok saya langsung antar pulang." Jelas Mingyu tanpa menunggu Minho berucap lebih jauh.

"Sekarang saya boleh bertemu Felix?"

"Tentu saja. Mari saya antar, sekarang juga sudah waktunya Felix untuk makan malam."

Mingyu dan Minho pun langsung beranjak dari sana dan pergi keluar bersamaan menuju kamar rawat Felix.

Minho mematung menatap Felix yang tengah terbaring lemas. Minho menghampiri tubuh Felix dan mengelus pelan lengan Felix yang kurus pucat itu.

Minho ingin sekali menangis, tetapi tidak bisa. Ia takut membangunkan Felix dari tidurnya.

"Felix sekurus ini?" Tanya Minho sembari menatap Mingyu.

"Iya. Felix baru makan sejak kemarin sore saja. Kalau kamu masih mau disini, silahkan. Saya permisi dulu, ada pasien yang masih harus saya tangani." Ujar Mingyu meninggalkan Minho dan Felix disana.

Minho menatap nanar Felix, perasaannya kini campur aduk. Ia pun menarik kursi yang berada di pinggir brankar, dan mendaratkan pantatnya disana.

Minho meraih lengan Felix, di elusnya lengan tersebut dengan perlahan. Sangat pelan karena takut membangunkan sang empu, namun sayangnya Felix bergerak menggeliat, membuka matanya dan mengerjap perlahan.

"Ungh.." Lenguhan itu keluar dari bilah bibir Felix.

"Lixie?? Kakak terlalu banyak gerak?" Tanya Minho saat Felix memalingkan wajahnya pada dirinya.

"Ngga kak.. Felix emang sensitif. Kalau ada yang gerak, pasti kebangun.. Kakak kenapa disini? Kenapa ga sama kak Jisung?" Tanya Felix. Minho pun tersenyum, dan mengeluarkan ponsel milik Felix dari dalam saku celananya.

"Kakak baca ini. Maaf ya? Kamu masih sakit, tapi kakak nyakitin kamu. Lixie makan ya??"

"Ngga kak.. Felix gamau makan. Rasanya mual."

"Kata dokter Mingyu kamu terakhir makan kemarin sore. Makan ya? Bareng sama kakak." Felix terdiam sebentar sembari berpikir. Akhirnya ia mengangguk menyetujui ucapan Minho.

"Mie. Felix mau mie. Ga usah pake pedes gapapa. Biar kepancing aja ini nafsu makannya." Namun sayangnya permintaan itu ditolak oleh Minho, membuat Felix mengerucutkan bibirnya.

"Udah. Diem sini. Nanti kamu suka kok sama apa yang kakak bawa. Dah diem." Ucap Minho sebelum pergi dari sana yang di angguki Felix.

Kini Felix sendiri, ia juga melihat kertas yang sempat ia buang berada di lantai dekat sofa. Ia pun berusaha bangun dari brankarnya dan memungut kertas tersebut, untuk ia sembunyikan.

'Semoga saja kak Minho ga liat kertas ini..' Batin Felix

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang