46. Titik Koma

652 69 10
                                    

"Eungh.." Lenguhan dari seseorang keluar dengan sangat lembut.

Kelopak matanya berusaha membuka, membiarkan cahaya masuk kedalam retina matanya. Lengan yang mengepal dan kaki yang mulai menggeliat tak nyaman.

"Panggilin dokter." Kata pria paruh baya itu.

Pria itu memegang lengan putra keduanya yang terbebas dari selang infus. Dirinya berharap bahwa putra nya akan bangun dengan segera.

"Permisi, biar saya periksa."

Dokter itu memeriksa pria yang kini berbaring di atas brankar. Ia mengechek setiap tubuh pria itu dan suster dibelakangnya mencatat.

Dokter itu tersenyum hangat pada pria paruh baya, membuat pria itu berharap banyak.

"Selamat ya pak. Jisung berhasil melewati masa koma nya." Ucapan Mingyu pada Junho membuat dirinya menangis. Naeun juga memegang bahu sang suami, dan mulai mendekat pada Jisung yang masih berusaha membiarkan mata nya terkena cahaya.

"Pa-pahh.." Suara Jisung terdengar membuat semua orang menoleh.

Junho juga kembali menghampiri Jisung dan mengusap kepalanya dengan sangat lembut. Jisung merasakan kenyamanan di dalam hatinya. Namun, sedetik kemudian Jisung menangis.

Jisung menangis sesegukan membuat kedua orang tuanya itu menatap Jisung kebingungan. Mingyu juga menghampiri Jisung dan mulai bertanya pada Jisung.

Jisung hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dirinya sangat takut sekarang.

"Kenapa Ji?? Bisa bicara??" Tanya Naeun dengan lembut. Jisung sedikit mengangguk.

Dengan sekuat tenaga dirinya berusaha berbicara di balik masker oksigen itu. "Jisung yang memulai. Bukan Felix. Jisung benci sekali jika semua atensi tertuju pada Felix. Jisung hahhhh, Jisung tidak suka Felix. Tapi subuh itu.. subuh itu amarah Jisung memuncak dan mencelakai Felix. Jisung baru sadar Felix kesakitan saat sudah berada di bawah tangga. Jisung minta maaf. Maaf, maaf, maaf."

Jisung menangis kejer membuat Mingyu kewalahan membenarkan masker oksigen Jisung. Junho juga Naeun berusaha menenangkan Jisung.

Mereka semua dapat mendengar suara nafas Jisung yang sangat tidak beraturan. Bahkan kini suara tangisnya bersatu dengan tarikan nafas milik Jisung.

Junho berusaha membuat Jisung tenang, hingga akhirnya Junho berbisik pelan di telinga Jisung.

"Tidak apa Jisung.. Saya sangat membenci Felix sebelum akhirnya kakek mu datang menghampiri mimpi papa. Kakek berkata ingin mengambil Felix dari kita semua. Kita mulai lagi dari awal ya?? Kita maafkan diri kita begitu juga Felix ya?"

Mendengar ucapan itu, Jisung langsung berhenti menangis. Perlahan nafasnya mulai membaik, dadanya naik dan turun secara beraturan.

Mingyu dengan cepat juga membenarkan letak makser oksigen Jisung agar Jisung tidak merasakan sesak. Saat ini, biarkan Jisung tenang dulu agar nanti kondisi Jisung semakin membaik.

"Luka Jisung tipe yang gampang pulih. Jadi dua atau tiga hari kedepan, lebam di tubuhnya akan menghilang dengan cepat."

"Untuk Fe-

Ucapan Mingyu terpotong saat dirinya mendengar suara EKG berbunyi nyaring di telinganya. Mingyu dengan cepat pergi ke balik tirai sebelah dan memeriksa adik Jisung disana.

Itu Felix. Kini tubuhnya terbaring kaku. Mingyu berusaha menyelamatkan Felix menggunakan alat kejut jantung itu. Namun beberapa kali ia lakukan hingga level maximal, Felix juga tak kunjung bangun.

Mingyu mundur beberapa langkah membuat dirinya   terbentur dinding.

Tidak mungkin kan? Tidak mungkin Felix pergi?

Kondisi Felix menang sangat cukup parah. Kondisi Felix saat dibawa ke rumah sakit sudah dipenuhi darah di sekujur tubuhnya, luka lebam, bahkan darah dari hidungnya tak kunjung berhenti.

Ingatan Mingyu berputar bagaimana dirinya membantu kedua saudara kembar itu dalam satu waktu. Mingyu menangis sejadi-jadinya, membuat Junho dan Naeun yang berada di samping Jisung menghampiri nya.

"Mingyu?! Kenapa! Bilang sama saya!"

Suara isakan Mingyu terdengar hebat membuat Junho semakin menghampiri.

"Hiks.. hiks.. Minggu 16 Juni. Lee Felix, pukul 18.12 hiks hiks."

Junho memundurkan langkahnya. Ia tak percaya dengan ucapan yang Mingyu keluarkan. Ingin rasanya Junho berteriak namun lidahnya begitu kelu.

"Hiks.. hiks.. Felix!!! FELIX!!! KAKAK JANJI BIKIN KAMU SEMBUH LIX!!! BANGUN!!!! BANGUN FELIX!!!"

Mingyu berteriak sembari menghampiri Felix. Digoncangkan nya tubuh mungil itu oleh Mingyu, membuat semua orang menghampiri Mingyu.

"DIAM KALIAN SEMUA! SAYA INI DOKTER! BIARKAN SAYA MENYEMBUHKAN FELIX! Lixiee.. hiks hiks.."

Tangisan itu semakin kejer. Naeun juga kini berada untuk menenangkan Mingyu.

Namun Mingyu tetap memberontak secara kasar. Dirinya tidak bisa disentuh siapapun. Mingyu terus membangunkan Felix, hingga akhirnya tubuh Mingyu di tarik paksa oleh Minho yang baru saja datang dengan teman-temannya itu.

"BACOT LU! PERCUMA LU NANGIS! FELIX UDAH GA ADA! JISUNG ANJING LU! BILANG KALAU LU GA SUKA FELIX TUH BILANG! BUKAN NGEHAJAR FELIX ANJING!" Teriak Minho sembari menyibakkan tirai penghalang Jisung dan Felix.

Changbin dengan segera menghampiri Minho dan menepuk pundak Minho.

Minho kini menangis di dalam dekapan Changbin. Changbin membiarkan tubuhnya dibasahi oleh air mata milik Minho.

"Sabar ya kak? Kita disini ada untuk kak Minho.." Ucap Seungmin sembari mengelus pundak Minho yang kini masih berada di dalam dekapan Changbin.

"Gua ga becus jadi kakak lu Lix.. sorry" Terdengar sekali suara getar Minho membuat siapa saja menangis.

"Kak Minho.. Jiji minta maaf..." Suara Jisung sampai di Indra pendengaran Minho.

Dilihatnya Jisung yang sudah terlepas dari masker oksigennya dan berusaha untuk turun dari atas brankar.

Namun dengan sangat cepat, mata Jisung tertutup rapat membuat semua orang panik dan mereka semua menghampiri Jisung.

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang