Angin menerpa wajah tampan milik Felix. Dilihatnya banyak orang yang berlalu-lalang. Hari semakin siang juga semakin sore, tetapi tak membuat Felix bergerak sedikit pun dari kursi taman disana.
Saat ia pergi tadi, tidak ada satu orang pun yang mencari dirinya. Bahkan Minho sendiri tidak menampakkan batang hidungnya.
Felix hanya bisa terkekeh, ia sedikit menertawakan kehidupannya dan menertawakan takdir yang ada. Felix melihat cairan infusan yang menetes dan masuk kedalam tubuhnya. Jujur saja, saat ini Felix merasa sangat lemas. Seharusnya ia terbaring di ranjang miliknya dan tidur mengistirahatkan tubuhnya. Tetapi mengingat dirinya secara tiba-tiba di siksa sang Papah membuat dirinya ciut untuk kembali ke ruang rawat.
"Hahh..." Pada akhirnya hanya ada helaan nafas yang keluar dari mulut milik Felix. Felix berfikir, mengapa tak ada perawat yang mendengar keributan? Mengapa tak ada satupun dokter yang memeriksa kedalam ruangan? Ntahlah, Felix tidak tahu. Felix juga tidak mau tahu apa yang terjadi. Ia hanya ingin dirinya tenang sekarang.
Felix menatap langit-langit yang semula biru berubah menjadi orange bercampur ke merahan. Felix sudah berada di taman rumah sakit cukup lama, ia hanya mendudukan dirinya di bangku dan sesekali berjalan-jalan untuk melihat-lihat sekitar. Ya meski sebenarnya dia bosan. Tetapi, lebih dari pada itu ia lebih takut kalau harus kembali ke ruang rawat.
Sempat berpikir sebentar, sebelum akhirnya Felix berdiri dan menyeret tiang infusnya untuk kembali ke dalam. Tujuan nya kali ini adalah ruangan Mingyu.
—
Di ruangan Mingyu, Felix meminta ruang rawat terpisah dari kembarannya. Felix ingin sendiri, ia tak butuh siapapun karena ia yakin kalau ia bisa merawat dirinya sendiri.
"Nanti kalau kamu lakuin aneh-aneh, saya ga mau tanggung jawab lagi. Saya inget banget, kamu mau bunuh diri pake pisau buah." Mingyu menolak permintaan Felix. Felix sedikit kesal, tetapi ia tak mungkin menyerah begitu saja.
"Ayo lah Dok. Aku kan udah lama di rawat sama dokter Mingyu. Kasih perawat aja 1 buat jagain aku. Atau ga, nanti Felix kabarin deh setiap waktu ke Kak Chan." Duk "AW! Kenapa aku di pukul???!!!" Felix geram, saat mendapati kalau jawabannya adalah pukulan sayang dari Mingyu.
"Ya kamu bayangan, Chan sibuk. Dia harus kuliah."
"Iya, tapi Felix mau ruangan sendiri Dok. Gamau sama Jisung. Ntar kejadian lagi..." Felix menundukkan kepalanya. Air matanya hampir saja terjatuh namun kembali naik saat mendengar jawaban dari Mingyu. "Iya. Saya kasih, tapi sebelahan aja ya? Biar ada suster yang mantau kamu. Kamu boleh pulang nanti lusa. Saya pengen check kondisi kamu lebih dalam. Takut nya ada masalah yang lain juga. Nanti kalau infusnya udah habis bilang ya ke suster yang nanti ke ruangan kamu." Felix melompat kegirangan, namun tak berlangsung lama saat tubuhnya limbung dan hampir terjatuh mengenai lantai, karena Mingyu dengan cepat menangkap Felix.
"Astaga Felix! Lemes banget tubuh kamu! Cepet, saya antara ke ruang rawat kamu. Duduk dulu, saya bawa kursi roda dulu."
Felix menatap Mingyu yang pergi keluar ruangan untuk mengambil kursi roda. Ia merasakan tubuhnya sangat lemas sekali. Padahal tadi ia sempet melompat kegirangan.
Tetapi tak lama, Mingyu datang dengan dua orang suster dibelakangnya. Dibantunya Felix duduk di kursi roda dan mereka berempat pun pergi ke ruang rawat untuk Felix seorang.
—
"Felix, buka matamu. Dokter gamau kehilangan kamu." Saat sampai di ruang rawat, Mingyu terkejut mendapati Felix yang sudah menutup matanya. Untung saja dengan cepat Mingyu membaringkan Felix di atas brankar.
Dengan telaten Mingyu mengecek kondisi Felix, bahkan suster juga menyuntikan vitamin kepada Felix. Felix terlihat sangat kurus sekali di mata Mingyu, membuat Mingyu meringis kesakitan saat melihat hal itu.
"Felix segeralah sadar. Dokter akan memberi tahu Min-"
Set
Tiba-tiba saja Mingyu merasakan ada tarikan saat hendak pergi dari sana. Saat Mingyu berbalik, ternyata itu Felix yang memegang tangan nya.
Mingyu segera memerisak Felix kembali dan bertanya pada Felix mengenai apa yang Felix rasakan. Namun Felix hanya menggeleng pelan sebagai tanda kalau ia tak merasakan apapun.
Mingyu menghela nafasnya lega karena Felix tidak kenapa-napa. "Dok.. Felix lapar.." Mingyu pun mengangguk dan bergegas pergi keluar untuk ke kantor rumah sakit. Namun saat baru saja ia membuka pintu Felix kembali menyuarakan suaranya, "Jangan bilangin ke Kak Minho ya! Bilang aja, Felix emang mau pisah kamar karena disana penuh dan sumpek. Makasih dok. Lopyuuu." Mingyu pun sedikit tertawa dan akhirnya pergi keluar meninggalkan Felix bersama para suster disana.
Felix akhirnya sendiri. Tidak. Ia bersama para suster cantik yang menemaninya. Suster tersebut terlihat sedang mencatat dibuku ntah dokumen, Felix tidak mengerti.
Namun Felix merasa lega karena akhirnya ia memiliki ruangan sendiri. Dirinya tau kalau tidak akan dicari oleh orang tuanya termasuk Minho. Namun Felix percaya kalau Minho tidak akan kembali berubah.
Lama berlarut dengan pikirannya akhirnya ia tersadarkan dengan Mingyu yang kembali membawa makanannya. Felix mengernyit kebingungan kenapa Mingyu malah membawa kotak bekalnya? Bukankah harusnya ia membawa bungkusan plastik dari kantin? Felix bingung dan Mingyu yang melihat Felix kebingungan langsung menyerahkan kotak bekalnya itu.
"Maksudnya?" Tanya Felix sambil menerima kotak bekal Mingyu. "Makanan kantin ga sehat. Makan itu aja. Ntar biar dokter yang makan di kantin. Kalau udah taruh di nakas ya. Lagian ini udah siang juga. Kamu tidur aja, atau mau nonton tv? Nih remot nya. Nanti kalau butuh apa-apa pencet tombol di samping nakas ya. Dokter sama suster pergi dulu. Ntar kalau infusannya udah habis bilang ya. Permisi dan selamat istirahat Felix.." Mingyu pun tersenyum dan pergi dari sana bersamaan sang suster.
Felix pun menatap kotak yang diberikan oleh Mingyu. Ia tersenyum dengan segera ia memakan bekal tersebut. "Enak bangettt. Kapan coba dimasakin ginian sama mama? Kapan-kapan, ahahahahah." Felix tertawa sendiri dan ia kembali melanjutkan makannya sembari menonton film kartun yang ntah judulnya apa. Yang penting nonton.
—
Setelah Felix menyelesaikan makannya dan menyelesaikan kartun yang ia tonton, ia pun turun dari brankar dan berjalan mendekati jendela yang ada disana. Ia duduk di atas kursi dan menatap jalanan yang lenggang.
Felix memikirkan banyak skenario-skenario palsu didalam otaknya, membuat dirinya merasa paling bahagia di dalamnya. Namun sayangnya Felix merasa itu tidak akan menjadi kenyataan.
"Rasanya gua pengen menghilang dari dunia ini. Dunia ini hanya berisi Lee Jisung semua. Lee Minho dan Lee Jisung juga Papa dan Mama. Lee Felix dimana? Dimana-mana tapi keberadaan nya ga ada. Lagi pula kalau gua coba bunuh diri ntar gada mainan lagi si Papa. Toh kasian juga yang lain, gua malah ngerepotin. Tapi moga aja gua cepet mati."
Setelah Felix bergumam hanya ada kesunyian yang menghampiri. Suara jam berdetak membuat suasana semakin sunyi. Bahkan Felix membiarkan dirinya duduk disana sangat lama. Ia tak peduli jika dirinya nanti dimarahi Mingyu. Ia hanya ingin berdamai dengan dirinya sendiri.
Felix terpaku menatap jalanan yang menjadi macet. Warna langit yang awalnya biru menjadi semburat merah. Ia melihat perubahan langit yang siang menjadi sore. Ia juga mendengar suara pintu yang terbuka. Mungkin itu Mingyu.
"Nah. Ngapain disini?" Ya. Dugaan Felix benar. Itu Mingyu. Felix membalikan badannya dan menatap Mingyu yang sedang berdiri dibelakangnya.
"Natap jalanan." Felix menjawab seadaanya membuat Mingyu geram gemas pada Felix
Akhirnya Mingyu pun menuntun Felix kembali naik ke atas brankar.Diatas brankar, Felix tiduran dan membiarkan tubuhnya diperiksa oleh Mingyu. "Besok bisa pulang ga dok?" Mingyu menatap Felix yang dirinya sendiri aja masih Mingyu periksa. "Harusnya kamu masih dirawat. Tapi karena ga ada cedera serius jadi bisa. Tapi besok masih dokter pantau ya sampai sore." Felix pun mengangguk saat mendengar jawaban dari Mingyu. Dan setelahnya Mingyu pun tersenyum dan memberikan jempol pada Felix. "Ok. Semua baik. Ini perban lukanya besok bisa dibuka. Jangan cutting ya Felix. Dokter kembali dulu bekerja. Sekarang istirahat. Jendelanya dokter tutup ya. Selamat istirahat Felix.." Mingyu pun pergi setelah dirinya menutup jendela yang berada diruang rawat Felix.
Hening. Kembali hening setelah Felix melihat Mingyu pergi. Karena tidak tahu akan melakukan apa lagi, akhirnya Felix pun memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya agar besok ia bisa pulang kerumah.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Aku Juga Adikmu
General Fiction"Kak. Aku juga adik mu. Tapi kenapa aku selalu di abaikan?" "Lix maafin Kakak karena Kakak gak becus jaga kamu." "Kak Minho sabar ya.. Kita ada buat Kak Minho kok.." Note: Non Baku Mengandung kekerasan, kalimat kotor. Harap bijak dalam memilih bacaa...