37. Minho

442 53 1
                                    

Minho kini sedang menyuapi Felix dengan telaten. Felix juga sesekali mendorong makanan itu, karena ia merasa perutnya sangatlah mual. Namun Minho tetap memaksa agar Felix mau masuk makanan. Minho hanya ingin Felix sembuh.

"Udah kak. Felix ga bisa masuk makanan lagi.. ini udah mual ba- hueeek" Felix dengan tiba-tiba memuntahkan makanan tersebut kepinggir brankarnya, membuat Minho khawatir.

Minho pun memencet tombol yang berada di samping nakas Felix, untuk memanggil dokter. Tak butuh waktu lama, Mingyu dan dua suster dibelakangnya datang.

Mingyu mengecheck keseluruhan tubuh Felix secara telaten. Mingyu juga menekan beberapa bagian perut Felix dan menanyakan apakah itu sakit atau tidak. Namun Felix hanya diam, enggan menjawab.

Mulut Felix terasa sangat penuh. Jujur ia ingin muntah lagi. "Suster, tolong ganti infusannya. Felix kalau ga bisa jawab, angguk kepala atau geleng aja ya?" Ujar Mingyu yang di angguki Felix.

Mingyu mulai menekan kembali perut Felix, dan ada dibeberapa bagian yang Felix angguki itu sakit. Mingyu pun menyuruh suster menuliskan beberapa hasil pemeriksaannya.

Felix ia membaringkan tubuhnya sendiri, ia juga menatap ke arah Minho dengan tatapan sayu. Semua tenaga ia berusaha mengeluarkan suaranya.

Minho yang peka juga, mendekatkan telinganya ke arah Felix, agar ia bisa mendengar suara Felix dengan jelas.

"P-pulang kakhhh.. J-jisunghh cari k-k-kakh.." Ucap Felix yang membuat Minho menatap kebingungan.

Felix akhirnya mengulurkan tangannya yang terbebas infus, dan menyuruh Minho membuka ponselnya.

Disana, Minho dapat melihat kalau Felix mendapatkan pesan dari orang tuanya, untuk menyuruh Minho pulang.

"P-pulanghh.. Lixiehh, disinih, gapapaa.." Lanjut Felix, memaksa.

"Tapi Lix, kondisi ka-"

"Pulang lah nak. Felix yang meminta. Saya yang akan menjaga Felix. Saya pastikan besok Felix pulang dengan keadaan yang sehat." Ucap Mingyu memotong ucapan Minho.

Minho akhirnya memundurkan tubuhnya, dan pergi keluar meninggalkan Felix yang sedang kesakitan disana.

Minho rasa kalau Felix bukan hanya demam. Ada sesuatu yang disembunyikan Felix darinya, tapi apa itu? Ntahlah Minho tidak tahu.

Minho pun dengan cepat sudah berada di parkiran, ia memakai helm nya dan mulai menyalakan mesin motornya. Tanpa basa-basi ia memutar posisi motornya, lalu tancap gas menuju kerumah.

Sesampainya dirumah, Minho disambut oleh Junho dan Naeun yang menunggunya di ruang tamu. Minho hanya diam sambil menghampiri mereka berdua.

Ia mendaratkan pantatnya di single sofa yang kosong. Huuh.. Ini melelahkan.

"Dari mana?" Tanya Junho pada Minho dengan tatapan datar.

"Ketemu Felix dirumah sakit." Jawab Minho seadanya.

"Ck. Felix lagi, Felix lagi. Mulai sekarang, kamu gaboleh punya interaksi sama Felix! Karena Felix hanya pembawa sial buat keluarga ini!" Minho yang mendengar penuturan Junho pun terkejut. Minho dengan spontan berdiri dari duduknya, dan hampir melayangkan serangan tinju pada Junho.

"Kalau kamu berani sama saya, saya ga segan buat celakai Felix. Nurut! Masih mending Felix ga saya usir. Otak kamu tuh katanya udah di cuci sama Felix. Sampai-sampai adiknya yang punya asma kamu tinggalin gitu aja. Jauhi Felix. Saya gamau tau. Mutlak keputusan saya. Naeun, masuk kamar." Ucap Junho mengakhiri pembicaraan.

Minho kini terduduk lemas di sofa yang tadi sempat ia duduki. Bagaimana ini? Mengapa disaat dirinya baru saja berdamai dengan Felix, ada saja yang membuat dirinya harus menjauhi Felix.

Minho sudah tidak ingin ambil pusing, akhirnya ia masuk kedalam kamarnya, mengunci kamar itu dari kamar, membiarkan kesunyian malam ini menyelimuti dirinya.

Ntah apa yang akan terjadi besok, Minho hanya bisa mengikuti penuturan Junho ketimbang Felix celaka dan Jisung yang memiliki ikatan kuat dengan Felix kambuh.

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang