21. Di Rumah

467 54 2
                                    

Kini Felix dan Changbin duduk bersebrangan. Setelah tadi Felix menyandarkan kepalanya pada bahu Changbin, Felix meminta untuk Changbin sedikit menjauh karena gerah yang di rasa.

Changbin juga gerah, makanya dia mau-mau aja pas disuruh menjauh. Malah kini mereka sibuk minum susu dingin sambil makan biskuit. Mereka juga mengobrol tentang hal-hal kecil. Tak lupa Changbin mengingatkan Felix untuk minum obat.

"Nih lipbalm yang kemarin kamu minta." Changbin menyodorkan lipbalm pada Felix yang langsung diterima.

Felix yang melihat itu berbinar-binar. Tak menyangka karena Changbin benar-benar membelikannya benda itu. Namun tak lama dari situ, Changbin malah bertanya membuat Felix tersenyum kaku.

"Emang buat apa lix? Lipbalm ga bikin bibir kamu pink loh. Itu kan pelembab. Setau kakak gitu ya.." Felix pun menghela nafas. Jari telunjuknya ia gunakan untuk menggosok bibirnya yang kering.

"Nih. Bibir Felix itu kering kak. Makanya mau dipake in lipbalm." Felix menunjukkan kulit bibirnya yang mengelupas. Changbin hanya mengangguk sebelum akhirnya melontarkan pertanyaan.

"Terus? Kenapa kamu pake tangan panjang? Katanya gerah. Ini musim panas juga loh lix." Damn. Felix terdiam memikirkan jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Changbin.

Hampir saj  Felix menjawab, tetiba saja Changbin membuka ponselnya dan mendapati pesan dari Bangchan untuk segera balik ke rumah sakit.

"Lix. Kakak balik dulu ya kerumah sakit. Sekalian mau ke kampus. Ada kelas dadakan. Kamu gapapa kan kakak tinggal?" Changbin pun menjelaskan. Felix hanya mengangguk dan tersenyum. Ia juga mengantarkan Changbin sampai depan gerbang. Memastikan bahwa Changbin pergi betulan ke rumah sakit.

Dirasa hanya sisa dirinya, ia pun kembali masuk kedalam rumah nya itu dan memilih untuk masuk kedalam kamarnya.

Disinilah Felix. Ia melepaskan bajunya dan menatap dirinya di pantulan kaca kamar mandi.

"Ahaha.. separah ini kah?"

Felix tertawa saat melihat tubuhnya memar membiru. Bekas cambukan yang berasal dari gesper milik Minho masih tercetak cukup jelas di tubuhnya, bahkan punggungnya sedikit membiru karena menyelamatkan Jisung yang hampir tertabrak, lengannya yang penuh goresan kini sudah mengering menjadi kecoklatan.

Felix memilih untuk menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya di bawah air yang sangat dingin. Sekalian ngadem juga.g

Felix terdiam disana cukup lama. Hampir selama 2 jam ia mengguyur tubuhnya, bahkan kini tangannya sudah keriput.

Felix belum mau beranjak, ia masih ingin menyiksa tubuhnya sendiri. Ia ingin melampiaskan seluruh amarah, kekecewaan, dan sedihnya pada dirinya sendiri. Ia tak bisa jika harus melawan Minho dan Jisung. Ia sudah berjanji akan memperhatikan Jisung selayaknya Minho memperhatikan Jisung.

Inilah jalannya. Felix hanya bisa meremat kuat jari-jemarinya. Sampai pada akhirnya Felix terduduk lemas di lantai kamar mandi.

Menunduk memikirkan nasibnya akan seperti apa nantinya. Apakah ia akan bahagia? Apakah ia akan diperhatikan oleh keluarganya? Apakah ia akan mendapatkan yang ia inginkan? Ntahlah. Bahkan kini Felix baru tersadar dari lamunannya ketika ia mendengar suara ponselnya yang berdering kencang.

Felix segera keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi tubuhnya. Ia meraih ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya.

WolfChan

"Lix?" Bangchan membuka percakapan lebih dulu dari sebrang sana.

"Iya kak? Kenapa???" Jawab Felix

"Ngga lix. Kakak cuma mastiin kamu baik-baik aja atau ga." Bangchan

Felix pun tersenyum tipis mendengar kalimat itu. Dengan cepat ia menjawab "Baik kak. Udah ga usah khawatirin Felix. Pikirin dulu kaka Jisung. Kak Chan baik-baik ya. Jangan sampai telat makan. Felix mau pake baju dulu. Adios!!"

Tut

Felix dengan sepihak mematikan teleponnya. Ia segera mengambil baju lengan panjang dan celana pendeknya. Setelah itu, ia memilih untuk tidur di kasurnya, karena ia merasa kalau tubuhnya semakin tidak enak.


TBC

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang