47. Akhir Yang Tak Terduga

977 68 17
                                    

Setelah beberapa pertimbangan, akhirnya aku mutusin buat update ini buku jadi lebih baru. Sebenarnya, ending yang aku mau seperti yang lama.. tapi karena banyak yang kecewa, aku pun ikut kecewa. Jadi aku usahakan yang ini tidak membuat kalian kecewa.

Aku rasa, ini jauh lebih logis (?) mengingat beberapa hal yang bikin aku ga logis itu kalau aku ngetik dalam keadaan bahagia, pasti ngawur sana-sini karena euphoria yang ga kebendung.

(Saya nyaman ngetik dalam keadaan sedih, membuat pikiran saya sedikit lebih logis).

Enjoy dalam membacanya ya. Ini akan panjang karena mencapai 3400+ kata. Harap maklum.

Tolong mampir ke book satunya. Aku rasa, mencoba hal berbeda tidak masalah bukan? Kalian tidak akan marah kan? Ahaha, Sampai bertemu kembali!


"FELIX!" Suara teriakan itu mengejutkan banyak orang yang berada di sekitar mereka.

Pria paruh baya dengan cepat menghampiri Jisung yang kini terbangun. "Kenapa sung? Astaga.. kamu keringetan gini.." Ucapan Junho itu langsung membuat Jisung menolehkan kepalanya.

Jisung dengan tiba-tiba memeluk Junho dengan erat. Jisung juga menangis dengan sangat keras sehingga Junho dapat merasakan kalau bajunya basah karena air mata.

"Kenapa heii?? Kenapa kamu tiba-tiba teriak soal Felix? Felix ada di samping kamu hei.. Dia masih koma, belum bangun.." Junho berusaha menangkap Jisung. Namun Jisung menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cukup kuat.

Junho akhirnya melepaskan pelukan itu, dan menatap Jisung dengan lamat. Junho tau, ada yang sedang disembunyikan oleh Jisung.

"Ada yang mau kamu bicarakan?" Jisung mengangguk saat mendengar pertanyaan dari Junho.

Jisung akhirnya duduk dan membenarkan nasal canula yang berada di hidung nya.

Jisung meremat tangannya sendiri dan berusaha menahan isak tangisnya.

"Maaf. Kejadian subuh itu semua karena Jisung. Jisung tidak menyukai atensi yang diberikan pada Felix. Jisung benci. Subuh itu amarah Jisung tidak terkontrol. Terlebih Jisung yang mendorong Felix. Namun ntah mengapa Jisung juga malah ikut melompat menghampiri tubuh Felix. Jisung melihat kakek yang seperti akan mengambil Felix, makanya Jisung ikut melompat. Jisung minta maaf... Maaf karena meja yang rusak itu karena Jisung. Kak Minho, hhhh Jisung minta maaf karena berbohong. Waktu itu Felix udah jemput Jisung. Bahkan dipakein Jisung nebulizer. Jisung bisa liat gimana nakas Jisung berantakan karena Felix mencari obat Jisung."

Jisung menjelaskan seraya menahan isaknya. Namun sayang sekali, air mata Jisung tetap keluar dan dirinya merasa sangat bersalah. Jisung menarik nafasnya dalam sebelum kembali melanjutkan.

"Jisung mimpi kalau Felix ninggalin kita semua. Jisung takut. Jisung minta maaf. Jisung mau balikan sama Felix. Felix ga mungkin pergi! Kakek ga boleh bawa Felix!"

Jisung meronta-ronta. Dirinya mulai memukuli kepalanya sendiri membuat Junho, Naeun, dan Minho berusaha mengambil tangan Jisung agar tidak melukai dirinya.

"JISUNG MINTA MAAF FELIX! MAAFIN KAKAK. KAKAK GA BECUS JAGAIN KAMUU!!" Jisung semakin meronta-ronta dan menangis keras.

Junho dengan cepat menekan tombol yang berada di samping ranjangnya Jisung. Tidak mungkin dirinya membuat Jisung celaka karena tingkah lakunya.

Hati Junho dan Naeun tersayat hebat mendengar penuturan Jisung. Minho bahkan sudah menangis tanpa suara.

Minho sangat menyesal saat dimana dia mencambuk Felix karena tidak percaya padanya. Minho menyesali perbuatannya itu.

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang