22. Pemikiran Liar

508 62 6
                                    

Bangchan menghela nafasnya karena Felix tiba-tiba saja mematikan teleponnya sepihak. Ia khawatir Felix sakit. Bagaimana tidak? Felix tiba-tiba pulang padahal mereka bisa saja pulang bersama.

Bangchan memijit pelipisnya, ia juga mengabari kedua orang tua Minho agar segera pulang. Tentu saja Bangchan sudah dekat dengan kedua orang tua Minho. Ia juga tidak canggung, karena orang tua Bangchan merupakan sahabat dekat orang tua Minho.

Ditengah kepusingan nya itu, Banhchan dikejutkan oleh Changbin yang baru saja kembali dari rumah Felix. "Biasain kalau masuk tuh permisi. Asal nyelonong ae, kaget gua ah." Ucap Bangchan mengelus dadanya, Changbin hanya menyengir. Lucknut.

"Lagian ngelamun. Btw, mana yang lain?" Tanya Changbin saat menyadari kalau diruangan hanya da dirinya, Bangchan dan Jisung saja.

"Keluar, katanya ada yang mau dibeli. Lagian lu ngapa dah main pulangin si Felix tanpa bilang ke kita semua?" Lah.. Changbin terheran-heran. Pasalnya ia sudah menyuruh Felix untuk berpamitan pada yang lain. Apakah Felix tidak menurutinya?

"Gua udah suruh dia pamit ke yang lain tadi. Dia yang ngajak pulang. Sung, tadi Felix ada kesini ga?" Jisung mengangguk saat mendengar penuturan Changbin.

"Tuh. Lu pada aja malah ngilang." Changbin yang akhirnya mendudukan dirinya disamping Bangchan.

Jisung hanya mendengar percakapan itu. Ia tak ingin ikut campur, karena itu bukan urusannya. Toh ia juga tak perduli pada Felix. Bermuka dua. Haha.

Ya. Jisung tidak munafik. Ia benci dengan Felix. Ia sangat tak suka jika Felix mendapatkan perhatian dari yang lain, ia tak suka jika Felix menjadi yang utama.

Jisung benci! Jisung sudah terbiasa mendapatkan atensi Minho dan teman-temannya, sekalinya ia melihat salah-satu temannya memberi atensi kepada Felix, ia pasti membencinya. Ingatkan Jisung bahwa ia dan Felix adalah kembar.

Felix terbangun. Padahal ia baru tidur setengah jam, namun rasanya pusing sekali. Ia merasa bahwa dirinya menggigil sekali padahal AC kamarnya mati.

Felix membuka lacinya dan mengambil termometer yang berada di dalamnya. Ia dengan segera mengecheck suhu tubuhnya dan tinggi. 40° ia bingung harus apa, ia akhirnya memilih meminum obat penurun demam Felix tidak nafsu makan saat ini. Perutnya mual sekali, punggungnya sakit terasa dicabik-cabik.

Felix berjalan mendekati pintu balkon kamarnya dan menarik kursi yang berada di meja belajarnya, ia memilih untuk duduk di depan pintu tersebut.

Melihat keluar tidaklah buruk. Tanpa disadari kakinya melangkah menuntunnya untuk keluar dan berdiam diri dipembatas balkon. Felix melihat langit yang amat indah siang ini. Ia melihat matahari tidak begitu terik, sejuk dengan angin sepoi-sepoi nya.

Felix kembali kedalam kamarnya dan mengambil ponselnya untuk chat seseorang yang menurutnya sangat dibutuhkan untuk menangis.

TING

Tiba-tiba saja ponsel pemuda berbibir dower itu bunyi. Ya, Hyunjin. Ia kini tengah bersama Seungmin, Jeongin, dan Minho keluar. Mereka pergi ke toko buku bersama-sama karena ada buku yang harus dibeli. Sekalian beli buku komik buat Jisung sih kalau Minho.

Oke back ke topik, Hyunjin kini melihat notif yang berada di ponselnya. Disana tertera kalimat "Kak Hyunjin, kerumah dong. Dibawah balkon Felix ada kolam renang loh." Hyunjin yang membaca itu tak mengerti, namun ntah mengapa pesan yang Felix kirimkan sangatlah ganjal.

"Eh, gua duluan yak. Balik rumah dulu, ini juga buku yang gua butuhin dah cukup kok. Mau mandi juga gua." Ujar Hyunjin pada yang lain.

Tanpa menunggu jawaban, Hyunjin akhirnya pergi dari toko buku setelah ia membayar semua buku yang ia beli.

Hyunjin dengan tergesa memberhentikan taksi dan bergegas kerumah Felix. Ia merasa bahwa Felix akan melompat dari atas sana, tapi mana mungkin. Tapi bisa saja mungkin karena Felix itu tidak bisa berenang.

Hyunjin sama sekali ga tenang. Untung saja jalanan siang itu agak lenggang, jadi Hyunjin bisa cepet sampe rumah Felix.

"Mati lix."

"Udah ga usah pikirin. Mati enak loh."

"Lompat lah, dibawah kolam renang kok. Jadi ga akan sakit, paling tenggelam."

"Felix. Kamu ga akan pernah dapet atensi siapapun termasuk teman mu sendiri."

"Felix. Lee sialan Felix."

"ARGHHHH!!!! BERISIK ANJING!" Felix berteriak sambil meremat kepalanya. Felix mendapatkan bisikan-bisikan yang membuat kepalanya berisik. Felix frustasi. Tanpa berpikiran panjang, Felix berlari keluar balkon dan melompat dari atas balkon kebawah.

Felix merasa tubuhnya melayang, ia merasakan bagaimana punggungnya mendarat di air dan tenggelam kedasarnya. Pasalnya kolam renang Felix ini sangatlah dalam.

Sayup mata Felix melihat matahari tepat diatas air, sebelum akhirnya Felix mendengar teriakan dan kesadarannya pun menghilang.

Hyunjin datang tepat sekali ia melihat tubuh Felix yang melompat dari balkon kamarnya. Hyunjin berlari masuk kedalam rumah tersebut dan langsung pergi kehalaman samping.

"FELIX!!" Ia berteriak dan menyebutkan dirinya. Ia meraih tubuh Felix dan membawanya ke daratan. Hyunjin khawatir, ia berusaha memompa dada Felix agar Felix kembali sadar.

"Lix! Lu ga lucu bangsat! LU KENAPA SIH! ARGHH!! Lix sadar hiks. Sadar lix. Hiks." Hyunjin frustasi karena Felix tak kunjung sadar, ia merasakan tubuh Felix yang sangat dingin. Tanpa menunggu waktu yang lama, Hyunjin menelpon Bangchan agar segera datang kerumah Felix.

Hyunjin mengangkat tubuh Felix dan dibawanya kedalam rumah. Ia masuk kedalam kamar Felix dan mengganti baju Felix dengan baju yang kering.

Saat ia membuka baju Felix, ia melihat ditangan kiri Felix ada bekas sayatan. Bahkan ia melihat tubuh mulus yang putih itu terdapat bekas cambukan yang sudah membiru. Felix membuat Hyunjin tercengan dan menangis keras. Hyunjin menangis sambil memakaikan Felix baju.

Tapi tak berselang lama, Bangchan datang melihat kondisi Felix yang terlihat diambang kematian. Bangchan dan Hyunjin segera membawa Felix ke mobil dan dengan cepat melaju ke arah rumah sakit yang berbeda dengan Jisung. Ia tak mau Minho mengetahui bahwa Felix tengah sekarat, ia takut Minho malah memarahi Felix.

"DOKTER! TOLONG ADIK SAYA!"


TBC

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang