32. Jisung Atau Felix?

441 55 1
                                    

Pagi hari ini di jam 10.00 sudah membangunkan para manusia yang semalaman bermalam dirumah sakit. Jisung terbangun lebih dulu karena ia merasa ada yang menggerak-gerakkan tangannya. Ternyata itu Mingyu yang sedang memeriksa kadar oksigennya melalui alat yang ntahlah, Jisung pun tidak tahu.

Jisung melihat ke sekeliling ruangannya dan ia menemukan orang tuanya yang tertidur di sofa sembari duduk, uh... pasti tidak nyaman, pikir Jisung sih gitu. Matanya pun terus melihat kesekeliling hingga ia melihat Minho yang tidur di atas brankar milik Felix sebelumnya. Jisung sempat terdiam dan berpikir, ia baru sadar kalau Felix tidak bersama mereka saat kemarin ia keluar.

Mingyu yang melihat Jisung pun tersenyum kecil. Mingyu paham apa yang ada di otak milik Jisung saat ini. "Felix ada sama saya.. Jisung boleh pulang hari ini, nanti kalau orang tua Jisung sudah bangun, suruh keruangan saya aja ya. Saya permisi dulu Jisung.." Jisung terdiam. Pertanyaan di otaknya sudah terjawab, tapi maksud Jisung, 'Felix berada dimana kalau ia bersama Mingyu?'

"Loh udah bangun? Saya baru aja kelar periksa kembaran kamu." Sesaat Mingyu sampai diruangan, ia menemukan Felix yang tengah duduk di ranjangnya sambil menunduk. Makanya ia langsung melemparkan beberapa kalimat pada Felix.

Felix yang mendengar itu menoleh, Mingyu terkejut karena melihat Felix yang menangis dalam diamnya. Dengan cepat, Mingyu menghampiri Felix dan mengecheck keadaannya.

"Felix baik dok. Ga pusing, ga mual, ga lemes... Dokter ga usah khawatirkan Felix.." Ujar Felix menyusut air matanya menggunakan tangannya. Mingyu pun juga lega, karena yang Felix ucapkan tadi benar adanya. Keseluruhan tubuh Felix membaik meski lukanya masih harus diperban.

"Panggil Kakak aja. Felix besok baru boleh pulang ya. Saya mau ngasih infus Vitamin lagi buat kamu, tapi kalau sore kamu udah bisa jalan-jalan ke taman berati malam ini boleh pulang." Felix terdiam, ia merasa tidak harus menjawab pernyataan yang diberikan oleh Mingyu.

Namun beberapa saat kemudian lamunan Felix buyar saat Mingyu menusukkan jarum infus ke tangannya. Felix sedikit meringis perlahan saat jarum itu masuk. Felix menatap lengannya yang kembali di infus, padahal kemarin udah di infus, masa harus di infus lagi?

"Nah sudah. Ok, saya keluar dulu. Nanti ada suster yang bawain makanan. Jangan sedih Felix, tersenyum selalu." Ujar Mingyu sembari melangkahkan kakinya keluar. Felix terdiam, ia pun merebahkan tubuhnya kembali ke atas brankar, membiarkan dirinya beristirahat sejenak dan menyiapkan mental untuk pulang ke rumah.

Waktu semakin siang dan matahari sudah semakin naik. Kini kedua orang tua Minho, Jisung, dan Felix berada di kantor milik Mingyu. Mingyu menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sejenak Mingyu menghela nafas sebelum ia mengeluarkan suaranya. "Ada kabar baik dan kabar buruk. Sebelumnya maaf jika saya lancang, apa salah satu dari kalian ada yang memiliki keturunan penyakit kanker leukimia?"

Deg

Suasana diruangan tersebut hening. Mama yang tadinya menatap Mingyu pun langsung menundukkan kepalanya. Ia menarik nafas secara perlahan dan menghembuskan nafasnya kembali. "Saya... Kakek saya memiliki penyakit kanker leukimia, beliau meninggal karena leukimia yang dideritanya. Saya memiliki leukimia, namun setelah pengobatan diluar negeri saya berhasil sembuh. Apakah Jisung memiliki nya?"

Mingyu sempat terdiam sebentar, ini masih perkiraannya. Ntah benar atau salah, tetapi sepertinya Mingyu harus memberitahu pada mereka, bagaimanapun mereka tetaplah orang tua Felix.

"Begini.. Saya masih memerlukan beberapa test pada Felix untuk memastikan kalau Fe-"

Ceklek

"Permisi, maaf mengganggu waktunya. Dokter Mingyu, Felix ingin bertemu dengan anda sebentar.."

Ucapan itu terpotong saat ada seorang suster yang masuk ke dalam ruangan Mingyu. Mingyu menatap suster tersebut dengan tatapan yang datar. "Lain kali ketuk dahulu sebelum masuk. Silahkan keluar, saya sebentar lagi kesana." Ucapan itu di angguki sang suster dan suster itupun pergi keluar.

Mingyu kembali mengalihkan atensinya pada dua manusia yang sedang duduk di depannya, ia pun tersenyum sebelum melanjutkan pembicaraannya. "Maaf, Jisung tidak memiliki gejala atau tanda kanker leukimia. Tetapi mungkin akan terjadi pada Felix karena mendapati beberapa gejala yang tidak kunjung hilang. Namun itu semua masih dugaan semata, karena Felix juga memiliki imun tubuh yang lemah. Untuk Jisung, ia harus tetapi menggunakan nebulizer, hari ini Jisung boleh pulang." Mingyu menutup kalimat tersebut dengan kabar baik Jisung.

Papa dan Mama pun berdiri dari kursi dan tersenyum lebar saat mendengar pernyataan yang diberikan Mingyu. Merekapun pamit dan pergi dari sana untuk kembali keruang rawat Jisung.

Mingyu menghela nafasnya, ia melihat beberapa dokumen yang terisi dengan riwayat sakitnya Felix. Terlebih pada luka Felix yang tak kunjung sembuh, ia merasa aneh. Seharusnya luka gores pun bisa sembuh dengan cepat, ini tidak. Mingyu tanpa pikir panjang mengambil dokumen tersebut, dan segera pergi menemui Felix.

"Felix, maaf, kakak belum bisa izinin kamu pulang. Ada beberapa test yang ingin kakak berikan padamu." Felix terdiam sesaat.

Saat Mingyu sampai diruangan Felix tadi, Felix hanya diam menatap Mingyu dengan tatapan kosong. Felix merasa dirinya tidak memiliki semangat hidup.

"Gapapa kak. Test aja. Felix juga belum siap mental untuk pulang kerumah. Felix denger dari salah satu suster yang tadi Felix minta keruang kakak, kak Jisung pulang hari ini ya?? Felix seneng deh dengernya. Artinya kak Jisung ga harus cium bau rumah sakit lagi." Mingyu yang mendengar hal itupun tersenyum tipis pada Felix. Ia mengusap surai Felix dengan lembut.

"Felix kalau hari ini bisa lewati test dengan baik, besok pasti pulang." Felix mengangguk sebelum akhirnya ia menengadahkan kepalanya.

Felix merasakan cairan merah keluar dari hidungnya, baunya amis seperti bau darah Mingu yang melihat itu pun segera mengelap hidung Felix menggunakan tissue.

Felix hanya bisa terdiam beberapa saat karena dirinya masih shock, sampai akhirnya ia merasakan kepalanya yang amat sakit. Felix masih diam merasakan sakit dikepalanya.

Mingyu yang membantu Felix pun menatap mata Felix yang nampak kosong. Ntah mengapa firasatnya Mingyu semakin kuat, kalau Felix-

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang