Felix termenung di atas balkon kamarnya. Ia menatap balkon kamarnya yang belum di perbaiki. Felix menatap kebawah dan tanpa sadar ia melayangkan tubuhnya jatuh kebawah kolam renang.
Felix bisa merasakan punggungnya yang terhantam oleh air, merasakan nyeri di bagian lengannya yang memiliki beberapa luka sayat, bahkan kini kepalanya terasa pening, nafasnya kian memberat dan matanya yang menatap ke arah langit yang biru berubah menjadi langit yang gelap.
—
"Hah?!" Felix terbangun, ia melihat dirinya berada di atas kasur sendirian. Ia menyadari tubuhnya masih terbalut pakaian yang tadi ia kenakan. Kering, itu yang ia rasakan.
Felix turun dari kasur dan pergi ke ruang makan untuk mencari saudaranya dan temannya. Tapi apa yang Felix lihat di ruang makan hanyalah kekosongan.
Felix mencari keseluruh sudut rumah, tetapi sema itu hanya ada kekosongan. Felix akhirnya mencoba mencari keluar rumah dan mengunjungi satu-persatu rumah dari teman-temannya itu, dan tetap saja hasilnya nihil.
Felix merasa bingung, ini kan masih terbilang siang, masa iya teman-teman dan saudaranya sudah menghilang begitu saja? Toh, Bangchan dan Hyunjin tidak mungkin setega itu untuk ninggalin Felix.
Felix berlarian di trotoar, ia berusaha mencari saudara dan temannya namun hasilnya nihil.
Felix akhirnya memutuskan untuk pergi ke sungai Han dan diam di pinggiran sungai tersebut. Ia menatap air yang tenang itu. Ntah mengapa perasaan Felix kali ini sangatlah damai dan nyaman. Ia seolah-olah tak merasakan beban di benaknya.
Felix menatap ke sekeliling nya. Semua tampak terlihat normal dan dunia pun berputar sama di porosnya. Felix memutuskan pergi kembali kerumahnya dan menuju ke kamar Jisung.
Ia menatap banyak obat-obatan milik Jisung yang terletak apik di meja nakas, Felix menatap ke arah beberapa foto yang terpajang di meja belajar milik Jisung. Ia melihat foto dirinya dan Jisung saat masih kecil. Ia meraih foto tersebut dan tersenyum lebar hingga matanya menyipit.
"Ntah mengapa Felix sekarang merasa tenang dan bahagia. Felix merasa tidak kehilangan apapun meski kalian tidak ada. Ntah apa yang harus Felix lakukan tapi terima kasih banyak sudah menjadi kakak yang baik untuk Felix. Kak Jisung yang terbaik!!!" Felix berujar sembari memeluk foto itu. Tapi tak lama kemudian, ia merasakan tepukan di pundaknya.
Felix berbalik dan menatap sang kakek. Felix terkejut, dan sedikit mundur ke belakang. Kakek Felix sudah meninggal saat Felix berusia 9 tahun, lantas mengapa sekarang kakek nya berada di dekatnya?
Felix sedikit menunduk namun sedetik kemudian sang kakek memeluk Felix. "Felix.. cucu kakek yang paling muda.. pulanglah nak. Ini bukan tempat mu."
Felix sedikit mengernyitkan dahinya. Ia menatap bingung ke arah sang kakek. "Maksud kakek apa? Felix masih hidup ini." Namun sayangnya ucapan Felix membuat sang kakek menggelengkan kepalanya perlahan.
Felix terdiam, ia tak tau apa maksud kakek nya itu. Apakah maksudnya Felix ini sudah mati? Tidak mungkin! Felix bahkan masih menapakkan kakinya di lantai.
"Ayo kita ke kamar Felix. Nanti kakek cerita kan disana." Felix mengangguk dan pergi bersama sang kakek ke kamar milik Felix.
Sesampainya di kamar, Felix terdiam kembali dia tas balkonnya. Tapi kali ini ia tak sendiri, ia bersama kakeknya disana.
Hembusan angin sepoi-sepoi menerjang kulit, membuat surai Felix melambai-lambai. Felix merasakan ketenangan untuk ke sekian kalinya. Ditambah kali ini, usapan lembut dari kakek di atas kepalanya membuat ketenangan itu berkali lipat.
"Ini sangat tenang. Felix mau disini saja." Ucap Felix sambil menutup matanya, menikmati ketenangan.
"Tidak bisa Felix. Masih ada perjalanan yang harus kamu tempuh. Pulang lah. Minho khawatir dengan mu, begitupun teman mu yang lain. Jisung kritis di rumah sakit, ia membutuhkan mu Felix." Kakek berucap perlahan, memilah kalimat yang tidak menyinggung perasaan Felix.
"Tapi.. kak Jisung jahat sama Felix.."
"Jisung ga jahat. Kalau Jisung jahil sama kamu, kamu biarkan saja dia. Jisung memang jahil, tetapi Felix tidak boleh membalasnya. Ingat.. Jisung tetap butuh perhatian.."
Felix terdiam, ia pun tersenyum dan mengangguk, seolah mengiyakan perkataan sang kakek.
"Kalau Felix terlalu lelah, nanti kakek jemput. Sekarang Felix pulang ya. Inget, Jisung ga jahat. Ia cuma jahil. Ia tidak mungkin melukai diri Felix. Kalian itu kembar.. sekarang berdiri di pinggir balkon yang rusak itu dan jatuhkan dirimu ke kolam renang bawah."
Setelah kakeknya berucap, ntah mengapa secara spontan Felix mengikuti arahan sang kakek. Ia menjatuhkan dirinya ke bawah kolam renang dan merasakan hal yang serupa saat ia menjatuhkan dirinya tadi setelah sarapan.
Kali ini Felix mendengar teriakan seseorang tepat sekali berada di dekat nya. Felix sedikit mengernyit dan mendengar bunyi yang asing di telinganya.
Perlahan ia mengerjapkan matanya dan membiasakan cahaya masuk ke matanya. Ia berusaha menatap ke sekelilingnya dan menemukan seorang dokter dan suster yang tengah mengotak-atik barang-barang medis yang ada di dekatnya.
"Eunghh.." Felix mengeluarkan lenguhan dari bibir pucat nya. Ia pun memegang tangan sang dokter. Dokter yang sadar kalau Felix sudah siuman pun bernapas lega. Itu Mingyu. Felix bisa melihat jelas kali ini, kalau itu Mingyu.
"Felix... Astaga, syukurlah kau sadar. Saya sudah kepalang panik karena kamu tadi hampir dinyatakan koma. Tunggu sebentar ya, saya panggilkan dulu Minho." Ucapan Mingyu di angguki Felix.
Felix pun menatap ke arah sebelah kiri dan menemukan Jisung yang tertidur pulas di sebelahnya.
"Jisung..."
"Cepat! Panggil dokter!"
Seorang suster dengan cepat menyuruh temannya memanggil Mingyu. Felix yang mendengar hanya terdiam, kepalanya masih sedikit pening bahkan ia baru merasakan dadanya terasa sakit.
Namun hal itu menjadi abai saat melihat Mingyu kembali bersama Minho dan temannya yang lain.
Mingyu memeriksa keadaan Jisung dan kemudian tersenyum lega. Minho dan temannya yang berada disana pun bernafas lega saat melihat Felix siuman.
"Jisung dan Felix berhasil melewati masa kritisnya. Namun Felix masih harus di rawat inap dan Jisung, besok pagi sudah bisa pulang. Bangchan, terima kasih karena dengan cepat kamu membawa mereka kemari. Saya permisi ya. Nanti malam, saya akan kembali untuk menggantikan masker oksigen Felix dan Jisung dengan nasal cannula." Setelah itu Mingyu pun pergi dari sana di ikuti beberapa suster.
Minho terjatuh kelantai dan menangis, Bangchan yang melihat itu pun memeluk Minho dan menenangkannya.
Changbin dan Hyunjin kini sudah berada di sisi ranjang Felix, bahkan Seungmin dan Jeongin juga berada disisi ranjang milik Jisung.
"Kak Minho.."
"Felix. Hiks lixie.. jangan berbuat nekat lagi.."
"Apa yang sebenarnya terjadi?? Kenapa Felix disini bersama Jisung?"
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Aku Juga Adikmu
Ficção Geral"Kak. Aku juga adik mu. Tapi kenapa aku selalu di abaikan?" "Lix maafin Kakak karena Kakak gak becus jaga kamu." "Kak Minho sabar ya.. Kita ada buat Kak Minho kok.." Note: Non Baku Mengandung kekerasan, kalimat kotor. Harap bijak dalam memilih bacaa...