Pagi nya Felix terbangun dengan mata yang sedikit membengkak. Ia bergegas berlari menuju ke kamar mandi untum mencuci muka dan sikat gigi. Setelahnya ia keluar dan melihat jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 05:14 dini hari. Felix keluar dan berniat untuk ke kamar Hyunjin.
Suara langkah kaki Felix menggema karena
hanya ada Felix yang baru bangun. Seisi rumah masih sepi karena para pembantu di rumah Hyunjin pasti sedang pergi ke pasar untuk berbelanja. Felix pun berniat ke kamar Hyunjin untuk sekedar melihat anak itu sebelum akhirnya ia akan pulang sendiri.Ceklek
Dilihatnya oleh Felix bahwa Hyunjin masih bergulung dibalik selimut tebalnya. Ia pun mendekat kearah Hyunjin dan membisikan satu kalimat "Hyun.. Fellie pulang yya?" Felix pun beranjak dari sana dan keluar tanpa menutup pintu kamar Hyunjin agar menjadi tanda bahwa Felix lah yang masuk ke kamar nya tanpa menutup pintunya.
Felix keluar dari rumah megah milik Hyunjin dan berjalan menyusuri jalan yang masih gelap. Tidak peduli dengan dingin karena yang ada di otaknya sekarang ini ialah pulang kerumah, mandi, bersiap-siap, dan pergi ke sekolah. Hanya empat hal itu saja yang akan ia lakukan, persetan dengan sarapan atau bertemu keluarga kecilnya itu, ia muak sekali.
Beberapa jalan sudah ia lewati sampai dimana terlihat sebuah lampu jalan yang tidak menyala, itu artinya sebentar lagi ia sampai. Felix pun mempercepat langkah kaki nya karena jam semakin berputar bahkan jalanan yang lenggang pun sekarang sudah terisi oleh beberapa mobil dan motor yang lewat.
"PAK SUNGJAE!!! TOLONG BUKAIN PINTU PAGAR DONG!!" Felix berteriak kencang sekali namun tak ada jawaban dari sosok manusia yang biasa berjaga di rumahnya itu. Felix pun memanjat ke atas pagar yang dimana pagar itu menjulang tinggi.
"Anjing susah banget sih sat!" Felix mengumpat saat ia berusaha untuk turun dari atas sana. Felix mah naik doang jago bagian turun liat kebawah udah cemiwiw ketakutan hadeuhhh.
Tak disadari oleh Felix bahwa Kakaknya Minho dari balkon memperhatikan pergerakan Felix. "Mau jadi maling ya tu anak? Gak tau diri banget lu ya Lix." Minho pergi masuk kedalam kamarnya setelah ia memperhatikan Felix turun tadi. Ia berniat untuk mengecheck adik kesayangan nya itu.
Felix sendiri sekarang sudah berlari kearah pintu yang jarak dari pagar hanya beberapa puluh meter. Ia membuka pintu perlahan dan yang pertama ia lihat adalah rumah yang kosong seperti tak ada penghuni nya. Felix tersenyum kecut sambil menutup pintu. Apa yang di pikirkan? Kak Minho yang menyambut nya pulang? Kak Minho yang menanyakan keadaannya? Jisung yang khawatir padanya? Jisung yang akan bertanya kemana ia pergi semalam? Atau apa? Tak ada satupun orang yang akan menanyainya seperti yang ia bayangkan.
"Gua seharusnya sadar diri. Kalau gua disini cuma kayak anak tiri aja haha." Felix pergi melangkahkan tungkainya kearah kamarnya sendiri, sekarang ia ingin berendam dibathup menggunakan air dingin agar kepalanya juga ikut dingin.
—
Dikamar Jisung kini Minho tengah sibuk dengan Jisung yang sedari tadi merengek ingin pergi kesekolah. Minho sendiri melarang Jisung untuk sekolah karena Jisung yang sempat kambuh kemarin. Minho tuh khawatir sama keadaan Jisung, dia gak mau adiknya itu sakit. Apa lagi Jisung ini pengidap asma dan kalau asma Jisung kambuh pasti langsung demam.
Kalau Felix yang sakit gimana? Jangan tanya saya, mending tanya Minho langsung aja ya ges ya. Balik ke Jisung yang sekarang masih ngerengek ke Minho buat minta pergi sekolah. "Kak ikh, Icung kan cuma kam-"
"Apa? Cuma kambuh doang?" Ucapan datar Minho membuat Jisung menciut. Jisung ga akan berani ngelawan kalau Minho udah bilang begini akhirnya Jisung pun mengalah dan ia tidak pergi kesekolah untuk hari ini. Minho juga sudah buat kan Jisung surat izin yang nanti akan ia kasih kan sendiri kepada wali kelas nya Jisung dan Felix.
Minho pergi dari kamar Jisung dan tujuan nya sekarang adalah ke kamar si bungsu. Tapi sebelum Minho masuk kedalam kamar Felix ia mengintip dibalik celah pintu yang memang tidak tertutup, memperhatikan gerak-gerik yang adiknya itu lakukan.
Minho melihat bagaimana Felix menggunakan seragam sekolah dengan sangat telaten, ia juga melihat Felix yang memasukan beberapa buku dan barang yang menurut Minho tidak begitu penting seperti payung, note kecil, dan satu barang yang belum pernah Minho liat. Minho mengernyitkan dahinya mengapa bawaan Felix sangat banyak? Tapi ia acuh dan memilih untuk masuk kedalam kamar Felix saat Felix sudah selesai menyiapkan keperluan sekolahnya.
"Lain kali kalau mau masuk rumah ga usah manjat pagar. Lu mau dikira maling? Pake otak kecil lu itu buat cari cara masuk rumah tanpa memanjat." Felix tersentak saat suara Minho mengindahkan pendengaran nya. Felix pun hanga menatap Minho datar lalu pergi dari sana sambil meraih tasnya melewati Minho begitu saja. Minho sendiri menghela nafasnya lalu ia keluar dari sana dan menutup pintu kamar Felix.
Felix sendiri pergi berlari keluar apapun itu yang terpenting jauh dari rumahnya. Perkataan Minho terus terngiang dibenak nya membuat Felix mau tak mau menitikkan air mata nya itu. Felix sekuat tenaga menahan isakan nya, tapi bukankah menangis dalam diam itu sangat menyakitkan dan begitu sesak? Ya itu yang Felix rasakan sekarang. Felix hanya bisa mengusap dadanya dan meremat kuat seragamnya upaya menghilangkan sesak tersebut, dan melangkah lebih cepat untuk sampai disekolah.
—
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Aku Juga Adikmu
General Fiction"Kak. Aku juga adik mu. Tapi kenapa aku selalu di abaikan?" "Lix maafin Kakak karena Kakak gak becus jaga kamu." "Kak Minho sabar ya.. Kita ada buat Kak Minho kok.." Note: Non Baku Mengandung kekerasan, kalimat kotor. Harap bijak dalam memilih bacaa...