34. Sekarang Bagaimana?

484 58 8
                                    

PLAK! Brug

Suara tamparan itu menggema keras. Felix terjatuh dan bahkan dapat merasakan sudut bibirnya yang robek karena tamparan keras itu.

Felix menatap Junho dengan tatapan kecewa. Felix seketika bangkit dan menatap ke arah Junho dengan tatapan tajam.

"Papa itu pria! Mama wanita! BAGAIMANA BISA SEORANG PRIA MENAMPAR WANITA YANG SUDAH MENJADI ISTRINYA?! KALAU PAPA TIDAK SUKA SAMA FELIX BILANG! BUKAN NYALAHIN MAMA!"

Minho yang melihat Felix berteriak langsung menarik lengan Felix untuk keluar dari kamar kedua orangtuanya.

Minho membawa Felix ke kamar milik nya dan menampar Felix tanpa alasan yang jelas.

"GA SOPAN KAMU TERIAK DEPAN PAPA!"

"PAPA YANG GA SOPAN MENAMPAR MAMA!"

Mereka berdua diam. Felix sudah memalingkan wajahnya ke arah balkon kamarnya. Minho juga menundukkan pandangannya.

Kini atmosfernya menjadi dingin. Menciptakan suasana yang tidak nyaman. Minho pun memutuskan pergi dari sana. Felix yang melihat itu hanya bisa meluruhkan tubuhnya ke lantai.

Felix merasa tubuhnya lemas sekali seperti tidak ada tenaga. Tetapi sesaat kemudia tubuhnya terangkat oleh tangan besar yang ternyata itu Junho.

Felix menatap Junho dengan tatapan yang datar. Tatapan itu berhasil membuat emosi Junho naik. Junho langsung melepaskan cengkraman bajunya itu dan membiarkan Felix jatuh ke lantai.

"Kamu emang anak gak tahu di untung! Susah-susah saya besarin kamu, tapi malah jadi penyakitan gini!"

"Jisung juga penyakitan." Ucapan Felix mampu membuat Junho melayangkan tendangan ke perutnya. Felix meringis kesakitan. Ia menatap ke arah Junho dengan tatapan kecewa.

"Fakta kan? Kalau cuma buat berantem, mending habisin Felix aja sekarang." Junho pun terdiam.

"Kenapa diem pa? Sini habisin Felix. Ga usah diem aja. Sini!" Felix mulai bangkit dan menatap Junho.

Junho masih tetap diam, ia tidak tahu harus apa saat ini. Felix benar-benar ganas didepannya.

"MAJU LU ANJING! SINI HABISIN GUA BANGSAT!"

"LEE FELIX!"

Felix terdiam saat Junho meninggikan suaranya. Junho pun menutup pintu kamar Felix dan menguncinya dari dalam. Felix panik, ia tidak tahu kalau Junho akan mengunci diri mereka berdua.

Tanpa basa-basi panjang, Junho langsung menarik lengan Felix dan di dudukannya Felix di atas ranjang miliknya. Felix terkejut, dirinya benar-benar tidak tahu akan di apakan oleh Junho.

Junho sendiri mengambil ikat pinggang milik Felix yang tergantung dan mulai berdiri di hadapan Felix. "Buka bajumu Felix." Felix diam. Ia enggan untuk membuka bajunya, membuat Junho kesal. Junho akhirnya merobek baju yang dikenakan Felix.

"PAPA!" Felix berteriak terkejut. Namun tatapan Junho pada Felix lebih mengejutkan. Junho tidak tahu kalau Felix memiliki luka memar di sekujur tubuhnya yang terlihat sudah mengering.

Felix hanya bisa menatap kesekeliling nya mencari barang yang bisa ia gunakan untuk menghubungi Mingyu. Matanya terus melirik hingga akhirnya terpaku pada nakas yang berada di pinggir kasurnya. Ia meraih ponselnya dan mulai mengetikkan beberapa kata pada nomor yang dituju.

Junho masih tetap disana. Ia memandangi Felix dengan tatapan yang sulit di artikan. Junho pun akhirnya memutuskan pergi dari sana meninggalkan Felix sendirian.

Felix merasa cerita ini rumit. Ia tidak tahu apa yang harus di lakukan nya. Tetapi sesaat kemudia Felix mengambil baju baru yang berada di lemarinya dan bergegas pergi keluar rumah untuk menemui Mingyu yang sempat ia chat tadi.

Dokter Mingyu

Kak Mingyu.. Tolong jemput Felix. Maaf merepotkan, kepala Felix sakit sekali.. | 15.38

Kini Junho berada di kamar Jisung. Ia sedang menemani Jisung menonton film dikamarnya.

Bagaimana bisa? Saat Junho keluar dari kamar Felix, ia langsung saja menuju kamar Minho untuk menanyakan keberadaan Jisung, dan Minho hanya menjawab jika Jisung berada di kamar nya.

"Ahahaha!! Pa, nanti kita ke Tokyo ya? Disneyland." Ucap Jisung sambil menunjuk karakter Disney yang tengah terputar di TV nya.

"Iya sayang. Sekarang Jisung istirahat dulu ya. Sudah dulu nonton nya. Jisung kan baru keluar dari rumah sakit. Minggu depan kita pergi ke Jepang. Papa udah pesen tiketnya. Selamat istirahat Jisung, sayangnya papa.." Junho mengecup pelipis Jisung secara singkat, sebelum akhirnya meninggalkan kamar Jisung. Jisung juga memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Turu brok.

"Minho. Siapin baju-baju kamu, Minggu depan kita ke Jepang. Ini permintaan Jisung, jangan membantah!" Ujar Junho dari luar kamar Minho.

"Iya pa!! Ini lagi ngasih makan kucing dulu. Itu bujuk mama sana. Dia nangis-nangis mulu gara-gara papa!!" Jawab Minho.

Junho hanya bisa menghela nafasnya, ia pun langsung pergi untuk menemui istrinya yang pasti masih menangis di dalam kamarnya.

Junho kini sedang memeluk Naeun dengan lembut. Ia juga sudah meminta maaf pada Naeun karena hampir menamparnya dan juga sudah membentaknya.

Junho sebenarnya sangat baik. Ia menyayangi keluarganya terlebih sang istri. Junho memiliki perasaan yang lembut, tetapi tidak pada Felix.

Junho tidak bisa mengekspresikan perasaannya pada Felix membuat dirinya kasar dan membenci Felix. Ntah bagaimana dirinya harus mengungkapkan perasaannya pada Felix. Ia terlalu trauma karena Felix hampir merenggut nyawa istrinya.

Junho ingat bagaimana dirinya susah payah mendapatkan Naeun, membuat Naeun bahagia dan berusaha agar lamarannya diterima oleh Naeun dan keluarga Naeun. Ia berjuang mati-matian untuk membangun bisnis sendiri agar Naeun bisa mendapatkan kehidupan yang menjanjikan dari dirinya.

Ia ingat bagaimana Naeun mendapatkan diagnosa kanker yang turunan dari ayahnya, ia ingat gimana Naeun kritis saat menjalani pengobatan kanker, membuat Junho hampir berputus asa. Namun Tuhan sangat baik padanya, membiarkan Naeun sembuh dan berada di pelukannya. Ia sangat bersyukur bisa mendapatkan Naeun sepenuhnya.

Tangan Junho masih mengusap surai indah milik Naeun. Naeun juga sudah mulai berhenti menangis. Bahkan sekarang ia sudah tertidur dipelukan Junho. Junho yang mendengarkan dengkuran halus milik istrinya tersenyum tipis. Ia pun merebahkan tubuh Naeun di atas kasur dan membiarkan Naeun tertidur nyenyak.

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang