23. Hampir Kehilangan

580 62 5
                                    

"Hyunjin, kemarilah dan tenangkan dirimu." Bangchan meraih Hyunjin kedalam dekapannya. Ia mengelus punggung Hyunjin sambil menatap kearah ruang UGD.

Bangchan dapat merasakan bajunya basah karena air mata Hyunjin yang terus keluar. Bangchan juga khawatir. Ia sudah mengetahui semuanya melalui cerita Hyunjin sepanjang jalan kerumah sakit. Bangchan sendiri terkejut mengapa Felix bisa melakukan hal seperti itu.

Apakah.. Felix memasuki taha depresinya?

Cklek

Akhirnya yang Bangchan dan Hyunjin tunggu-tunggu keluar juga. Sang dokter, keluar dari ruang UGD dan menemui Bangchan serta Hyunjin.

"Chan. Ikut saya keruangan. Hyunjin juga." Ya. Kini mereka berada dirumah sakit yang dipercayai oleh keluarga Banhchan. Bangchan dengan takut melangkah mengikuti Mingyu bersama Hyunjin yang masih menangis.

Mingyu langsung menyodorkan beberapa kertas hasil pemeriksaan terhadap Felix.

"Felix memiliki asam lambung yang cukup parah, saat tadi aku memeriksanya, ternyata sudah naik. Demam Felix sangatlah tinggi. Melebihi 40° aku yakin saat dia meminta pulang, obat yang aku beri tidak ia minum. Termasuk paru-parunya penuh dengan banyak air. Aku sudah mengobati luka ditubuh Felix. Bukan hanya diperhatikan soal fisik, tapi Felix lebih baik diawasi secara mental juga." Jelas Minggu membuat Bangchan lemas sejadi-jadinya.

Hyunjin yang mendengar hal itu menangis keras sekali. Ia tak mau kehilangan sahabat nya. Dulu ia ingat bahwa Felix berkata kalau dialah teman keduanya setelah Bangchan.

"Aku akan berusaha membuat Felix sembuh. Aku akan melakukan pengecekan lebih dalam untuk tubuh Felix. Aku harus memastikan tidak ada penyakit lain yang bersarang ditubuhnya. Felix akan aku rawat inap selama 3 hari kedepan. Kamu tak perlu khawatir." Mingyu meyakinkan Bangchan dan Hyunjin kalau Felix akan baik-baik saja.

Bangchan akhirnya memilih untuk berpamitan keluar bersama dengan Hyunjin. Bangchan masih merangkul Hyunjin. Hyunjin sangat takut. Ia takut kehilangan temannya.

Minho, Changbin, Jisung, Seungmin, dan Jeongin kini berada diruangan. Mereka sedang merapihkan barang-barang untuk besok mereka bawa pulang.

Semakin kesini, kondisi Jisung semakin membaik. Membuat Minho sendiri senang. Tapi tetap ia akan mengawasi Jisung karena Jisung masih cukup rentan untuk terkena asma.

"Jisung, sampai rumah besok, kamu istirahat ya." Minho mengingatkan Jisung, karena ia takut besok Jisung merengek ingin kesekolah. Jisung itu keras kepala.

Setelah semuanya selesai, mereka akhirnya mendudukan dirinya di sofa dan Minho disamping brankar milik Jisung. Ia menatap sekelilingnya, dan tak menemukan kehadiran Bangchan.

"Kak Chan mana?" Tanya Minho pada Jisung.

"Katanya sih pulang dulu. Mau mandi." Ucap Jisung seadanya.

Minho berfikir, kok bisa Hyunjin dan Bangchan bersamaan begini? Jangan-jangan mereka kencan lagi? Duh, jangan mikir yang nggak-nggak.

Minho memilih pergi keluar ruangan. Changbin bergidik seolah menandakan ia tak tahu Minho akan kemana saat melihat wajah-wajah temannya.

Mereka akhirnya memutuskan untuk bermain game online bersama. Karena mereka sendiri bosan dan Bangchan belum memberitahu kembali tugas yang harus dikerjakan.

Prang
Prang
Prang

Duagh

Bruk
Brak

Diruang rawat Felix, Bangchan dan Hyunjin berusaha untuk menghentikan Felix yang terus melempari barang kelantai. Mereka sangat kewalahan karena Felix sangat besar tenaganya.

Felix menangis, berteriak, meraung-raung tak tentu, ia bahkan membanting tiang penyangga infus kelantai sehingga infusan nya terlepas. Darah kini bercucuran. Felix terduduk lemas saat Bangchan berhasil mendekapnya erat.

Felix menangis dipelukan Bangchan. Hyunjin sudah berlari keluar saat Felix membanting infusan nya. Hyunjin memanggil Mingyu untuk menenangkan Felix.

Bangchan mengusap surai Felix dengan lembut. Menenangkan sang matahari yang tengah mengadat sangat melelahkan untuknya. Tapi ia sangat khawatir karena Felix nekat sekali.

"Hiks. Hiks. JAUHIN FELIX! FELIX MAU MATI AJA! INI BERISIK!!!! BERHENTI!!!!!!" Felix kembali teriak sambil memukul-mukul dada Bangchan. Tapi Bangchan malah menarik Felix semakin dalam ke pelukannya.

"Lixie... Ini kak Chan... Ini kak Chan. Jangan takut ya. Mereka ga berisik, mereka hanya mampir sebentar dan akan pergi." Bangchan mengerti maksud Felix.

Kepala Felix berisik, Felix mendengar banyak suara sehingga ia frustasi dibuatnya. Bangchan mengerti hal itu. Ia terus menenangkan Felix sampai akhirnya Minggu datang bersama Hyunjin dan beberapa suster.

Mingyu menyuruh Banhchan menidurkan Felix diranjang, Felix terus menangis dan berteriak meminta dilepaskan. Tapi sayangnya Mingyu menyuntikan obat bius kepada Felix agar Felix bisa tenang.

Bangchan menangis. Kini ia menangis melihat Felix yang harus tertidur dalam keadaan di bius. Ia merasa empati sekali pada Felix. Bahkan ia tak kuasa menahan tangisnya sehingga tubuhnya meluruh ke lantai.

Bangchan takut. Bangchan takut Felix pergi darinya.

"Sudah. Tidak apa. Saya sudah menyuntikan obat bius. Atas kekacauan ini tidak masalah. Felix akan saya pasangkan infusan yang baru. Kalau nanti Felix bangun, tolong langsung panggil saya. Saya permisi." Mingyu pun keluar di ikuti dengan suster dibelakangnya.

Hyunjin kini memeluk Bangchan dan menangis bersama. Mereka terkejut saat Felix mengamuk. Mereka sangat shock.

Bangchan hanya bisa melihat dengan tatapan kosong dan air mata yang mengalir kearah brankar milik Felix, Hyunjin bahkan sudah tak bisa lagi menangis karena matanya sangat sembab.

"Kak Chan, kak Chan lebih baik pulang. Ini sudah hampir sore. Mereka pasti nanyain kak Chan. Kalau mereka tanya aku kemana, jawab aja aku lagi ada urusan keluar rumah." Hyunjin berusaha tegar, karena ia tak mungkin meninggalkan Felix sendiri. Terutama ia yang melihat Felix melompat dari atas.

Bangchan menggeleng perlahan, dan justru memilih untuk Hyunjin yang pulang. Tapi keduanya kekeh ingin menemani Felix.

Felix. Ia sangat damai di alam bawah sadarnya. Seolah tak pernah terjadi apapun, tangan nya yang dibalut kasa, tubuh kurus nya yang ringkih, rambut yang sedikit berantakan karena Felix tadi memberontak, menggambarkan Felix saat ini. Terlihat Felix sangat amat bersedih.


TBC

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang