28. Mamah Papah Pulang

465 63 6
                                    

"Hiks..Felix jangan nekat lagi sayang.. Hiks. Ini kakak, kenapa kamu senekat itu?" Minho menangis memegang tangan Felix.

Felix terkejut, sebelumnya ia tak pernah melihat kakaknya menangis histeris seperti ini. Terlebih saat ia tau bahwa ada Jisung di samping sebrang nya yang terkulai lemah.

Felix hanya bisa diam membiarkan tangan nya yang bebas infusan itu basah karena air mata Minho. Sesekali Felix mengernyitkan dahinya karena rada pusing terus menderanya.

Felix juga sesekali melirik Jisung yang masih terbaring dan terpejam di atas ranjang sana. Felix berusaha mengingat kejadian sebelumnya, namun Felix hanya mengingat dirinya yang bertemu sang kakek.

Felix dengan perlahan mengusap surai Minho secara lembut menggunakan tangan nya yang terinfus. Felix tersenyum lirih. Ia tau kakak nya khawatir, terlebih saat ia mendapati bahwa Jisung juga di rawat. Pasti Minho sangat khawatir berlebih.

Brak!

Suara itu mengalihkan pandangan seluruh orang yang berada disana. Felix membulatkan matanya terkejut. Felix sedikit meremat ujung selimut yang berada di tubuhnya. Ia menunduk takut.

Felix melihat orang tuanya kembali. Felix ketakutan, terlebih saat Felix tidak sengaja mencuri pandang dari sang Papah. Felix mematung dan memucat melihat wajah Papah nya yang menatapnya dengan tatapan datar.

"Minho.." Minho yang merasa terpanggil menatap sang Mamah yang berdiri di samping Papah nya. Minho memeluk orang tuanya dan menangis sesegukan. Mamah dengan lembut mengusap surai Minho.

Mereka tau kalau Jisung dan Felix masuk rumah sakit. Minho memberitahu kedua orang tuanya karena saat itu mereka berdua kritis dan kemungkinan bisa saja nyawa nya lewat.

"Mah.. Jisung ga akan kenapa-napa kan?" Minho bertanya sembari menatap Jisung yang masih menutup matanya.

Felix menatap terus ke arah Jisung. Felix menatap khawatir ke arah Jisung dengan spontan Felix membuka masker oksigennya dan berjalan tertatih sambil memegang tiang infus nya.

Ia duduk di kursi sebelah ranjang Jisung. Hyunjin memegangin Felix yang hampir terjatuh karena keadaannya masih lemas. Felix bahkan sudah memegang tangan Jisung yang cukup dingin menurutnya. "Sung.. bangun. Kak Jisung.. Mamah sama Papah pulang. Ayo bangun. Kasian mereka khawatir.."

PLAK

Felix terjatuh dari kursi saat merasakan tamparan di pipi nya. Felix terkejut dan menatap ke atas. Itu Papah nya, Felix dengan cepat menundukkan kepalanya. Jantung nya berdebar sangat cepat melebihi pacu yang biasanya.

Ada apa? Kenapa Papah nya menampar Felix? Kenapa? Felix salah apa? Apa yang Felix udah perbuat? Felix gatau, Felix cuma bisa diam.

Sret

Baju Felix di tarik oleh sang Papah sehingga dengan spontan Felix berdiri bahkan sedikit melayang karena cengkraman itu sangat kuat. Felix menatap ke arah Hyunjin dan Bangchan seolah minta pertolongan.

Namun Bangchan dan Hyunjin masih mematung mencerna kejadian yang terjadi sampai akhirnya Felix terbatuk karena nafasnya sedikit tersenggal dan membuat Bangchan dan Hyunjin sadar.

"LEPASIN FELIX OM!" Bangchan berteriak berusaha melepaskan cengkraman Papah dari Felix. "Kak.. udah gapapa.. Uhuk. Pah.. kenapa? Felix salah apa? Kenapa pah? Felix bahkan gatau kesalahan Felix ap-"  "KAMU MASIH NGELAK SOAL KESALAHAN KAMU HAH?! ANAK SAYA SAMPAI HARUS MASUK RUMAH SAKIT INI SEMUA KARENA SALAH KAMU! DASAR ANAK SIALAN!"

Brug

Akhh.. Felix terjatuh saat cengkraman itu di lepas. Bahkan kini infusan yang semulanya terlihat baik berubah meneteskan darah dari tangan Felix.

Felix terdiam, merasakan sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Dengan cepat Changbin meraih Felix dan memeluknya. Changbin dapat merasakan tubuh Felix yang lemas dan bergetar hebat. "Kalau om mau ngajak ribut jangan di rumah sakit. Ini tempat orang berobat bukan boxing." Ujar Changbin membawa Felix keluar untuk menemui Mingyu.

Suasana mendadak hening. Semua masih terpaku akan kejadian tadi, bahkan Hyunjin, Seungmin, Jeongin kini berada di belakang Bangchan.

Mamah akhirnya menghampiri sang suami yang masih merasakan emosinya. Ia memeluk sang suami sambil berucap lirih, "Pah.. udah ya. Lagian Felix ga mungkin dengan sengaja melakukan hal itu.. mungkin Felix terpeleset. Ikatan anak kembar itu sangatlah kuat. Makanya Jisung bisa sampai ikutan kritis. Tapi kan Minho udah bilang kalau mereka udah lewatin masa kritisnya. Ayo keluar dulu, biar Papah tenang sama pikiran Papah. Kasian Jisung kalau harus denger suara yang berisik."

Minho menatap kedua orang tuanya keluar. Suasana masih hening, bahkan kini Minho sudah terduduk di bawah lantai. Bangchan sebagai yang tertua menghampiri Minho dan menatap Minho lamat-lamat sebelum akhirnya di bawa kepelukannya.

Flashback On

Saat Felix sudah pergi ke atas, mereka masih melanjutkan makannya. Bahkan dari salah satu mereka tak ada yang mendengar suara Felix yang terjatuh kedalam air.

Mereka semua pergi ke ruang tamu, membiarkan Felix sendirian di kamar. Mereka hanya ingin Felix berdamai dahulu dengan dirinya. Mungkin Felix masih belum bisa menerima perubahan Minho yang secara spontan.

Di ruang tamu, mereka menonton TV bersama. Gelak tawa terus keluar dari mulut mereka. Bahkan Jisung tak henti menyunggingkan senyum manisnya.

Tetapi itu semua tak berlangsung lama. Jisung tiba-tiba saja meremat dadanya sangat kuat, bahkan ia merasa sulit sekali bernafas. Bahkan ini lebih sulit. Minho yang disisi Jisung pun dengan sigap menyemprotkan inhaler kedalam mulut Jisung.

Sudah melebihi dosis yang diberikan, namun Jisung tak kunjung membaik. Bahkan Minho bisa merasakan tubuh adiknya melemas perlahan saat berada di pangkuannya. Minho sudah menitikkan air matanya. Ia takut, ia kalut dengan semua hal. Ia takut kehilangan Jisung. Namun semua itu buyar saat Jisung mengucapkan nama seseorang yang tak ada bersama mereka.

Felix. Bangchan dengan cepat berlari ke kamar Felix dan langsung menuju balkon kamarnya. Bangchan melihat kebawah dan yap. Bangchan menemukan tubuh Felix yang tenggelam kedasar kolam. Tanpa pikir panjang, Bangchan melompat dan meraih tubuh Felix kedaratan.

Ia berusaha menyadarkan Felix namun Felix sendiri tak kunjung sadar. "KAK CHAN! JISUNG PINGSAN!, NADINYA LEMAH!" Teriakan itu membuat fokus Bangchan buyar. Ia menatap ke arah Changbin dan dengan cepat menyuruh Changbin memanaskan mobil.

Bangchan kembali ke ruang tamu dengan basah kuyup, ia menatap Minho yang sudah berlinang air mata. Minho semakin lemas ketika mendapati Felix dengan tubuh pucat dan bibir yang sedikit membiru.

Minho pun menggendong Jisung dan dengan cepat pergi keluar bersamaan dengan Bangchan dan yang lain, untuk membawa si kembar kerumah sakit.

Dirumah sakit, mereka menatap cemas pintu ruangan yang berada didepannya. Minho mengeluarkan ponselnya dengan gemetar dan menelpon kedua orang tuanya. "Mah, Pah.. pulang. Hiks. Jisung sama Felix masuk rumah sakit. Keadaannya ga memungkinkan. Pulang Mah, Pah..." Minho pun mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban dari orang tuanya. Ia hanya takut kalau mereka banyak tanya akan mengulur waktu. Namun disaat pikirannya kalut, Mingyu keluar dari ruangan itu dan tersenyum. "Jisung dan Felix berhasil melewati masa kritisnya. Syukurlah. Tuhan mengizinkan mereka untuk menetap bersama kalian."

Minho pun masuk ke dalam bersama Mingyu di ikuti yang lainnya. Minho pun menangis memegang tangan Felix. Rasa takut itu dengan cepat hilang digantikan dengan perasaan lega.

Bahkan Minho bisa merasakan usapan lembut dari sang adik dikepalanya. Membuat perasaan itu semakin lega dan bahagia. Terlebih saat mengetahui bahwa Jisung juga berhasil melewati masa kritisnya.

Flashback Off

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang