BRAK!
Suara pintu terdengar keras. Itu Mingyu. Ia berjalan mendekati ranjang yang terdapat Felix diatas nya. Mingyu dengan cepat mengambil Stetoskop nya dan mulai memeriksa Felix.
Tidak hanya sekali atau dua kali ia memeriksa Felix, puluhan, ratusan kali ia sudah melakukannya karena saat Felix sakit pasti selalu datang pada Bangchan dan Mingyu sudah khatam itu.
"Felix demam tinggi. Kali ini saya akan pasangkan infus pada Felix dan saat infus nya habis tolong kabari saya. Saat ia siuman nanti suruh dia makan dan suruh dia meminum obat nya. Tolong jangan biarkan Felix setress, jika ia stres berlebih akan membuatnya semakin drop. Saya permisi." Mingyu menjelaskan seperti rumus matematika, Bangchan mengangguk dan mengantar Mingyu untuk kedepan. Setelahnya Bangchan memasuki kamarnya kembali untuk menemani Felix.
Bangchan diam memperhatikan tangan kanan Felix yang terdapat infus an disana, itu sakit dan Bangchan pernah merasakan itu. Bangchan memutuskan untuk kebawah membuatkan Felix makanan.
Felix gak suka bubur, Felix juga gak suka makanan yang terlalu pedas, maka itu Bangchan memilih untuk menghangatkan nasi dan menggoreng beberapa nugget serta telur di mata sapi.
Dengan telaten Bangchan memindahkan nugget dan telur itu ke piring yang sudah tersedia nasi, tak lupa ia membawa air putih hangat di atas nampan agar Felix tidak kehausan. Sudah siap semua dengan cepat Bangchan mengangkat nampan tersebut dan membawanya ke atas.
Drapp
Drapp
CeklekDilihatnya Felix masih enggan terbangun, wajah damai nya, bibir yang seharusnya berwarna pink alami menjadi putih pucat, hati yang seharusnya hangat menjadi dingin, tangan yang seharusnya jahil itu menjadi diam karena infus yang menempel.
Bangchan menyimpan nampan tersebut di atas nakas dan duduk di samping Felix. Tangan nya ia gerakan untuk membelai surai milik anak manis itu.
"Lixie... Bangun yuk, kamu jahat banget buat Kakak panik setengah mati." Ya Felix mungkin saja kan mendengarkan ucapan nya dan bangun?
Bangchan hanya menghela nafasnya, ia sangat khawatir jika Felix harus dilarikan kerumah sakit. Tidak ada yang perduli bahkan Kakaknya sekalipun. Bangchan ingin marah tetapi jika ia marah, ia hanya memperburuk keadaan.
Tanpa disadari jari tangan Felix bergerak, matanya mulai berusaha membuka dan membiasakan cahaya yang masuk kedalam matanya. Felix tidak mengeluarkan lenguhan nya membuat Bangchan tidak sadar bahwa Felix sudah sepenuhnya sadar.
Tangan nya ia bawa untuk menyentuh baju Bangchan, memberi isyarat bahwa ia butuh bantuan.
"Kak.." Felix menatap sayu kearah Bangchan, tubuhnya sangat lemas dan disetiap sendi nya rasanya sangat linu jika harus digerakkan.
Bangchan yang merasa bajunya ada yang menarik pun menoleh dan mendapati tatapan sayu milik Felix. Ia dengan segera membelai kembali surai milik Felix, berniat untuk memberikan nya ketenangan dan menyalurkan kehangatan.
"Akhirnya kamu bangun. Mau apa hm?"
"M—minum Kak." Lirihan Felix masih terdengar Bangchan, dengan sigap tangan nya meraih gelas yang terisi air putih, membantu Felix duduk juga membantu Felix minum.
"Tiduran lagi ya?" Felix hanya diam saat tubuhnya dipaksa kembali terbaring.
Felix hanya melamun sampai saat ia ingin menggerakkan tangan nya kembali ia merasakan sakit. Infus. Ah Felix baru sadar bahwa ada infus an ditangan nya. Biarkan saja, Felix juga terlalu malas untuk merayu Bangchan meminta agar infus an nya dibuka. Ujungnya juga akan tetap berada di tangan nya sampai infus nya habis.
![](https://img.wattpad.com/cover/248587733-288-k353643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Aku Juga Adikmu
Narrativa generale"Kak. Aku juga adik mu. Tapi kenapa aku selalu di abaikan?" "Lix maafin Kakak karena Kakak gak becus jaga kamu." "Kak Minho sabar ya.. Kita ada buat Kak Minho kok.." Note: Non Baku Mengandung kekerasan, kalimat kotor. Harap bijak dalam memilih bacaa...