44. Pantai Dan Malam Yang Sepi

492 72 9
                                    

Kedua kelopak mata itu terbuka lebar. Semua orang menatap kearah pantai yang berdesir kencang. Suara dari laut yang menghantam karang juga pasir menjadi tanda bahwa mereka semua sudah sampai.

"Turun-turun!!! WOEEE TURUNNNNNN!" Ucap seseorang membuat yang lain juga ikut terbangun karena suara teriakan itu.

"Babi, udah nyampe aja." Balasnya sembari menggosok-gosok mata dengan tangannya.

Akhirnya satu-persatu dari mereka pun turun dari mobil dan mulai menghampiri pinggiran laut.

"Jangan lari-lari!!!" Teriak Junho pada mereka semua.

Junho tersenyum dan merangkul Naeun dengan dekap. Disini mereka akan menghabiskan waktu bersama. Terlebih untuk memandangi langit sore yang nanti akan datang.

Semuanya kini sudah berada di pantai. Ada yang berenang, ada yang bermain pasir, kejar-kejaran, bahkan sampai melempar-lemparkan pasir. Junho dan Naeun hanya bisa menatap anak-anak itu tertawa. Namun setelahnya Junho langsung memasang wajah datar dan menatap Naeun dengan serius.

"Naeun?"

Ucapan itu sontak membuat Naeun terkejut. Pasalnya, Naeun tidak pernah mendengar suara Junho yang begitu dingin padanya.

"Kenapa?" Tanya Naeun tanpa memperhatikan Junho sedikit pun.

Junho menghela nafasnya sedikit lebih rendah, sekejap kemudian Junho membalikkan tubuh Naeun agar menatap nya.

"Kakek. Maksud saya papa, papa datang menghampiri mimpi saya kemarin malam," dahi Naeun mengernyit kebingungan. Apa maksud Junho?

"Papa mu. Dia berbicara pada saya bahwa Felix akan ia jemput. Apa saya keterlaluan pada Felix?" Ujar Junho sembari menitikkan air matanya.

Junho sangat bingung. Ia benar-benar bingung. Dalam hati ia sangat ingin memulai segala hal dengan Felix tetapi dalam logikanya ia sangat membenci Felix. Sangat amat benci pada anak bungsunya itu.

Naeun sempat terdiam. Lalu dengan tangannya yang ramping itu, Naeun mengusap air mata yang keluar dari pelupuk mata Junho, "Kita mulai semuanya dari awal."

Junho tanpa basa basi langsung memeluk Naeun dengan sangat erat. Hal itu sempat di abadikan oleh Bangchan yang tidak sengaja melihat Junho dan Naeun saat ingin mengambil makan siang.

Namun hal itu diketahui oleh teman-temannya yang lain dan mencecengi Junho dan Naeun. Mereka berdua tersipu malu dan hanya bisa tersenyum pada anak-anak itu.

"Udah anak kecil jangan disini. Area orang dewasa yang sudah menikah." Ucap Junho sembari memberikan gestur mengusir.

Minho dan Jisung tertawa pelan. Setelahnya mereka berdua menghampiri keluarganya itu dan ikut bergabung, membiarkan semua teman-temannya menatap mereka.

"Cemara banget ini mah." Ujar Changbin sembari memfoto mereka.

"Iya Cemara. Sesuai mood." Timpal Jisung sembari tertawa. Gelak tawa itu juga dengan mudahnya menular pada yang lain.

"Ada-ada aja kamu sung. Mending kalian semua ganti baju terus siap-siap buat nikmati sunset. Beres nya kita ke restauran untuk makan malam."

"Wih!! Papa Junho emang yang terbaik!!!"

"Kamu bisa aja sih Jeong. Udah. Kalian cepet ganti baju, kamu juga Minho, Jisung. Udah tau basah, malah nempel sama papa. papa jadi harus ganti baju."

Semua percakapan itu berlalu begitu saja. Mereka ber delapan akhirnya pergi ke kamar mandi untuk mengganti baju bersama-sama meninggalkan Naeun sendirian.

"Pa.. Makasih ya.." Gumam Naeun sebelum akhirnya ia pergi menuju pantai.

Kini mereka semua sedang duduk menghadap ke arah laut. Kain yang sengaja di taruh di atas pasir menjadi alas untuk duduk. Ada beberapa air minum juga cemilan untuk mereka.

Kakak Aku Juga AdikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang