•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•
"Kerjain bagian lo, jangan ngegayem mulu kerjaan lo!" kesal Alan pada Lena yang sedari awal datang hingga saat ini yang dilakukannya hanya menghabiskan cemilan saja, tidak mengerjakan apa pun seperti dirinya dan yang lain.
"Kapasitas otak gua dikit, gua gak paham sama begituan. Lagian salahin aja orang yang udah masukin gua ke kelompok lo, padahal gua gak minta." Lena berucap dengan sesekali memasukan keripik singkong ke dalam mulutnya lagi.
Tadi saat dirinya datang, ibu dari pemuda itu mengatakan jika nanti dirinya lapar atau bosan selama mengerjakan tugas, ia boleh menghabiskan semua makanan yang ada di dapur.
Bahkan setelah mengatakan itu tak lama ibu dari Alan itu datang dengan nampan yang penuh dengan cemilan.
"Tanyain kalo gak paham, bukan malah pengen enaknya aja! Ogah banget gua satu kelompok sama orang yang gak kerja sama sekali, gak ada manfaatnya!" cibir Alan dengan penuh sindiran.
Lena yang merasa kesal itu langsung saja merampas kertas dari Alan, menjauh dan duduk di samping Jeje dan Ajun.
"Suruh tuh bocah kerjain sendiri, gak usah ada yang mau dijadiin babu," suruh Alan pada Jeje dan Ajun yang baru saja akan membantu Lena.
"Sialan! Heh tuyul. Ini tugas kelompok, harus dikerjakan bersama!" dengkus Lena dengan kesal.
"Dih, kerjain bersama apanya? Gua tau niat lo nyempil di sana itu buat nyuruh temen gua untuk ngerjain tugas bagian lo, bukan buat lo kerjain sendiri!" sahut Alan yang tak kalah kesal dari Lena.
Kekesalan Lena sudah tidak bisa ditahan lagi, gadis itu berdiri—kembali mendekat pada Alan dan ketika berada di depan pemuda itu, dengan penuh kekesalan Lena menabok wajah Alan dengan kertas di tangannya, cukup kencang karna kertas tersebut hanya bisa dianggap alas untuk tangannya saja agar tidak menyentuh kulit penuh dosa Alan.
"Lena sialan!" umpat Alan yang langsung menahan tangan Lena.
"Lepas! Gua mau balik," kata Lena yang sama sekali tidak peduli dengan wajah kesal Alan.
"Duduk atau nama lo gak akan gua tulis—"
"Gua gak peduli, gua bisa numpang ke kelompok lain!" sela Lena dengan cepat.
"Duduk!" titah Alan penuh paksaan, menatap tajam pada Lena agar mau menuruti ucapannya.
Gadis gila di hadapannya ini memang selalu menyusahkannya, membuatnya kesal dan ingin sekali menjambak wajah menyebalkan itu. Padahal Dirinya masih memiliki hati untuk tetap mengangkut gadis itu dalam kelompoknya, memang tidak tau berterimakasih.
"Len, duduk lagi sini," titah Ajun sambil menepuk pelan tempat kosong yang sempat di tempati oleh Lena, dirinya sudah pusing dengan tugas bagiannya dan ia tidak mau kepalanya meledak jika terus mendengarkan perdebatan Lena dan Alan yang sama-sama keras kepala.
"Duduk!" Alan kembali memaksa membuat Lena kembali ke tempatnya dengan mengerutu kesal.
"Nanti gua beliin es krim," bisik Jeje agar Lena tidak lagi mengajak Alan untuk berdebat. Bisa mati berdiri dia kalo tugasnya tidak selesai hanya karna perdebatan Lena dan Alan.
"Lima yah!" pinta Lena dengan girang.
Jeje mengangguk mengiyakan. Cuman lima, tidak akan membuat dompetnya berduka cita.
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] Hello, My Dear Enemy ✔
Novela JuvenilStory 01. [ Hello, My Dear Enemy ] By : @girlRin @TiaraAtika4 ▪︎▪︎▪︎▪︎ Alan dan Lena itu seperti air dan minyak, takkan bisa bersatu. Berharap mereka akur sama saja seperti berharap matahari terbit dari barat. Bertemu setiap hari sejak masih kecil...