Bab 28

347 26 0
                                    

•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•

Hari demi hari perubahan itu mulai terlihat, cara bagaimana Alan memperlakukan Lena semakin berbeda dari biasanya. Meskipun masih ada kejahilan dan adu mulut seperti biasanya, tapi setelahnya Alan akan meredakan kekesalan Lena. Pemuda itu akan melakukan sesuatu yang berhasil membuat Lena meresponnya dengan tenang.

Para sahabatnya memang menyadari hal itu, apalagi mereka tidak bodoh seperti Alan yang ditanya tentang perasaanya pun masih menyangkalnya, menghindar dan tetap mengaku jika dirinya tidak menyukai Lena. Namun tidak untuk Lena, gadis itu tak sama sekali memperhatikan perubahan Alan, Lena terlalu fokus pada Jehan. Bukan karna Lena masih menginginkan Jehan, bukan—tapi Lena ingin melupakan perasaanya pada pemuda itu. Penolakan Jehan saat itu membuatnya sadar diri dan juga merasa malu. Setiap kali Jehan mencoba untuk mendekatinnya dan juga berbicara padanya, Lena akan menghindar dan berusaha untuk tidak bertatap muka dengan pemuda itu.

Seperti saat ini, Lena tengah asik mengistirahatkan diri setelah mengikuti upacara selama satu jam, netranya terpejam menikmati rasa sejuk dari kipas mini yang sempat diberikan oleh Alan. Tak lama Lena merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipinya, Lena tersenyum kecil. "Lan, lama bener—" Suara Lena berubah mengecil saat ia membuka matanya dan melihat jika bukan Alan yang duduk di sampingnya dan menempelkan aqua botol pada pipinya, melainkan Jehan dengan senyum manis yang membuat wajah pemuda itu semakin terlihat tampan.

Sialan memang, niat melupakan malah kembali dibuat terpesona.

"Alan masih di kantin dan kayanya bakal lama balik ke kelasnya, jadi minum punya gua aja." Jehan meletakan aqua botol di atas meja tanpa mengalihkan pandangannya dari Lena.

"Gak usah, gua nunggu Alan aja." Lena menolak. Mengeser aqua botol di hadapannya itu tanpa balas menatap pada Jehan lagi.

"Masih marah aja sama gua, Len. Mau sampai kapan?" Jehan tertawa pelan. Dirinya merasa lucu dengan Lena yang masih saja mendiaminya dan enggan menatapnya sejak hari itu.

"Gatau," jawab Lena dengan ketus.

"Len, mau dengerin gua?" Jehan memiringkan kepalanya agar bisa melihat wajah Lena yang menghindari tatapannya itu.

"Seharusnya bukan gua yang lo suka, tapi Alan—cowok yang dari dulu selalu ada di samping lo," ujar Jehan yang ternyata berhasil membuat Lena mau menatap padanya. "Jangan lo jadiin Alan sebagai Alasan! Lo gak suka gua? Terus terang aja," kesal Lena.

"Lena—"

"Makasih minumannya, tapi gua gak minat!" Lena memotong cepat ucapan Jehan dan beranjak pergi meninggalkan Jehan yang hanya bisa menghela napas sabar.

Setelah keluar dari kelas Lena sudah dibuat terkejut oleh keberadaan Alan yang tengah bersandar dengan raut wajah yang terlihat begitu kesal.

"Lan?" panggil Lena.

Alan menoleh, ia ubah raut wajahnya menjadi datar sambil menyodorkan cup berisi minuman dingin pada Lena.

Lena menerimanya sambil tersenyum kecil, "makasih."

"Ayo ke rooftop, yang lain pada makan di sana," ajak Alan sambil berjalan duluan. Lena yang bingung hanya menurut—mengekor dengan terus menatap aneh pada pemuda di hadapannya, ia tidak tau mengapa Alan terlihat sekesal itu, apa karna ia yang sempat memaksanya untuk membeli minum? Atau karna hal lain?

"Lan—"

"Ngobrolin apa sama Jehan sampe sedeket itu?" sela Alan dengan nada yang terdengar ketus.

Awalnya Lena kembali dibuat bingung tapi detik berikutnya ia tersenyum jahil. Lena mempercepat jalannya agar bisa menyamai posisinya dengan Alan. "Lo cemburu yah?" tuduh Lena sambil menujuk wajah Alan dengan jarinya. Alan menepisnya bahkan ia mendorong pelan tubuh Lena agar menjauh darinya.

[01] Hello, My Dear Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang