Bab 16

371 31 0
                                    

•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•

Tepat setelah bel istirahat berbunyi Lena langsung beranjak pergi ke barisan belakang di mana Jehan berada di sana—duduk bersama Alan.

"Minggir lo!" usir Lena pada Alan, bahkan Lena tak segan-segan menarik paksa kerah seragam Alan agar berdiri dari kursinya.

"Dih? Siapa lo nyuruh-nyuruh gua?" tanya Alan setelah menepis kasar tangan Lena dari kerah seragamnya.

Lena mengerutu kesal, dipukulnya keras tangan Alan dan berucap, "gua mau ngobrol sama Jehan! Sana ih pergi," titah Lena yang kembali mengusir Alan.

"Ini tempat gua, gua gak mau pergi!" tolak Alan. Tidak peduli pada Lena yang semakin kesal padanya itu.

"Jehan! Ke kantin sama gua yok," ajak Lena sambil tersenyum pada Jehan. Dirinya membutuhkan waktu untuk menanyakan ini dan itu pada Jehan, tapi sialnya Alan malah menganggunya saja.

"Gatel banget jadi cewek," sindir Alan dengan suara pelan, tapi masih bisa didengar oleh Lena.

"Je—"

"Jehan udah gua ajak duluan, pergi sana! Gak punya harga diri banget jadi cewek," geram Alan yang sengaja menyela cepat ucapan Lena, ia menatap tajam pada Lena yang menatap tak suka padanya.

"Maksud lo apa, buntelan kentut! Gua gak ada urusan sama lo ya. Gua ke sini buat ngajak Jehan ke kantin, sewot bener tuh muka," balas Lena dengan kesal.

"Heh, jelmaan kuyang! Lo cewek, kagak pantes banget terang-terangan buat caper ke cowok, apalagi dia anak baru. Gak punya malu lo?"

"Gua gak caper ya! Gua cuman ngajak ke kantin—"

"Itu sama aja lo caper, bege! Lo ajak dia ke kantin dan nanti pas di sana lo langsung nempel ke dia, lo langsung tebar pesona! Mentang-menyang ada anak baru yang ganteng, lo malah langsung ngajuin diri jadi cewek gatel!" sewot Alan.

Lena membulatkan matanya, dirinya tak terima dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Alan. "Mulut lo, sialan! Pengen banget gua gampar! Lagian ... apa urusan lo kalo emang gua mau caper ke Jehan? Dia emang ganteng, gua gak semunafik itu buat diem aja saat ada Jehan yang nyenengin mata gua. Gak kaya lo—" Lena memperhatikan Alan dari atas sampai bawah dengan raut wajah meledek, "udah jelek, gak menarik tapi sok ganteng!" lanjut Lena dengan menekan ucapan terakhirnya, dirinya tersenyum puas saat Alan mengeram kesal dengan menatap tajam padanya.

"Percaya diri banget lo jadi cewek! Lo kira lo cantik? Kagak, sialan. Muka pas-pasan, body kagak ada, depan-belakang tepos. Dih, Apa yang harus dibangain dari badan yang kagak bikin puas ini?" Alan balas mengatai Lena dengan ucapannya yang tak kalah pedas itu. Sengaja, agar membuat gadis di hadapannya itu merasa kesal.

"Alan, sialan! Gua gak tepos ya," sungut Lena dengan memukul keras lengan Alan, dirinya begitu merasa kesal karna Alan mengatainnya tepos depan-belakang, padahal kenyataanya tidak seperti itu, tubuhnya tidak rata seperti yang dikatakan oleh Alan.

"Yakin?" Alan menaikan satu alisnya dengan tatapan tak lepas memperhatikan bagian dada Lena. Lena yang sadar langsung saja menutupi bagian dadanya dengan tangannya. "Mata lo, Alan! Gak sopan," kata Lena.

"Mulut lo juga gak sopan!"

"Mulut lo yang lebih gak sopan. Udah pedes, nyakitin lagi! Lo kira gua terima dikatain tepos? Engga yah! Gua gak setepos itu," balas Lena dengan penuh kekesalan.

"Gak tepos yah? Coba gua liat." Tepat setelah ucapan Alan selesai, pemuda itu sudah mendapatkan sesuatu yang panas pada pipinya—Lena menamparnya dengan kencang.

"Gua aduin bapak gua!" kata Lena dengan napas yang mengebu-gebu.

"Apa yang salah? Gua cuman pengen bukti dari ucapan lo itu," sahut Alan yang kini sedang mengusap pelan pipinya yang terasa nyeri.

"Dasar Alan mesum!" geram Lena yang langsung berlalu pergi dengan langkah kesalnya. Sedangkan Alan tertawa puas karna berhasil membuat Lena menyerah dan pergi dengan penuh kekesalan.

"Mukanya merah, kayanya bakal nangis dia." Alan yang semula tengah memperhatikan kepergian Lena itu kini beralih pada Jehan yang tengah menatap tenang padanya.

"Nangis? Gak akan. Yang ada dia bakal nyari cara buat bales dendam," ujar Alan setelah kembali mendudukan dirinya pada kursi.

"Gua mendadak penasaran sama lo berdua." Jehan menegakkan tubuhnya, menatap Alan dengan sorot mata menunggu.

"Apa?" tanya Alan bingung.

"Lo berdua pacaran—"

"Ke kantin yuk, Jeje sama Ajun udah di sana." Alan menyela cepat dengan menatap ke sekitar, mencari keberadaan kedua temannya yang sudah tidak ada.

"Yaudah, yuk."

•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•

"Katanya mau bawa Jehan gabung, kenapa? Ribut lagi sama Alan?" Lena yang baru saja datang dan menjatuhkan dirinya di samping Sasa yang bertanya itu hanya bisa mendengkus kasar, Lena terlalu kesal dan malas untuk membahasnya pada Sasa. Dirinya benar-benar merasa tak terima karna tubuhnya yang dihina oleh Alan yang tidak jauh seperti tukang becak itu.

"Baso lo lagi di pesen sama Amel," Sasa kembali bersuara saat tidak mendapatkan jawaban dari Lena.

Lena hanya mengangguk saja sebagai jawaban, ia sandarkan tubuhnya pada dinding dengan pandangan memperhatikan pada sekitarnya dan kekesalannya semakin bertambah saat melihat Alan yang baru saja datang bersama Jehan, pemuda sialan itu malah menatapnya dengan raut wajah mengejek. Dengan kesal Lena mengacungkan dua jari tengahnya pada Alan, setelahnya mengambil kasar akua botol di hadapannya dan meneguk airnya hingga habis.

"Len, sadar?" Sasa menatap Lena dengan wajah syoknya. Bagaimana tidak, temannya itu baru saja menghabiskan satu botol dengan sekali tegukan saja, apa tidak tersedak?

"Gua lagi bener-bener emosi! Pengen banget gua robek tuh mulut dan gua congkel tuh mata biar gak bisa ngehina gua lagi," kata Lena sambil meremukan botol kosong dengan penuh kekesalan.

Sasa tak lagi bertanya, dirinya sudah tau mengapa Lena seperti ini, sudah pasti dan tidak akan salah lagi jika Alan lah yang sudah membuat temannya se-emosi ini.

"Len! Baso lo diambil sama Al—" ucapan Amel yang baru saja datang itu langsung terhenti saat Lena langsung berlalu pergi setelah mengambil kasar akua botol yang masih penuh. Lena pergi pada meja pojok—tempat di mana Alan sedang menikmati baso miliknya.

Tepat saat berada di belakang pemuda itu, tanpa aba-aba Lena langsung memukul keras kepala Alan dengan akua botol yang ia bawa. Sangat keras hingga membuat wajah pemuda itu hampir saja menyentuh baso panas di hadapannya.

"Sialan!" Alan berdiri, membalikan tubuhnya dengan menatap tajam pada Lena. "Maksud lo apa, sialan?" tanya Alan dengan geram.

"Lo tau maksud gua apa! Gak usah tolol. Balikin baso gua sebelum pala lo gua pukul pake nih botol lagi!" kata Lena dengan mengancam, dia sama sekali tidak takut dengan Alan yang menatap tajam padanya itu.

"Baso lo? Ini baso gua!"

"Baso yang lo ambil paksa dari Amel! Itu baso gua, sialan. Udah ngambil punya orang malah lo aku! Dasar—" amukan Lena terhenti saat Amel tiba-tiba datang dan memukul keras lengannya.

"Lena, ih! Lo apa-apaan sih main kabur aja, udah tau gua belum selesai ngomong! Baso lo diambil Aldi, dia bilang dia lagi buru-buru soalnya pesenan guru." Perkataan Amel itu berhasil meyekik Lena, gadis itu seketika merasa lemas dengan jantung yang berdetak sangat cepat.

Tamat sudah riwayatnya saat ini, sudah pasti ia akan habis oleh Alan yang saat ini terlihat begitu emosi.

•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•

•.¸♡ Bab 16
•.¸♡ ditulis oleh TiaraAtika4

[01] Hello, My Dear Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang