Bab 40

454 25 0
                                    

•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•

Sejak kesalahpahaman yang dialami oleh Lena waktu itu, Alan malah terlihat semakin gencar menggodanya. Bahkan Lena merasa godaan Alan ini bukan seperti godaan yang biasanya memancing keributan justru seperti memancing debaran jantung Lena yang semakin hari semakin kencang apalagi Alan dengan wajah tanpa dosanya bersikap seperti menggoda khas pemain wanita. Seperti hari ini, Lena yang sedang mengerjakan tugas Fisikanya karena semalam ketiduran dan akhir ia menyontek pekerjaan milik Sasa pun langsung mendongak ketika Alan berjongkok di lantai sambil meletakkan kepalanya di atas meja Lena. Dalam benak gadis itu, tingkah Alan saat ini seperti anak anjing yang minta dielus-elus.

Padahal mah emang anjing si Alan tuh. Batin Lena nelangsa.

“Lenaaaaaaa ....”

Lena menatapnya tajam. Ia sedang fokus karena tugasnya ini harus segera dikumpulkan dan Lena masih belum selesai menyalin jawaban milik Sasa. “Gosah ganggu, njing. Gue lagi sibuk. Nanti aja kalo mau ngajak ribut,” ucap Lena sambil kembali fokus kepada tugasnya.

“Lenaaaaaaaa ....”

Lena tak menyahut. Dia lebih memilih diam dan mengabaikan presensi Alan yang menurutnya sangat menggangu. Bukan dalam artian buruk. Ingat kalau beberapa hari ini Alan suka sekali membuat jantungnya berdegup kencang? Ya, bahkan dengan keadaan sekarang Lena berusaha mati-matian menahan debaran jantungnya. Alan makin ke sini makin tak sehat untuk jantungnya.

“Len—”

“Lan, brisik. Pacar lo lagi ngerjain tugas. Gosah diganggu. Ntar tugasnya kagak selesai, trus kena hukum Bu Fara.” Ajun yang jengah pun membuka suara untuk menegur Alan dan Lena sangat berterimakasih kepada pemuda itu di dalam hati.

Alan mendelik malas dan kemudian berjalan menuju bangkunya sendiri. Ia langsung menelungkupkan kepalanya di atas meja dan membuat teman-temannya bertanya-tanya ada apa lagi dengan anak itu? Jehan pun melemparkan pensil ke kepala Alan dan pemuda itu tak marah-marah seperti biasanya.

Jeje langsung bertanya kepada Ajun, “temen lo kenapa? Kesurupan kah?” Ajun membalas, “temen lo juga, edan.”

Beberapa saat kemudian Lena telah selesai menyalin tugasnya Sasa. Saat akan menyerahkan buku milik Sasa, ia menatap Alan yang malah menelungkupkan kepalanya di atas meja. Gadis itu heran ada apa. Jadi, setelah meletakkan buku Sasa di atas meja si pemilik, ia berjalan menuju bangku Alan. Ia mengetuk pelan meja pemuda itu dan ketika Alan melirik ia langsung menyeringai lebar.

Lena merasa seringai Alan itu adalah pertanda buruk—

—dan, benar saja. Belum sempat Lena bersuara, Alan langsung bangkit dan berteriak, “BU FARA IZIN HARI INI WOI! TUGASNYA KATANYA DIKUMPULKAN MINGGU DEPAN AJA!”

Lena menatapnya kaget karena teriakan Alan begitu keras sampai ia tersadar dan langsung menempeleng kepala Alan. “Bangsat, kaget gue!” bentak Lena lantaran kesal.

Alan memegangi kepalanya yang dipukul oleh Lena dan terkekeh geli. “Lagian, lo mau gue kasih tau malah ngusir. Harusnya tadi gue enggak kasih tau aja sampe jam istirahat biar harap-harap cemas lo.” Alan membalas.

Lena mengerang kesal. “Argh! Sia-sia dong gue berangkat pagi-pagi panik begini ternyata Bu Fara kagak masuk! Taik!”

Alan menyeringai dan merangkul pundak Lena. Ia berkata, “gapapa. Sesekali doang. Lain kali kerjain makanya tugas tuh biar kagak sistem kebut begitu.”

Lena menatapnya tajam dan membalas, “iya tau yang pinter. Gue mah apa? Kebagian dungunya doang.”

Jehan menggeleng kecil dan berkata, “rangkul aja terus, Lan. Jadian kagak.” Lena menatap Jehan tajam padahal pipinya merona malu.

[01] Hello, My Dear Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang