•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•
Hari libur yang seharusnya Lena gunakan untuk tidur seharian itu tidak dirinya lakukan, pagi tadi saat Lena akan kembali masuk ke alam mimpi pintu kamarnya kembali diketuk dengan sedikit lebih brutal—seperti sengaja memaksanya untuk bangun dan ternyata ia diberi kabar jika Alan sedang sakit dan dirinya bersama sang mamah harus pergi ke rumah pemuda itu, awalnya Lena menolak dan tetap ingin melanjutkan tidurnya tapi saat mamahnya memberitahu jika Alan hanya seorang diri tidak ada yang menjaga membuat niat Lena itu goyah dan memilih untuk ikut membantu merawat Alan.
Lalu saat Lena sampai di rumah Alan dirinya memiliki niat untuk mengejek pemuda itu yang ternyata lemah—padahal kemarin dirinya ikut kehujanan dan malahan jauh lebih parah, tapi saat Lena melihat kondisi Alan membuatnya seketika begitu khawatir, bahkan tanpa mengatakan sepatah kata pun Lena langsung melewati sang ayah yang hendak keluar dari kamar Alan.
Selama ini Lena tidak pernah melihat Alan sakit, pemuda itu seperti kebal dengan semua penyakit dan ini kali pertama Lena melihat dan mengetahui pemuda itu sakit, bahkan sampai rela untuk mau merawatnya.
Sedari pagi sampai sekarang Lena tidak beranjak dari tempatnya, ia duduk di samping Alan dengan satu tangannya yang dipeluk erat oleh pemuda yang terus saja mengigil sambil mengigau, Alan seperti tidak ingin ditinggalkan karna setiap kali Lena mencoba untuk melepaskan tangannya pemuda itu malah semakin erat memeluknya.
Hujan di luar semakin deras sejak satu jam yang lalu, bahkan sesekali gunturnya terdengar begitu keras. Beberapa selimut yang menutupi tubuh Alan seharusnya bisa membuat tubuh pemuda itu merasa hangat. Sungguh, melihat wajah pucat Alan dengan mata yang terus saja terpejam membuat Lena merasa begitu khawatir, sedari tadi dirinya berusaha untuk membuat tubuh Alan hangat.
"Le-Len ... dingin." Alan bersuara sambil merapatkan tubuhnya pada Lena, ia taruh kepalanya pada paha Lena dengan wajah Alan tenggelamkan pada perut Lena.
Lena semakin dibuat khawatir, apa yang harus ia pakaikan lagi pada Alan? Lima selimut sudah menutupi tubuh pemuda itu. "Gua minta papah ambil selimut lagi yah," kata Lena, dirinya hendak pergi tapi Alan malah menahannya dengan memeluk erat pinggangnya.
"Gak mau ... peluk. Peluk gua, Len." Rengekan Alan itu berhasil membuat Lena terdiam, baru kali ini dirinya mendengar suara Alan yang terdengar begitu manja dan sangat berbeda dari biasanya, Alan yang sedang sakit seperti bukan Alan yang selama ini Lena kenal. Namun, mengapa terdengar mengemaskan sekali jika Alan merengek padanya.
Dengan senyum tipis Lena berusaha menjauhkan wajah Alan, ia usap pelan kedua pipi Alan yang masih terasa panas itu—berhasil membuat sepasang mata sayu itu terbuka perlahan, menatapnya dengan sorot mata yang berbeda.
"Len." Alan memanggil dengan suara serak nan pelan. "Hm?" Lena menyahut.
"Peluk ..." Alan kembali merengek dengan sorot mata memohon, sialnya tidak bisa Lena tolak.
Perlahan Lena membaringkan tubuhnya, ikut masuk ke dalam selimut tebal itu dan setelahnya tubuhnya langsung dipeluk erat oleh Alan dengan wajah yang pemuda itu tenggelamkan pada ceruk leher.
"Badan lo dingin," kata Alan dengan suara yang terbenam.
Lena hendak menjawab tapi tertahan saat pintu kamar terbuka. Lena menoleh dan mendapatkan Mamahnya yang berdiri di sana sambil tersenyum senang. "Kenapa, Mah?" tanya Lena langsung, berharap saja Mamahnya tidak berpikir yang macam-macam karna melihatnya tengah berpelukan dengan Alan.
"Panasnya udah turun?" Hani balas bertanya yang diberi gelenggan oleh Lena. "Coba pake cool fever punya Avin, siapa tau panasnya reda," katanya sambil memberikan cool fever pada Lena.
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] Hello, My Dear Enemy ✔
Roman pour AdolescentsStory 01. [ Hello, My Dear Enemy ] By : @girlRin @TiaraAtika4 ▪︎▪︎▪︎▪︎ Alan dan Lena itu seperti air dan minyak, takkan bisa bersatu. Berharap mereka akur sama saja seperti berharap matahari terbit dari barat. Bertemu setiap hari sejak masih kecil...