•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•
Seorang bocah laki-laki berusia enam tahun yang sedang duduk memasang gelas plastik dari kemasan air mineral ke bagian roda belakang sepedanya itu tiba-tiba saja didatangi oleh seorang bocah perempuan seusianya. Bocah perempuan itu datang dengan membawa plastik berisi pentol kuah. Bocah laki-laki itu menoleh dan menatap bocah perempuan itu dengan tatapan bingung. Ada gerangan apakah anak sahabat orang tuanya ini datang ke padanya sambil menatap sepedanya dengan tatapan penuh minat."Kamu mau ngapain?" tanya bocah laki-laki itu dengan suara cadel. Bocah perempuan itu menoleh dan tersenyum lebar sampai menampakkan satu gigi depannya yang hilang alias ompong.
"Lena mau pinjem sepedanya Alan dong! Lena mau belajar naik sepeda!" balas bocah perempuan itu dengan suara cempreng.
Bocah laki-laki itu menatapnya dengan tatapan sombong dan bertanya, "emang kaki kamu sampe? Kamu tuh pendek!"
Bocah perempuan itu menatapnya dengan tatapan bingung dan menatap kakinya sendiri lalu kembali menatap bocah laki-laki itu. "Tinggi Lena sama Alan 'kan enggak beda jauh. Kalo Lena pendek ya berarti Alan juga pendek dong!"
Bocah laki-laki itu menatapnya dengan tatapan kesal. "Alan enggak pendek! Kamu tuh yang pendek. Ompong lagi! Pasti giginya dimakan gajah!" balas bocah laki-laki itu dengan suara lantang.
Tak terima, bocah perempuan itu juga ikut menaikkan suaranya dengan lantang. "Gigi Lena enggak dimakan gajah. Kata Mama tuh gigi Lena dibawa sama peri gigi trus Lena juga dapet duit sepuluh ribu. Bisa jajan es dungdung kata Mama!"
Bocah laki-laki itu menjulurkan lidahnya dan kemudian menaiki sepedanya yang masih memiliki roda bantu-roda empat-dan kemudian mengayuhnya pergi. Bocah perempuan itu kesal dan langsung menendang ban belakang sepeda anak laki-laki itu hingga membuatnya oleng. Sialnya, bocah laki-laki itu oleng ke arah saluran air dan malah tercebur bersama dengan sepedanya.
Bocah perempuan itu terkejut saat melihat anak sahabat orang tuanya itu malah tercebur ke saluran air yang kotor bersama dengan sepedanya. Bocah perempuan itu berjongkok di tepi dan menatapnya dengan tatapan polos. "Alan ngapain mandi di sana? Kotor tau. Kata Mama tuh bau!" ucapnya.
Bocah laki-laki itu menatapnya dengan tatapan mata yang memerah menahan tangis sebab malu. Hidungnya bahkan mulai kembang-kempis.
"Lho, Lena? Ngapain jongkok di situ, cantik? Eh, liat anak Om enggak? Alan katanya tadi naik sepeda."
Sebuah suara mengalihkan pandangan bocah perempuan yang tadi asyik menatap bocah laki-laki yang ada di saluran air itu. Bocah perempuan itu langsung menunjuk ke arah bocah laki-laki itu dan berkata, "Alan mandi di got, Om Bani."
"HAH?" Sosok pria yang dipanggil Bani itu pun langsung mendekat dan menepuk keningnya ketika mendapati anaknya sudah kotor basah di saluran air depan kompleks perumahan mereka bersama sepedanya. Bahkan keadaan anaknya itu sudah menangis.
"Alan ngapain mandi di situ, Nak? Astaghfirullah ...." Bani tak habis pikir.
Bocah perempuan di samping Bani malah mengangguk setuju. "Iya tuh. Kalo mandi 'kan mending ke rumah bisa mandi sama bebek-bebekan trus bisa mandi busa kayak princess. Ngapain mandi di got? Bau Pesing!" ucapnya.
Bani menggeleng kecil dan turun ke dalam saluran air itu untuk mengeluarkan anaknya beserta sepedanya. Bahkan setelah berada di gendongan Bani, bocah laki-laki itu masih menangis dengan keras.
"Alan nangis terus. Cengeng deh. Nanti disunat Kakek Cangkul," ucap bocah perempuan yang masih asyik menatapnya.
Bukannya tenang, bocah laki-laki itu malah semakin histeris menangis. Bani semakin dibuat pusing. Bani akhirnya mengantarkan Lena pulang sebelum pulang ke rumahnya sendiri sambil terus menenangkan anaknya yang masih menangis.
Dalam hati Bani benar-benar tak habis pikir. Kenapa pula anaknya malah nyemplung ke dalam saluran air yang membuat dirinya kini basah kuyup dan bau. Mungkin sampai di rumah nanti anaknya ini akan kena omel oleh istrinya-Lia.
•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•
"DANIAL ARSALAN ABIPUTRA! BALIKIN SEPATU GUE!"
Suara teriakan seorang perempuan bergema di seluruh penjuru koridor sekolah. Seorang gadis cantik sedang berlari mengejar seorang pemuda yang membawa lari sebelah sepatunya. Si pelaku bukannya berhenti malah semakin menjadi-jadi. Ia berlari ke lapangan upacara dan langsung melemparkan sepatu yang ia curi itu ke langit.
"ALAN!"
Tuk!
"Ups!"
Sepatu yang tadinya berpetualang di udara itu pun terjun bebas ke tanah dan tak sengaja mengenai kepala seorang guru laki-laki yang memang bertugas berkeliling. Guru itu menatap sepatu yang tadi mengenai kepalanya dan langsung menatap pemuda yang tadi melemparkannya ke langit.
"Danial Arsalan Abiputra ..."
Gadis yang menjadi korban itu langsung tersenyum meremehkan ke arah pemuda itu hingga senyumnya lenyap ketika mendengar kata-kata yang diucapkan oleh sang guru selanjutnya.
"... Katarina Leyna. Kalian berdua ikut Bapak ke ruang BK sekarang juga!"
Gadis itu-Lena-langsung protes. "Kok saya ikut juga sih, Pak? Alan 'kan nyuri sepatu saya trus ngelempar ke atas dan kena kepala Bapak. Harusnya dia doang yang dibawa ke ruang BK!"
Guru itu menatapnya dengan tatapan tajam. "Kamu juga salah lari-lari di koridor sambil teriak-teriak. Gimana kalo kamu ganggu murid-murid yang lagi latihan ekskul atau bahkan murid yang lagi istirahat di UKS? Udah enggak usah bantah. Kalian ikut atau Bapak panggil orang tua kalian ke sekolah," ucapnya.
"Aduh, mampus kalo Mama yang dateng. Bisa-bisa kena geprek gue ntar sampe rumah," ucap Alan dengan nada panik.
Lena berdecak kesal dan menatap Alan dengan tatapan sinis. Gadis itu bersumpah akan membalas Alan nantinya. Sekarang, ia harus menyelesaikan apa yang akan menjadi skenario terburuk karena masuk ke ruang BK untuk yang ke sekian kalinya gara-gara Alan.
Lena mengikuti guru tersebut bersama Alan dan gadis itu menyenggol lengan Alan dengan kasar. Alan yang disenggol pun hanya bisa memutar bola matanya jengah.
"Awas aja lo. Gue bales ntar!" bisik Lena.
Alan membalas, "enggak takut gue. Bales aja, ntar gue bales lagi lebih parah. Awas aja lo!"
Lena menginjak kaki Alan hingga pemuda itu mengaduh kesakitan dan menarik perhatian guru yang berjalan di depan mereka. Lena langsung memasang wajah polos tanpa dosa sedangkan Alan mengusap kakinya dengan tatapan meringis.
"Kenapa lagi sih kalian ini? Heran deh. Dari awal Bapak ketemu kalian kayaknya sehari enggak berantem tuh kalian demam, ya?" ucap si guru yang sudah tak habis pikir.
"Enggak kok, Pak. Alan doang yang suka cari gara-gara sama saya." Lena mengelak.
Alan berdecih kecil begitu mendengar pembelaan Lena. "Mulut buaya betina," ucapnya dengan nada sinis.
Lena meliriknya dengan tatapan sinis. Sang guru hanya bisa mengusap wajahnya dengan frustrasi.
"Saya doain kalian nanti kena karma karna bikin orang tua kayak saya ini pusing tiap hari," ucap si guru.
"Bapak kok ngedoain begitu sih? Doain yang baik-baik dong, Pak. Nanti doanya balik ke Bapak gimana? Doa orang tersakiti tuh dikabulin Tuhan lho, Pak!" ucap Alan.
Guru itu menatapnya kesal. "Iya, saya yang tersakiti."
•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•
•.¸♡ Bab 1
•.¸♡ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] Hello, My Dear Enemy ✔
Fiksi RemajaStory 01. [ Hello, My Dear Enemy ] By : @girlRin @TiaraAtika4 ▪︎▪︎▪︎▪︎ Alan dan Lena itu seperti air dan minyak, takkan bisa bersatu. Berharap mereka akur sama saja seperti berharap matahari terbit dari barat. Bertemu setiap hari sejak masih kecil...