Bab 19

358 36 0
                                    

•.¸♡ Hello, My Dear Enemy ♡¸.•

Siang ini Alan serta Ajun dan Jeje tengah menikmati jam istirahat mereka dengan tenang dan damai, bahkan sesekali mereka saling mengejek satu sama lain. Awalnya mereka memang menikmati jam istirahatnya tanpa ada yang mengganggu, hingga tak lama Lena muncul bersama Jehan yang berjalan di samping gadis itu, tertawa bersama menuju penjual baso. Entah apa yang tengah mereka tertawakan hingga membuat kefokusan Alan dan yang lain teralihkan pada mereka.

"Si Lena makin ngegas aja buat deketin Jehan," ucap Jeje yang disetujui oleh Ajun, tapi tidak dengan Alan yang malah menatap tak suka pada Jeje.

"Jehan-nya juga ngerespon Lena, keliatan nyaman malahan kek gak ngerasa canggung atau risi," sahut Ajun tanpa mengalihkan pandangannya pada Alan, hingga tepat saat Alan menatap padanya, dia berpura-pura memperhatikan ke yang lain.

"Lena berubah wujud kalo di deket Jehan, cok. Keliatan kalem kagak pernah ngereog kaya pas lagi sama Alan," celetuk Jeje sambil tertawa.

Ajun yang semula ikut tertawa bersama Jeje pun kini ia hentikan tawanya, kembali menatap pada Alan dentan pandangan yang mengejek. "Maklum, Je. Yang Lena suka 'kan Jehan, bukan buntelan kentut ini. Udah pastilah Lena bakal jadi cewek kalem kalo lagi sama pawangnya," kata Ajun yang sengaja membuat Alan yang merasa kesal itu semakin kesal.

"Gua mencium bau-bau gak enak nih, kaya bau cemburu," ejek Jeje. Dirinya menoleh ke samping pada Alan, tersenyum puas saat temannya itu memberinya tatapan tajam.

"Butuh es? Atau mau kulkasnya sekalian?" Tepat setelah ucapan Jeje selesai, pemuda itu sudah mendapatkan tabokan pada belakang kepalanya oleh Alan, pemuda yang sedari tadi diam menyimak dengan perasaan panas itu sudah begitu terbakar dan sialnya dua temannya itu malah mengejeknya dengan sengaja.

"Lan, lo bakal kehilangan temen gelud. Lena udah—"

"Gua sumpel mulut lo pake sempak Jeje, mau?" tanya Alan dengan sarkas sedangkan Ajun bukannya takut dirinya malah tertawa bersama Jeje yang sama sekali acuh pada ucapan Alan barusan.

"Sialan lo berdua!" kesal Alan dengan dengkusan kesal, ia membuang muka untuk menangkan kekesalannya tapi dirinya malah bertemu dengan Lena yang juga tengah menatap padanya.

"Len, Han! Sini sama kita," ajak Jeje dengan semangat.

Lena dan Jehan yang terpanggil itu langsung mengiyakan, duduk satu meja dengan Alan yang kini menatap keduanya dengan hati yang panas. Tatapan tajam yang diberikan oleh Alan itu sama sekali tidak dipedulikan oleh Lena yang duduk tepat di hadapan pemuda itu, bahkan Lena kini memiliki ide untuk membuat pemuda itu iri padanya.

"Han, lo mau baso telor gua?" tanya Lena sambil tersenyum sinis pada Alan, dirinya merasa puas saat pemuda itu meremas erat botol kosong dengan wajah memerah.

"Boleh, Len." Jehan menyahut sambil mendekatkan mangkuk miliknya pada Lena. "Sosis mau, Len?" tanya Jehan sambil menyodorkan sosis tusuk pada Lena yang dengan senang hati diterima oleh Lena.

"Gua suka sosis, makasih." Lena berusaha tersenyum manis pada Jehan dan dibalas tawa kecil oleh Jehan, bahkan pemuda itu tak dengan santainya mengacak gemas rambut Lena.

"Anjing, cok! Apa yang barusan gua liat?" tanya Jeje dengan heboh, tapi netranya malah menatap Alan yang terlihat begitu kesal dengan wajah yang memerah.

Nih buntelan kentut keknya beneran cemburu. batin Jeje sambil tersenyum puas.

Jeje menyengol pelan lengan Ajun yang berara di atas meja, memberi kode pada pemuda itu lewat tatapannya. Ajun yang paham langsung mengangguk pelan, menatap sesaat pada Alan lalu beralih pada Jehan dan Lena yang duduk di sampingnya.

[01] Hello, My Dear Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang