Bab 34. Out of Control

5 1 0
                                    

Seperti mimpi di siang bolong, Alina tidak pernah membayangkan jika karya tulis yang Ia buat selama masa liburan sekolah akan menjadi salah satu karya yang mewakili sekolah untuk perlombaan tingkat nasional. Tentu saja, Ia menyadari jika Ia masih pemula di Club tetapi kesempatan emas yang mungkin tidak datang dua kali harus dimanfaatkan dengan sangat baik.

Siang itu, setelah jam istirahat makan siang dan sholat dzuhur, Alina yang baru tiba di ruangan Pak Jihad tidak bisa menyembunyikan raut terkejut di wajahnya, karena mendapati Brigita berdiri dengan tatapan sinis, setibanya Ia disana.

Buru-buru Ia mengontrol ekspresinya menjadi lebih santai.
Tak lupa Gadis itu juga mengucapkan selamat, karena seniornya di divisi kepenulisan itu akan menjadi teman seperjuangannya dikompetisi kali ini.

"Selamat Kak Bri. Sekarang perjungan kita baru akan dimulai" Alina masih tersenyum ramah sampai Ia melewati Brigita dan masuk ke ruangan Pak Jihad. Tidak berselang lama Brigita kemudian menyusul masuk ke dalam.

Pertemuan itu berakhir dengan baik, Pak Jihad meminta mereka membuat satu karya lagi sebagai bahan perbandingan dan akan diputuskan di pekan depan. Setelah berpamitan pada Pembina, keduanya tidak langsung kembali ke kelas masing-masing, Gaza meminta keduanya datang ke Club karena ada hal penting yang harus dibicarakan.

Alina berlalu lebih dahulu, meninggalkan Brigita yang masih berdiri di anak tangga terakhir, Ia berkata masih punya urusan lain sebelum menyusul Alina ke Sekretariat Club.

*****

"Kalian lihat tingkahnya tadi kan?? Aku benar-benar tidak percaya Pak jihad akan memilih dia juga." Ucap Brigita sambil menatap tajam ke arah jalan yang dilalui Alina sebelumnya.

Vivian dan Nora yang memang sudah menunggu Brigita, segera menghampiri Gadis itu selepas kepergian Alina.

"Akupun heran, padahal dia jelas-jelas masih newbie, sangat tidak mungkin tulisan dia bisa menyaingi tulisanmu Bri." Vivian yang muncul dibalik pepohonan mendukung opini Brigita.

"Entah pelet apa yang Gadis itu punya, tadi pagi di lobi aku melihat Hera menghampiri Gadis itu, mereka bahkan jalan bersama seperti teman akrab." Tambah Nora dengan nada penuh kecurigaan.

"Apa jangan-jangan rumor hubungan Alina dan Aqsa itu benar. Jika benar, bukan tidak mungkin dia menjadi begitu dekat dengan Hera. " lanjutnya.

"Sudahlah, aku masih ada urusan di ruang sekretariat. Pak Ketua ingin bertemu. Jadi kalian berdua kembali saja ke kelas lebih dahulu, aku akan menyusul nanti," mendengar ultimatum Brigita, Keduanya kemudian mengangguk mantap dan berjalan kearah yang berlawanan.

~•♡•~

Obrolan diruang sekretariat antara Alina dan Gaza berlanjut sampai ke Toko Oddflorist. Tepat setelah jam pulang sekolah Gaza menyusul Alina ke toko, dan seperti biasa, keduanya akan duduk dimeja kayu bulat disudut ruangan dan menikmati secangkir coklat panas yang sengaja disiapkan.

"Halo,Gaza. Apa Kabar?" Helena muncul dari arah pintu kayu yang menghubungkan area halaman rumah mereka dengan toko.

Gaza yang tadinya ingin menikmati coklat panasnya, buru-buru membalas sapaan Helena dengan ramah. Wanita itu sepertinya hendak keluar dengan pakaian rapi dan khas dirinya.

"Alhamdulillah, Baik Tante."

"Apa Tante akan keluar sore ini?" Gaza bertanya untuk basa-basi, meski Ia tahu Mama Alina sudah pasti akan keluar rumah.

"Iya, ada arisan yang harus Tante datangi. Alina akan keluar sebentar lagi. Di tunggu saja ya. Tante permisi dulu."

Ia kemudian berlalu, bersamaan dengan itu Alina muncul dengan setumpuk bunga ditangannya.

The OddloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang