"Entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan anak itu."
"Siapa tadi namanya?,"
"Doni."
"Doni. Ya, Dia terlihat seperti punya dendam lama padamu."
Andra berbaring di sofa saat dia meletakkan tasnya diatas meja diantara mereka berdua. Dia memeringkan kepalanya, menatap pada Aqsa yang segera bangkit dari duduknya dan sibuk merapikan pakaiannya di loker besi yang berjejer ditembok ruangan.
Ruang ganti (Loker Room) Club sudah berangsur sepi sejak hampir semua anggota club meninggalkan ruang latihan beberapa saat yang lalu.
Aqsa menatap Andra sekilas, kemudian kembali fokus melipat bajunya.
"Apa yang terjadi tadi adalah hal yang wajar. Jangan terlalu dipikirkan. Jika aku ada diposisi anak itu, Aku mungkin juga akan melakukan hal yang sama. Mengerahkan semua yang ku bisa untuk menunjukkan kualitasku."Bagi Aqsa permintaan maaf yang diucapkan Doni padanya beberapa saat yang lalu adalah lebih dari cukup, Ia sedang tidak ingin memperpanjang permasalahan.
"Oke.. oke. Aku mengalah. Kali ini aku mendukungmu."
Sementara Andra yang masih terpaku ditempatnya tiba-tiba mengingat sesuatu, wajah Junior sabuk merah yang itu, maksudnya Doni. seperti pernah Ia lihat sebelumnya, Dia mengerutkan keningnya, berusaha mengingat.
Ah, iya dia adalah junior yang tertangkap basah olehnya pernah mengintai Aqsa diloker room saat dia akan mengantar tas Aqsa waktu Classmeeting semester lalu.
Tapi sudahlah, Jika Aqsa saja tidak keberatan buat apa Ia memperbesar masalah, lagi pula semua orang bebas mengakses loker room selama mereka adalah anggota Club Taekwondo sekolah, karena ada kartu akses yang hanya bisa digunakan anggota terdaftar.
"Kamu akan kemana setelah ini?" Tanya Andra penasaran.
"Pulang, ada ujian Quran Hadist besok. Aku balik dulu. Sampai ketemu !" Aqsa berpamitan lebih dahulu meninggalkan Andra yang masih pada posisinya diawal.
Buru-buru Andra bangkit dari tidurnya, "tunggu, aku belum selesai bicara!" Teriaknya.
"Apa kamu menyukai Gadis itu? Maksudku Alina?." Dia bertanya begitu tiba-tiba.
Aqsa melirik Andra.
"Jujur saja padaku, aku sudah tau semua. Terutama soal sapu tangan itu. Ada rajutan nama Alina disana. Tidak mungkin ada orang yang memiliki nama lengkap yang sama persis di dunia ini, setidaknya harus ada satu atau dua kata yang berbeda kan?."
"Apa kamu... kamu seseorang yang terobsesi pada seorang Gadis? Sampai kamu merajut namanya di sapu tangan?"
Hening, suara pintu ditutup memaksa Andra menahan rasa penasarannya sampai waktu yang tidak ditentukan.
~•♡•~
Dua hari kemudian, tepatnya di hari Minggu. Setelah menerima pesan dari Yoyok dua hari lalu, disinilah Alina berada sekarang bersama Aqila, tepat di depan halte yang berhadapan langsung dengan karnaval yang berada diatas area reklamasi pantai, disebelah lapangan itu ada masjid yang dibangun dengan kubah bernuansa merah dan ciri khas ornamen tradisional daerah.
"Al, makasi ya sudah mau ngajak aku kesini." Ucap Aqila dengan mata berbinar, yang dibalas Alina dengan anggukan. Alina melirik Aqila yang berdiri disampingnya, menatap pada raut wajah gembira yang ditunjukkan Aqila.
Pada awalnya Ia berencana pergi sendirian menemui Yoyok, tapi Aqila yang begitu antusias mengajaknya bermain di karnaval pada akhirnya membuat Alina berinisiatif mengajak Gadis itu juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Oddlove
Teen FictionSejak pertemuan di bandara hari itu, hidup Aqsa seolah selalu terhubung dengan Alina-gadis kecil tunanetra yang selama hampir enam tahun ia cari. Seperti takdir yang sudah digariskan, mereka kembali bertemu sebagai senior dan junior di sekolah. Namu...