Ruangan itu di tata sangat rapi dengan nuansa minimalis, terpisah dari bagian depan oddflorist yang cukup luas. Ada berbagai macam bunga dengan beragam jenis rangkaian yang berjejer di setiap sudutnya. Meski letak bunga-bunga itu tidak sepenuhnya rapi, tetapi justru membawa kesan alami dan nyaman. Ada tiga buah meja kayu besar, satu disudut dan dua lagi ditengah, dengan kursi kayu berbentuk oval disetiap sisinya.
Aroma kayu yang khas bercampur mawar yang lembut dan manis menyeruak memenuhi indera penciuman Aqsa saat Ia baru masuk tadi. Dia kemudian memutuskan untuk bangun dari duduknya dan menggunakan apron merah muda yang disiapkan diatas meja di depannya.
Dia menoleh ke arah pintu yang setengah terbuka, samar-samar mendengar suara bisik-bisik dari luar. Sepertinya itu adalah beberapa karyawan yang sejak Dia masuk bersama Alina ke Oddflorist beberapa saat yang lalu sudah menunjukkan ekspresi penuh tanda tanya padanya.
Dia sendiri tidak bisa menahan senyumnya. Dia juga tidak menyangka bisa berakhir ditempat ini. Padahal tadi, kalimat yang keluar dari mulutnya saat meminta hadiah pada Alina hanyalah kalimat spontan yang terlintas dibenaknya. Dalam hati kecilnya, Dia sama sekali tidak mengharap balasan apapun dari Gadis itu. Aqsa tulus menolongnya.
Sementara Aqsa sibuk mengenakan apron merah muda itu. Diluar Sasha dan dua orang karyawan terlihat menunggu Alina dengan perasaan cemas, sampai kemudian Gadis itu muncul dari arah pintu belakang.
"Mbak Alina? Bagaimana bisa? Tuan pelanggan tampan ada disini?? Maksud Sasha, kalian saling kenal?" Sasha menunjukkan ekspresi terkejut setibanya Alina disana.
"Ceritanya panjang. Intinya dia adalah seniorku di sekolah"
Sasha yang baru mengetahui fakta itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Selama ini Alina tidak pernah cerita apapun padanya.
"Akan ku ceritakan nanti. Aku masuk dulu ya."
Alina baru saja akan masuk, namun Sasha dan dua karyawan lainnya segera menghalangi pintu masuk.
"Mbak, tapi hari ini ada dua orang pelanggan yang akan ikut kelas merangkai bunga. Mereka sudah menunggu di depan..." Sasha menghentikan ucapannya ragu.
Namun buru- buru Alina meminta agar kedua pelanggan itu masuk ke-ruangan juga. Keberadaan Aqsa bukanlah alasan kelas merangkai bunga di oddflorist jadi berhenti.
"Gapapa, Minta mereka untuk bergabung. Kalian bisa fokus membimbing Mereka. Anggap saja kami tidak ada di dalam." Mendengar permintaan Alina, Sasha mengangguk, dia kemudian kembali ke area depan oddflorist mempersiapan keperluan kelas merangkai bunga hari ini.
~•♡•~
Sementara dua orang karyawati sedang membimbing dua orang wanita muda yang sedang belajar merangkai bunga, disisi lain ruangan itu, persis di sudut, Aqsa tengah duduk dengan tenang memperhatikan setiap detail dan makna bunga yang Alina jelaskan padanya. Mereka duduk berseberangan. Gadis itu terlihat sedikit malu, namun Ia berulang kali menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya.
"Bunga plastik. Aku ingin bunga plastik saja." Aqsa menunjuk ke-arah bunga mawar biru plastik yang Alina pegang ditangan kanannya.
"Alasannya apa, Kak? Bukan-nya lebih bagus kalau menggunakan bunga asli?" Gadis itu bertanya dengan nada penasaran.
"Aku ingin menyimpan-nya untuk waktu yang lama." Balas Aqsa singkat.
"Terus, apa ada alasan khusus kenapa Kak Aqsa memilih rangkaian bunga mawar berwarna biru? Disini ada banyak pilihan bunga yang lebih indah." Tanya Gadis itu ragu. Ia tertegun sesaat, dan tersenyum dalam diam, menyadari Ia bertanya seperti sedang mewawancarai narasumber untuk majalah sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Oddlove
Teen FictionSejak pertemuan di bandara hari itu, hidup Aqsa seolah selalu terhubung dengan Alina-gadis kecil tunanetra yang selama hampir enam tahun ia cari. Seperti takdir yang sudah digariskan, mereka kembali bertemu sebagai senior dan junior di sekolah. Namu...