Ruangan itu mendadak sunyi begitu Aqsa masuk. Yagiz dan Gaza sudah lebih dulu duduk berdampingan di meja makan panjang. Sementara keluarga yang dituakan diantaranya Kakek, Om Musa dan Tante Bulan masih belum terlihat.
"Maaf aku sedikit terlambat" Aqsa menyapa lebih dahulu setibanya dia di meja. Dia sengaja duduk persis dihadapan Gaza. sudah lama sejak terakhir kali Aqsa mengakrabkan diri dengan sepupunya itu.
"Tidak apa-apa kami paham alasan keterlambatanmu. Oh iya gimana soal pesanan bunga paman Jiro? Apa sudah beres?" Yagiz bertanya dengan nada tenang, sambil menunggu jawaban dia menuangkan secangkir minuman pada Aqsa.
Aqsa melirik sekilas pada Gaza, yang menatapnya dengan ragu namun seolah menunggu jawabannya.
"Tentu, Paman Jiro mendapat pesanan bunga yang bagus, sesuai dengan keinginannya. Tidak salah Bi Areng merekomendasikan Oddflorist pada kami waktu itu." Aqsa menjawab sambil sesekali melirik pada sepupunya. Dia memberi penakanan pada nama toko bunga untuk melihat reaksi sepupunya.
"Baiklah, karena orang dewasa belum menunjukkan batang hidungnya bagaimana kalau kita menikmati makanan pembuka ini dulu. Aku sudah memesan ini khusus untuk kita bertiga." Yagiz yang sepertinya dapat merasakan ketegangan diantara kedua sepupu itu terlihat berusaha mencairkan suasana, dia meminta pelayan menata beberapa potong kue coklat diatas piring mereka.
Itu adalah makan malam ulang tahun yang menjadi tradisi keluarga mereka sejak lama. Kakek melakukannya masing-masing dua kali dalam satu tahun untuk merayakan ulang tahun ketiga cucu-nya secara bergantian. Karena Aqsa dan Yagiz adalah saudara kembar mereka merayakan ulang tahun secara bersamaan. Sementara Gaza berusia dua bulan lebih muda dari si kembar.
*****
Aqsa menikmati makanan pembuka yang disediakan pelayan tanpa menyadari jika diseberang sana Gaza terlihat mengigit bibir bawahnya, rahangnya mengeras sementara tangan kanannya mengepal erat dibalik meja kayu yang tertutup, seolah menahan sesuatu yang ingin segera diungkapkan.
Keheningan menyelimuti keduanya saat Yagiz tiba-tiba saja pamit ke toilet. Aqsa yang awalnya ragu harus memulai topik apa, dibuat terkejut saat Gaza juga mengeluarkan kalimat yang sama dari mulutnya.
"Akuu—"
"Aku—"
"Maksudku silahkan kamu yang duluan." Ucap Aqsa mengalah.
Tentu saja Gaza setuju, tanpa basa-basi Dia langsung mengucapkan kalimat yang cukup mengejutkan.
"Aqsa, Aku hanya ingin mengingatkanmu. Tolong Jangan mempermainkan perasaan Alina. Maksudku jika kamu memang hanya ingin berteman jangan melakukan hal-hal diluar batasan-mu." Desisnya pelan. Tapi, nada suaranya penuh peringatan.
Mendengar pernyataan Gaza, Aqsa sudah tahu jika itu akan terjadi, meski Ia tidak menduga Gaza secara gamblang menyebut nama Alina.
"Tentu, semua orang bebas untuk menjalin pertemanan. Lagi pula Alina bukan anak kecil lagi, dan kamu juga bukan wali-nya, jadi dia bebas menentukan ingin berteman dengan siapa. Jadi jangan khawatir." Aqsa membalas dengan tenang, ada sedikit penenakan pada kalimatnya.
Gaza menyunggingkan senyum tipis, dia kemudian melanjutkan ucapannya, "jika kamu mendekati Alina karena alasan yang berkaitan dengan sesuatu di masa lalu, aku sarankan lebih baik berhenti sampai disini, Biarkan Alina melanjutkan hidupnya dengan menatap masa depan, dia sudah bahagia dengan hidupnya yang sekarang."
Aqsa menangkap ada makna lain dibalik kalimat yang dilontarkan Gaza padanya, seperti seseorang yang tahu sesuatu tentang masa lalu antara Dia dan Alina. Tapi Aqsa tidak akan goyah. Lagipula Dia sudah bertekad untuk tidak memaksa Alina mengingat apa yang terjadi di antara mereka di masa lalu. Jadi, ucapan Gaza bukanlah apa-apa baginya.
"Sepertinya, seorang Gaza Adhikara memiliki alasan khusus kenapa dia tiba-tiba membicarakan tentang ini?" Ucap Aqsa, Dia menatap Gaza dengan tatapan penuh selidik. Aqsa memang sudah menyadarinya sejak beberapa kali melihat Gaza bersama Alina, sepupunya itu memiliki perasaan pada Alina lebih dari sekedar hubungan sahabat yang selama ini orang lihat.
"Aku hanya tidak ingin Alina salah memilih teman, itu saja." Balas Gaza gugup, Dia terlihat sedikit salah tingkah setelah Aqsa menanyakan kalimat itu.
Aqsa mengangguk ragu, Ia masih ingin membicarakan banyak hal tetapi obrolan keduanya kemudian berakhir saat Yagiz muncul bersama Tuan Abraham, Om Musa dan Tante Bulan dibelakangnya.
Melupakan pembicaraan yang terjadi diantara mereka sebelumnya, Aqsa dan Gaza berusaha menampilkan citra yang hangat pada Kakek dan kedua orang tua-nya.
Para tetua di keluarga kemudian duduk di kursi mereka masing-masing. Dalam tradisi, agenda pertama yang dilakukan adalah berdoa bersama untuk mereka yang berulang tahun, kemudian bertukar kado, dan dilanjutkan dengan acara makan malam bersama.
Pada awalnya semua berjalan lancar, mereka berbincang satu sama lain, memberi nasihat kehidupan, menanyakan perkembangan karier, sekolah dan rencana ke depan. Sampai kemudian obrolan beralih pada acara persiapan perayaan anniversary yayasan amal yang sudah dikelola keluarga mereka selama puluhan tahun.
Acara itu akan diadakan sekitar tiga pekan dari hari ini, dengan persiapan yang sudah hampir rampung sembilan puluh persen. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, agenda tahun ini akan diawali dengan pengajian, lalu bazaar amal untuk masyarakat bersama para volunteer yang sudah mendaftar dan malam nya baru akan diadakan pesta resmi.
Ketiga pemuda itu hanya bisa memperhatikan dengan seksama ketika orang dewasa sibuk mendiskusikan acara itu.
*****
Karena bosan Aqsa hendak pergi mencari angin segar diluar sebentar, namun urung karena Tuan Abraham tiba-tiba saja mengalihkan pembicaraan.
"Ehemm... sepertinya Kakek harus membicarakan masalah ini sebelum acara perayaan ulang tahun ini berakhir."
"Setelah melalui pertimbangan yang cukup lama, kakek akan mengundang Tante Sintya di acara perayaan nanti."
Aqsa melirik kearah Yagiz, seolah memastikan dia tidak salah dengar. Yagiz juga melempar senyum saat mata mereka bertemu.
Mendengar nama Tante-nya disebut Aqsa kegirangan bukan main, selama ini dia adalah yang vokal meminta pada kakek agar melibatkan Tante Sintya di kegiatan keluarga mereka. Meski Ibu-nya sudah tiada, Kakek memang masih menganggap Tante-nya seperti anak sendiri, dan sudah lama sejak terakhir kali Tantenya hadir diacara keluarga Adhikara tepatnya, satu tahun sebelum kematian Ibu-nya. Setelah itu, Tante-nya sakit akibat kecelakaan dan vakum dari dunia sosial selama bertahun-tahun.
Berita ini bahkan menjadi kejutan besar yang lebih indah dari semua hadiah yang Kakek berikan pada mereka dihari ulang tahun kali ini.
~•□•~
♧ Flashback beberapa jam sebelum acara makan malam ulang tahun.
Itu adalah sore yang cukup melelahkan bagi Aqsa, ini adalah pertama kalinya dia merangkai bunga dan itu tidak semudah yang dia bayangkan.
Tangannya masih memilih beberapa tangkai lagi sebelum menyadari jika suara Alina sudah tidak terdengar. Dia menatap lurus kearah meja dihadapannya, Gadis itu tertidur sambil menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya yang terlipat diatas meja.
Aqsa tersenyum, dia tahu jika Alina mungkin sudah sangat lelah, dia memutuskan untuk mengakhiri kegiatan merangkai bunga itu, berjalan ke arah wastafel di dekat gudang kecil di sisi lain ruangan itu.
Saat itu samar-samar terdengar suara seorang wanita sedang menelpon.
"Mas Gaza? Ada apa?"
"Ooo Mbak Alina lagi ada tamu mas. Itu lo Tuan Pelanggan tampan yang Sasha pernah ceritain waktu itu. Namanya Mas Aqsa, Iya."
"Wah, kalau itu Sasha kurang tau Mas. Mereka lagi ngerangkai bunga di depan. Apa mau Sasha panggilkan Mbak Alina, sekarang?"
"Oke... nanti Sasha sampaikan ya, Kalau Mbak Alina sudah selesai."
Sebelum percakapan itu selesai, Aqsa bergegas meninggalkan ruangan itu berlari dan duduk di tempatnya semula.
Sambil menata beberapa barang yang berantakan, sebuah ide brilliant terlintas dibenaknya.
To Be Continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Oddlove
Novela JuvenilSejak pertemuan di bandara hari itu, hidup Aqsa seolah selalu terhubung dengan Alina-gadis kecil tunanetra yang selama hampir enam tahun ia cari. Seperti takdir yang sudah digariskan, mereka kembali bertemu sebagai senior dan junior di sekolah. Namu...