Setelah ini, kalian bakalan mendapati beberapa yang aku percepat alurnya. Kalo yang udh baca tulisan mpreg ku sebelumnya (noren), pasti tau kalo aku emang begitu. Gak begitu tulis mendetail dan kelamaan pas bagian kehamilan merekanya, semoga tetap bisa mengerti tulisanku kaliannya ^^
__________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau bilang tadi sebelum pergi perutmu lapar bukan?" Jaemin melepas pelukan mereka, meraih tangan Renjun dan menuntunnya menuju mobilnya.
Setelah memberitau kabar yang membuat dada Jaemin dipenuhi perasaan membuncah, Renjun menceritakan kenapa ia mendapat praduga tentang kehamilannya. Dan Jaemin menangkap bahwa Renjun lapar sebelum datang kemari, jadi ia hendak mengajaknya makan.
Sebelum memasuki mobil Renjun menahan tangan dominan itu, membuat Jaemin menatapnya. "Kita makan, kau mau kan? Atau kau menginginkan sesuatu?"
Renjun menggelengkan kepalanya, ia belum mengatakan hal lain pada kekasihnya itu. Dan hal itu masih membuatnya belum tenang. "Jaemin, ada yang belum aku beritau." Ujarnya.
"Tentang apa?" Tanya Jaemin, ia menangkup wajah Renjun dan menatapnya lembut. "Kalau bisa kau makan dulu ya?"
"Kita bicara lagi nanti, bagaimana?" Tanya Jaemin lagi.
Akhirnya Renjun mengiyakan apa yang Jaemin minta, meski itu membuat ia terus merasakan kegugupan itu sepanjang ia makan karena sibuk menerka respon Jaemin nantinya. Sampai mereka menyelesaikan makanannya, Jaemin bertanya apa yang ingin Renjun sampaikan.
"Jaemin, ini adalah salah satu dari buruknya aku. Kau sudah tau beberapa dan ini mungkin yang kesekian." Ujar Renjun, ia merasakan hal yang serupa ia rasakan saat mengatakannya pada dokter kandungan tadi.
Dominan itu sempat mengerutkan dahinya mendengar Renjun lagi-lagi mengatakan tengang dirinya sendiri seolah ia adalah sosok paling buruk. "Apa?" Tanya Jaemin.
"Dulu aku pernah mengalami infeksi rahim." Yang Renjun rasakan adalah malu, bagaimanapun hal itu adalah sebuah keburukan. Membuatnya takut jika Jaemin akan mengernyit tak suka padanya setelah tau ia pernah tertular infeksi seperti itu, tapi jika ia menyembunyikannya ia takut suatu hari saat terjadi hal buruk padanya atau bayinya Jaemin seolah tak tau apapun tentangnya.
Bukan berarti Renjun mengharapkan hal buruk terjadi pada kandungannya, hanya saja dokter tadi sempat mengatakan bahwa ada beberapa kasus juga yang mirip sepertinya. Pernah mengalami infeksi karena keguguran, dan pada kehamilan berikutnya kandungan orang tersebut cukup lemah. Meski pada kasus Renjun bukan karena keguguran, tetap saja itu rahim yang terinfeksi.
Dan selain rasa malu, Renjun merasakan kekhawatiran yang besar pada bayinya. Maka ia memilih mengatakannya pada Jaemin tentang salah satu dari banyaknya kekurangan yang ia miliki.
Mendengar ucapan Renjun, Jaemin membulatkan matanya terkejut. "Kenapa tidak memberitauku lebih awal?"
Melihat respon itu Renjun menahan napasnya sesaat, sebelum menunduk penuh penyesalan. Wajar untuk Jaemin marah padanya, karena tubuhnya kemungkinan tak bisa dipakai menjaga anak mereka. Tubuhnya tak baik-baik saja.