Jaemin dan Renjun tengah berendam, setelah seharian ini dominan itu mengajak submisifnya kencan. Sejak dulu setiap tak ada jadwal ke rumah sakit, Jaemin selalu menyempatkan mengajak Renjun kencan. Dan setelah kejadian yang membuat jarak Renjun Niall ada, Jaemin selalu kesulitan mengajak submisifnya keluar.
Rasa ketakutan Renjun untuk pergi keluar, dan tidak maunya ia berjauhan dari rumah membuat Jaemin hanya bisa memaksa sebatas pergi ke tempat yang dekat dengan rumah mereka. Hingga akhirnya suatu waktu Renjun mau lagi memberanikan diri pergi keluar sendiri, dan itu menjadikan Jaemin memiliki kekuatan untuk membujuk Renjun lagi agar submisif itu tak hanya diam di rumah dengan bosan.
Awalnya Renjun masih kerap menolak, tapi begitu Jaemin mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja sama seperti saat Renjun pergi sendirian kala itu akhirnya Renjun mau pergi keluar dengannya walau terlihat sedikit ragu juga. Submisif itu selalu mengenakan topi di beberapa kali acara pergi mereka. Sampai akhirnya Jaemin menanyakan alasannya.
"Renjun, kenapa setiap pergi kau tak melupakan topimu." Bahkan tak jarang Renjun mengambil frame kaca mata juga untuk ia kenakan, padahal setelah mereka sampai di tempat tujuan juga Renjun melepasnya. Jaemin pikir itu sedikit merepotkan untuk diri Renjun sendiri.
"Aku berharap orang-orang yang pernah tau masa laluku tak mengenaliku, aku tak mau membuat kekacauan lagi karena orang mengenaliku. Aku tak mau membuat orang yang bersamaku dalam masalah jika aku bertemu masa laluku lagi."
"Kau mengkhawatirkanku?"
"Ya."
Jaemin meraih bahu Renjun dan memeluknya erat. "Jangan seperti itu sayang."
"Aku akan baik-baik saja, aku akan memastikan aku juga kau baik-baik saja." Jaemin bersumpah ia akan melindungi Renjun jika sampai submisif itu kembali bertemu orang kurang ajar yang sempat ditemuinya dulu.
Renjun tak langsung menuruti ucapannya, hingga beberapa hari setelah itu mereka pergi dan bertemu salah satu juga orang yang pernah Renjun temani. Tapi orang tersebut hanya menyapanya singkat, tak mengungkit apapun. Apalagi begitu Jaemin menyebutkan bahwa dirinya suami Renjun, orang tersebut hanya berbasa-basi singkat lalu pergi.
Submisif itu memberitau pada Jaemin bahwa yang tadi menyapanya adalah salah seorang pelanggannya dulu, dan itu Jaemin jadikan dorongan juga agar Renjun percaya padanya. Ketika Jaemin bersamanya Renjun akan baik-baik saja.
Dan setelah itu Renjun mau pergi tanpa harus melakukan penyamaran kecil lagi. Renjun benar-benar mempercayai Jaemin.
Jaemin menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Renjun yang duduk diantara kakinya, tangannya merengkuh tubuh yang membelakanginya itu. Air hangat yang merendam tubuh mereka membuat keduanya semakin nyaman.
"Jaemin, Niall baik-baik saja?" Tanya Renjun.
Tadi begitu mereka pulang Niall terlihat sedikit murung dari biasanya, saat Renjun menyodorkan kue kesukaannya pun anak itu hanya tersenyum tanpa keceriaan dalam wajahnya. Renjun tau ada yang salah dengan hari yang Niall lalui.
Kepala Jaemin mendongak, tangannya ganti memijat lembut bahu Renjun dari belakang.
"Ia agak sedih karena Rui." Jaemin pun tadi menyadari kejanggalan pada anaknya, dan begitu melihat Niall memakan kue yang Renjun bawakan sembari duduk di dekat kolam Jaemin menghampirinya.
"Ada apa?" Renjun selalu merasa ikut bersalah setiap mengetahui Niall bersedih, agak mengingatkannya pada bagaimana dulu ia pun pernah membuat Niall bersedih.
"Niall mulai merasa bahwa Rui tak mencintainya."
Renjun mengerutkan dahinya. "Kenapa? Apa ia bersikap buruk pada Niall?"