10. Future dreams

1.9K 213 33
                                    


Selain cerita-cerita kecil yang kembali Renjun bagi padanya, lalu senyum yang sering Jaemin lihat lagi. Tawa usil Renjun kembali ia dengar setelah sebelumnya submisif itu menjaga jarak dengannya.

"Tidak Jaemin, itu milikku juga."

Renjun tak bisa menyembunyikan tawa gelinya ketika melihat raut protes Jaemin saat ia menjawab pertanyaan dominan itu tentang sandwich yang ia siapkan. Keempat potong sandwich itu Renjun memang simpan di satu piring, ia juga menyimpan piring itu tepat di depan Jaemin membuat dominan itu heran. Lalu Renjun dengan usil memberitaunya bahwa semua itu untuk Jaemin habiskan karena ia sudah sarapan.

Jaemin benar-benar menyukai tawa itu, bagaimana semua raut senang Renjun jauh lebih baik dari pada raut sendu dengan senyum tipisnya.

"Kau memiliki hari yang bagus, mengawali paginya dengan senyum lebar seperti ini." Tangan Jaemin membelai pipi Renjun lembut, kemudian mengusak surainya.

"Aku harap acara pergi kita kali ini juga memberimu banyak senyum."

Keduanya berencana pergi kencan hari ini setelah beberapa waktu ini mereka sulit memiliki waktu luang yang sama untuk kencan.

"Kau juga, aku tak mau merasakan senang sendiri. Semoga setelah mencoba hubungan denganku kau lebih banyak lagi tersenyum." Renjun tau bagaimana Jaemin adalah sosok yang baik dan ramah, balasan semesta tak mungkin salah. Jaemin pasti akan diberi banyak bahagia oleh semesta.

Tapi yang membuat Renjun ragu adalah tentang keputusan Jaemin yang menariknya dalam kehidupan dominan itu, karena banyaknya dosa yang telah Renjun perbuat, ia takut hukuman semesta untuknya itu berimbas pada kebahagiaan Jaemin.

Renjun berharap Jaemin benar diberi banyak bahagia.

"Tentu." Jawab Jaemin. "Karena aku telah bersamamu." Senyumnya terulas, lalu bibir yang tersenyum itu mendekat pada pipi Renjun dan mengecupnya lembut.

"Aku akan siapkan yogurtmu." Dan Jaemin pun segera membantu Renjun dengan mengambil alih sisa pekerjaan untuk sarapan mereka.

Selesai sarapan, keduanya segera pergi. Jaemin mengajak Renjun melihat galeri seni, tapi Jaemin langsung sadar submisif itu tak begitu tertarik karena ia lebih memilih berjalan-jalan di sekitaran galeri dari pada masuk.

Kegiatan yang mereka lakukan seperti ini, keluar berdua berjalan-jalan sebenarnya cukup sering juga mereka lalukan sebelumnya. Tapi dulu itu hanya salah satu upaya Jaemin untuk tetap merasa dekat dan mendapat banyak waktu untuk berinteraksi dengan Renjun. Berbeda dengan sekarang dimana mereka benar-benar menikmati setiap langkah yang mereka ambil.

"Kau ingin makan disini tidak? Aku akan cari cemilan untukmu." Tanya Jaemin saat keduanya duduk di salah satu kursi yang terdapat di bawah pohon rindang.

"Kau dan mama Na sama saja, terus mengingatkanku tentang makan." Renjun terkekeh.

Mama Na sekarang-sekarang lebih sering menemuinya di restoran dari pada menitip sesuatu pada Winter, ia seolah ingin memastikan sendiri Renjun menerima pemberiannya atau tidak. Ia juga selalu bertanya ribut tentang sarapannya, sebelum mengajaknya makan siang bersama.

Jaemin sudah mengingatkan Renjun tentang vitaminnya, tapi saat ia tak melihat bagaimana submisif itu meminumnya ia berusaha terus mengingatkan Renjun untuk makan.

"Aku masih merasakan sandwich pagi tadi, Jaemin."

"Baiklah, ada tempat yang ingin kau datangi?"

Renjun memikirkan beberapa barang sejak semalam, jadi ia langsung mengangguk saat Jaemin bertanya itu. "Ada barang yang ingin aku beli, nanti setelah itu kita cari cafe saja bagaimana?"

Days Gone By ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang