"Tadi bertemu mama?" Jaemin mengusap kepala Renjun begitu submisif itu menghampirinya. Ia bertanya hal itu mengingat percakapannya dengan sang mama tadi.
Renjun mengangguk, memeluk pinggang Jaemin. "Iya, mama mengatakan agar aku menginap di rumahnya beberapa hari."
"Kau mau?" Tanya Jaemin.
Kembali mengangguk, Renjun menatap Jaemin. "Ya, mama sendirian."
"Kalau kau tak begitu suka dengan itu tak apa Renjun." Jaemin kadang masih melihat kecanggungan dalam diri Renjun saat bersama mamanya, meski kekasihnya itu tetap berbicara baik dengan mamanya. Jadi ia takut kalau Renjun tak akan begitu nyaman saat harus tinggal dengan mamanya beberapa hari.
"Mana boleh, mama sudah begitu baik padaku sampai aku kesulitan membalasnya. Ketika ada kesempatan untuk membalas itu walau sedikit, kenapa aku harus banyak alasan untuk mengiyakan permintaannya." Jawab Renjun.
"Ck, tidak seperti itu Renjun." Jaemin berdecak mendengar Renjun masih merasa bahwa semua hal yang ia dan mamanya berikan harus dibalas oleh Renjun.
Renjun terkekeh pelan, mengangguk mengerti kemudian mengusap kerutan samar pada dahi Jaemin karena tak setuju atas ucapannya. "Tidak Jaemin, aku benar-benar tak keberatan menemani mama."
Jaemin tersenyum menatap bibir Renjun sebelum mengecupnya, lalu kecupannya dibalas lumatan oleh Renjun. Jaemin pun menarik pinggang Renjun agar tubuh mereka semakin menempel seiring ciuman yang berubah jadi ciuman panas.
Jemari Renjun melepas pakaian Jaemin, tangannya mengerayangi kulit tubuh dominan itu dengan sentuhan panas. Jaemin mengerang diantara ciuman mereka, tangannya yang berhasil menurunkan celana Renjun langsung menaikkan sebelah kaki submisif itu agar melingkar pada pinggangnya.
Renjun melepas ciuman mereka untuk mendesah nikmat saat jemari Jaemin menggodanya, mengusap bokongnya serta bermain pada sekitaran tubuh sensitifnya lalu berakhir memasukkan jarinya dan bergerak penuh perhitungan di dalam sana. Membuat desahan Renjun semakin berisik mengisi rumah Jaemin.
Kegiatan itu terus berlanjut hingga Jaemin menyatukan tubuhnya dengan tubuh kekasihnya, mendapat kepuasan nikmat satu sama lain. Menumpahkan panas yang Jaemin harapkan untuk tumbuh jadi makhluk mungil yang akan menemaninya dan Renjun nanti.
"Winter, maaf apa aku boleh pergi sebentar?" Renjun menemui Winter begitu masuk jam istirahatnya.
Gadis itu mengerutkan dahinya. "Kemana?"
"Biasanya mama Na akan kemari, apalagi dua hari terakhir ia tak menemuimu. Ia pasti akan mencarimu kemari." Lanjut Winter.
"Aku sudah memberitaunya kalau aku ada keperluan." Lagi pula ia dan mama Jaemin akan bertemu dua hari lagi karena ia yang akan menginap di rumahnya, jadi mama Jaemin juga tak begitu sering menemuinya minggu ini.
Winter mengangguk mengerti. "Oh, baiklah."
Renjun tersenyum seketikan. "Kalau aku agak telat kembali, maaf ya?"
"Tidak apa, Renjun."
Biasanya Renjun akan meminta izin seperti itu untuk pergi menemui kakaknya, tapi hari ini tidak. Ia pergi ke sebuah cafe yang baru-baru ini ia temukan, tempatnya tak begitu besar tapi nyaman. Ia menyukai berbagai dessert yang ada di cafe tersebut, dan sengaja mengambil sedikit waktu jam istirahatnya untuk mencicipi beberapa dessert. Rasanya Renjun ingin mencoba seluruh menu yang ada, jadi setiap ia datang, ia akan memesan apa yang belum ia coba.
Saat ia tengah menikmati cheesecake miliknya, ponselnya berdering. Jaemin menghubunginya, Renjun hampir lupa kalau kekasihnya hari ini ada di rumah dan setiap tak pergi ke rumah sakit Jaemin akan mengajaknya makan siang bersama.
"Jaemin, apa kau sudah di tempat Winter?" Tanya Renjun.
📞 "Belum, aku menghubungi lebih dulu untuk memastikan kau masih di jam kerjamu atau sudah istirahat."
"Aku sedang istirahat, tapi aku tak di tempat Winter. Kita makan di restoran dekat tempatku sekarang saja." Renjun mengedarkan pandangannya keluar cafe, untuk memastikan ingatannya bahwa ada sebuah restoran tak jauh dari cafe itu.
📞 "Baiklah, aku pergi sekarang. Kau ingin makan apa?"
Renjun dapat mendengar suara Jaemin membuka dan menutup pintu rumah, dominan itu berbicara sembari berjalan menuju mobilnya.
Mendengar pertanyaan Jaemin, Renjun menjawab riang. "Apapun yang kau suka, aku ingin mencobanya."
📞 "Kenapa seperti itu?" Jaemin terkekeh.
"Aku sedang tak memikirkan apapun untuk makan siangku, jadi aku berpikir untuk mencoba makanan kesukaanmu." Renjun tersenyum lebar.
Renjun pikir keinginannya seperti itu hanya hari itu saja, tapi ternyata hingga beberapa hari kemudian pun ia tetap dengan keinginan yang sama.
Hari ini adalah hari pertama ia menginap di rumah mama Jaemin, dan saat wanita itu mengajaknya berdiskusi tentang makan malam mereka ingatan Renjun hanya tertuju pada Jaemin.
_____
Jaemin hari ini mendapat shift malam, ia berjalan menuju ruangannya saat mendapat telpon dari kekasihnya. "Ada apa Renjun? Kau nyaman tinggal dengan mama?"
Bukannya menjawab pertanyaan Jaemin, Renjun justru balik bertanya hal lain padanya.
📞 "Kau sudah makan, Jaemin?"
"Sudah, aku berangkat lebih awal dari rumah untuk makan dulu." Jaemin memberitau.
📞 "Tadi kau makan apa?" Suara Renjun terdengar benar-benar ingin tau.
Dan hal itu justru mengundang rasa penasaran juga bagi Jaemin. "Ada apa Renjun?"
📞 "Aku dan mama sedang membicarakan ingin makan malam apa, dan aku ingin sama dengan apa yang sudah kau makan." Jawab Renjun.
Jaemin mendengus geli mendengarnya, akhir-akhir ini kekasihnya itu begitu sering mengikuti semua yang ia makan. Dan itu terasa lucu bagi Jaemin, Renjun jadi mirip anak kecil.
"Aku akan pesankan menu yang aku makan tadi untuk kau dan mama." Ujar Jaemin menahan senyum.
📞 "Terimakasih, Jaemin."
"Iya, Renjun."
__________
Dari semalem gak berani buka wattpad karena malu sama kalian, aku bilang mau usahain update tapi ternyata susah mengusahakannya😭 maaf ya