23. Plead

1.2K 175 64
                                    

Renjun pulang dengan tangisannya, Niall pun tak sama. Karena jelas sekali anak itu tak bisa berhenti menangis karena Renjun yang mencoba menenangkannya pun terus menangis. Anak itu ketakutan juga ikut menangis bersama papinya.

"Maaf, sayang. Maaf..." Renjun merasa buruk untuk Niall, karenanya Niall terseret pada masalahnya. Karena masa lalunya Niall harus mengalami peristiwa buruk seperti tadi.

"Niall, tolong maafkan papi." Renjun berlari ke dalam rumahnya dengan air mata bercucuran.

Suara tangis Niall membuat dua pekerja rumah berlari menghampiri sumber suara, dan mereka semakin terkejut begitu melihat dua tuan rumah mereka sama-sama menangis. Renjun menangis sembari menggendong putranya.

Mereka hendak menghampiri lebih dekat, tapi melihat Renjun yang berjalan tergesa menuju kamar mereka kebingungan sendiri. Akhirnya mereka hanya mengikuti dengan khawatir.

Renjun membawa Niall menuju kamarnya, seolah ingin membawa anaknya bersembunyi dari semua kejahatan yang bisa menemui mereka. "Niall, maaf." Ia tak berhenti mengatakan itu dengan air mata yang turun semakin deras.

Niall yang melihat isakan papinya semakin keras, ikut meraung keras. Anak itu tak bisa menghentikan tangisnya. Kejadian tadi dari mulai terbangun karena terkejut, juga tiba-tiba dipisahkan dari pelukan papinya lalu kemudian mendapati orang asing menyentuh pakaiannya Niall rasanya enggan berhenti menangis.

Tubuhnya rasanya ingin ambruk, dengan gemetar kecil yang menunjukkan seberapa ia ketakutan dengan kejadian barusan. Dan tapi ia tak bisa menuruti kemauan tubuhnya untuk jatuh begitu saja, ia harus menenangkan Niall. Ia mencoba tetap berdiri, mengayun tubuh Niall dalam pelukannya. Tapi anak itu tak juga berhenti menangis, dan Renjun semakin khawatir juga merasa bersalah pada anaknya itu. Renjun pun pada akhirnya ikut meraung keras, dadanya sesak.

"Jaemin.. tolong panggilkan Jaemin!" Renjun berteriak histeris.

Begitu teringat Jaemin, Renjun semakin merasa buruk juga pada suaminya itu. Karena membuat anak kesayangan Jaemin mengalami hal buruk sampai membuatnya menangis tak henti seperti sekarang. Renjun tau itu akan membuat Jaemin kecewa padanya.

Renjun bersumpah akan memohon maaf pada Jaemin juga pada Niall, tapi sekarang ia berharap dominannya segera datang untuk Niall. Renjun tak bisa lebih lama lagi mendengar tangisan Niall, karena itu hatinya semakin sakit.

Pekerja rumah yang sejak tadi memang sudah bersiap menghubungi tuan rumah mereka yang satunya langsung bergerak cepat menuruti perintah Renjun. Posisi mereka yang berada tak jauh dari kamar membuat mereka bisa melihat jelas bagaimana penderitaan Renjun yang menangis sembari mencoba menenangkan putranya, submisif itu pun terlihat sama bersedihnya.

Salah satu pekerja mencoba bertanya. "Apa aku boleh mencoba menenangkan Niall?"

"Tidak, tidak." Renjun menggeleng tak mau, ia tak mau merasakan lagi lepas pelukan dari Niall. Apalagi oranglain yang akan meraih tubuh anaknya, Renjun tak mau. Harus Jaemin yang memeluk tubuh Niall, karena Jaemin akan melindungi Niall. Renjun tau bagaimana Jaemin akan melakukan apapun untuk menjaga putra mereka.

Jaemin datang dengan tergesa, dadanya berdebar begitu memasuki rumah dan disambut suara tangisan Niall yang mengerikan karena suaranya sudah nyaris habis. Juga jeritan ketakutan Renjun. "Renjun?"

Renjun menatap Jaemin penuh rasa lega, juga rasa bersalah. Ia berjalan terhuyung menghampiri Jaemin. "Niall..."

"Jaemin tolong Niall." Isaknya, tangannya menyerahkan tubuh Niall pada Jaemin.

Awalnya Niall tak ingin lepas dari Renjun, tapi saat mendengar suara ayahnya. "Sayang..." Niall pun mulai agak tenang, meski tetap menangis.

Jaemin menggendong tubuh Niall dan mengecup pelipisnya sayang, ia mengucapkan berbagai kalimat penenang yang manis.

Days Gone By ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang