Malam itu Renjun memeluk putranya, senyumnya terus terulas dengan hangat. Matanya tak lepas dari wajah mungil Niall yang terlelap tenang setelah tadi sempat menangis kencang. Renjun terkadang akan terkekeh sendiri saat menatap bayi mungil itu, masih merasa tak menyangka bahwa ia kini memiliki seorang anak. Jaemin pun setiap bangun tidur akan langsung menengok bayinya seolah untuk memastikan bahwa keberadaannya bukan mimpinya. Jaemin biasanya yang akan paling pertama meraih tubuh Niall jika mendengar tangisnya, tapi kali ini Renjun yang lebih dulu karena Jaemin tengah mandi.
"Aku yang lebih dulu." Renjun terkekeh melihat Jaemin yang tak lama kemudian keluar dari kamar mandi dengan tatapan terkejut mengetahui Niall terbangun.
Jaemin mengerutkan dahinya kemudian ikut terkekeh mendengar Renjun mengatakannya seolah mereka berebut tentang Niall. Tapi itu tak sepenuhnya salah, Jaemin sering ingin berlama-lama memangku tubuh putranya—masih begitu takjub bahwa bayi kecil itu miliknya dan Renjun. Dan Renjun memprotes bahwa jika Niall tidak menangis sebaiknya dibaringkan saja. Takut nantinya Niall akan sangat terbiasa dan terlalu nyaman dalam pelukan Jaemin, dan jika Jaemin tengah tak ada Niall akan sulit ditangani saat menangis. Bisa saja yang Niall cari adalah pelukan Jaemin.
Renjun pun mengatakan kalau dirinya tak apa terlalu banyak memeluk Niall juga karena akan memiliki lebuh banyak waktu dengan putranya, Jaemin saat itu menjawab sekenanya ia akan melakukannya jika Renjun mengingatkan. Bukan berarti Jaemin sosok pelupa, tapi ia akan lupa diri setelah tangannya bersentuhan dengan tubuh Niall. Jaemin selalu nyaman dengan keberadaan Niall pada pelukannya.
Kebiasaan Jaemin itu memang Renjun butuhkan juga jika ia sudah sangat mengantuk di malam hari, tapi Niall menangis lapar. Jaemin tak pernah membiarkannya kerepotan sendirian, ia yang akan meraih tubuh Niall untuk menenangkannya sementara Renjun membuat susu untuk bayinya. Setelah itu Jaemin akan menyuruh Renjun tidur begitu botol susunya diberikan padanya.
Selain itu Jaemin juga mencoba meringankan apapun yang akan memberatkan Renjun tentang mengurusi Niall, ia bahkan belum mengizinkan Renjun pulang dari rumah mama untuk memastikan Renjun tak kelelahan sendirian jika Jaemin tengah di rumah sakit. Ada orangtuanya yang membantu Renjun menjaga Niall.
"Kalau kau mengantuk tidur saja, Niall denganku." Jaemin yang telah selesai mengenakan pakaiannya menghampiri Renjun yang masih duduk dengan memangku tubuh Niall dan sebelah tangan yang memegang botol susu bayi itu.
Renjun selalu merasakan perasaannya menghangat setiap mendapat perhatian Jaemin, bahkan setelah adanya Niall pun itu tak membuat Jaemin hanya memberi afeksi pada bayi itu saja. Renjun pun selalu mendapat perhatian yang sama besarnya.
Jaemin rajin menanyakan perasaan Renjun setiap harinya, dominan itu sering mengetahui kasus baby blues dan ia tak ingin sampai Renjun mengalami hal itu. Jaemin juga selalu memastikan memiliki cukup banyak waktu untuk putranya, meskipun ia seharian ada di rumah sakit, begitu pulang ia akan memeluk Niall lama-lama. Seolah mengganti waktu seharian itu saat dirinya tak bersama Niall.
"Sebentar lagi." Renjun melihat bayi kecilnya yang mulai melepas hisapannya pada tempat minumnya.
Setelah membantu Renjun untuk menyimpan botol susu, Jaemin duduk di samping Renjun dan mengecup pipinya. "Kau harus melihat sendiri bagaimana wajahmu setiap menatap Niall."
"Apa sama sepertimu setiap menatapnya?" Tanya Renjun antusias, karena ia selalu melihat bagaimana tatapan Jaemin yang terlihat begitu menyayangi Niall.
"Mungkin lebih dari itu." Jawab Jaemin.
"Kau selalu terlihat begitu mencintainya." Ujar Renjun, ia juga ingin memperlihatkan bagaimana ia begitu mencintai Niall dengan begitu besar.
Alasan Renjun untuk tetap disini, untuk tetap membuka mata setiap pagi sekarang tak hanya Jaemin, karena ia memiliki satu lagi alasan untuk tetap baik-baik saja. Niall.
Sering saat terbangun tengah malam Renjun akan menatap dua orang itu bergantian, untuk mensyukuri semua yang ia miliki sekarang lebih banyak lagi. Karena saat ini ia kembali memiliki keluarga—orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Itu artinya Renjun tak lagi sendirian.
Setelah sebelumnya ia kehilangan keluarganya, kehilangan alasannya untuk tetap hidup. Sekarang ia memiliki Jaemin yang mau menyayanginya, ditambah Niall yang jadi alasan senyumnya. Renjun senang dengan semua yang ia miliki dan dapatkan.
Ia akhirnya benar-benar merasakan kehidupan normal, dan ini adalah kehidupan yang mungkin dulunya tak pernah ada dalam bayangan Renjun sama sekali mengingat bagaimana jauhnya kehidupan ia dari kata normal. Membuatnya tak bisa memiliki sebuah mimpi, karena rasanya gelap. Satu-satunya yang ia inginkan dulu hanya segera berhenti bekerja disana. Memiliki sebuah keluarga kecil, tak pernah ada dalam bayangannya.
"Apa aku juga terlihat mencintaimu?" Jaemin menempelkan bibirnya pada sudut bibir Renjun.
Renjun mengangguk, tentu saja. Ia selalu merasakan cinta Jaemin, dan ia bahagia karena itu. Bertemu orang yang mau menerimanya, yang begitu baik dan mencintainya. Mengajaknya memiliki hubungan serius kemudian memiliki seorang putra yang akan menemani mereka berdua. Semua itu kadang seperti dongeng tak masuk akal untuknya, tapi setiap tatap juga peluk Jaemin memang nyata adanya.
Jaemin tersenyum, tangannya meraih tubuh Niall dari Renjun untuk ia baringkan di atas ranjang kecil bayi kesayangannya itu. Begitu bayinya itu berbaring, Jaemin menatapnya sebelum menyentuh hidung mungil anaknya itu. "Niall banyak mengambil wajahmu."
"Mama juga mengatakan itu tadi." Renjun berdiri di samping Jaemin, menatap anak mereka yang terlelap nyaman di tempatnya. "Padahal aku berharap ia mengambil bulu matamu."
Ucapan Renjun itu membuat Jaemin tertawa pelan, ia berbalik menatap Renjun. "Yang ada pada Niall semuanya adalah milikmu."
"Akan bagus kalau Niall juga sepertimu." Renjun menatap iri bulu mata suaminya, ia selalu berharap anaknya akan mewarisi itu tapi sayangnya Niall justru duplikat dirinya.
"Tidak, lebih bagus ia memang mirip denganmu. Aku puas dengan itu." Jaemin tersenyum lebar.
Renjun terkekeh, kemudian mengecup rahang Jaemin lalu memeluk tubuhnya. Jaemin membalas pelukan itu, lalu berbisik penuh harap. "Renjun juga Niall, aku harap kalian selalu bahagia."
"Kau juga, Jaemin." Kata Renjun.
Dominan itu kembali memberi kecupan sayang pada pelipis submisifnya. "Jika kalian sudah mendapat bahagia, disana juga aku merasakan itu." Jawab Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days Gone By ✔
Fiksi PenggemarJAEMREN NA JAEMIN - HUANG RENJUN ⚠️⚠️⚠️ bxb mature