Beberapa hari ini, Jaemin tak lagi melihat Renjun yang terlalu larut dengan kesedihannya. Jika di awal-awal kejadian, Renjun begitu sering duduk melamun atau mungkin hanya berkutat dengan jurnalnya. Sekarang Renjun mulai ikut lagi makan bersama di meja makan dengannya dan Niall, tapi Renjun sangat terlihat masih tak berani menyapa Niall lebih dulu.
Namun Renjun tetap mau menjawab pertanyaan Niall dengan singkat, dan mata yang selalu berkaca-kaca. Seolah semua rasa bersalahnya tetap ia bawa, padahal Jaemin selalu mengatakan padanya nyaris setiap malam sebelum tidur agar Renjun segera melupakan itu. Tapi mungkin memang tak semudah itu, maka Renjun pun masih sering melempar tatapan penuh rasa bersalah padanya Niall maupun padanya. Dan akhir-akhir ini submisif itu sudah tak semengkhawatirkan minggu lalu, maka Jaemin pun berani kembali ke rumah sakit.
"Mama, tolong temani Niall dan Renjun sampai aku pulang." Sebelum berangkat, Jaemin memastikan mamanya benar-benar akan datang ke rumahnya.
📞 "Iya, mama tak akan pulang sebelum kau ada di rumah. Sebentar lagi mama kesana." Jawab nyonya Na.
📞 "Tapi Jaemin, apa kejadian itu benar-benar tak membuat Niall trauma?" Kekhawatiran mamanya terdengar jelas.
Iya, mamanya tau tentang bagaimana Renjun dan Niall yang baru mengalami hal buruk. Tapi Jaemin hanya menceritakan sebatas, bahwa Renjun dan Niall sempat bertemu orang asing yang mengganggu mereka, sampai hampir membawa Niall. Mamanya jelas khawatir dan menyarankan Jaemin untuk memberi supir untuk Renjun jika ia ingin pergi dengan Niall, agar ada yang menjaga mereka.
Dan Jaemin hanya bisa diam saat mendengar saran mamanya itu, saat ini Renjun tak terlihat ingin pergi dalam waktu dekat—Renjun sendiri yang mengatakannya juga pada Jaemin.
"Tidak, ma. Niall terlihat baik-baik saja. Anak itu hanya mengingat kuenya yang jatuh hari itu." Jawab Jaemin.
Dan yang memiliki trauma justru bukan Niall, melainkan Renjun.
"Mama, aku ingin meminta tolong juga untuk jangan mengungkit hal itu di depan mereka." Jaemin tak ingin Renjun yang sudah sedikit membaik jadi teringat lagi, dan justru membuatnya kembali larut dengan semua hal buruk itu. Juga Jaemin tak ingin Niall yang baik-baik saja, justru jadi balik mempertanyakan hal yang sebenarnya tak ia ketahui jelas.
Jaemin sudah kembali pada rutinitasnya lagi, dan Renjun juga harus mau berinteraksi dengan Niall tanpa adanya Jaemin disana. Karena tak mungkin ia mengabaikan kesayangannya itu. Saat ada Jaemin, Renjun akan dengan sengaja membiarkan Jaemin lebih banyak berinteraksi dengan Niall.
Renjun tak pernah berusaha terlibat dalam pembicaraan ayah anak itu—sebenarnya Renjun berusaha, tapi bagian dari hatinya menolak. Rasa bersalahnya masih begitu mendominasi. Jadi ia hanya memperhatikan bagaimana Niall dan Jaemin, terkadang Niall juga menanyakan beberapa hal dan Renjun hanya bisa menjawab singkat.
Dan sekarang setelah Jaemin tak bisa seharian bersama Niall, Renjun harus memaksakan diri bersikap seperti biasa lagi pada Niall.
Tapi itu adalah hal yang sulit.