"Ayah, Niall mau kue." Jemari mungilnya menunjuk buku cerita bergambar yang ia miliki, melihat karakter kelinci dalam buku itu membuat kue.
Jaemin yang baru turun hendak membawa anaknya ke rumah mama, duduk sebentar melihat gambar yang anaknya tunjuk. "Kue apa?"
"Kelinci." Jawab Niall lucu, dan Jaemin tersenyum kemudian mengusap kepalanya. "Iya, kemarin papi pesan kue pada kakak Viona. Besok akan datang."
Kebetulan kemarin Renjun melihat Viona yang memamerkan kue lucu buatan temannya, dan Renjun langsung teringat Niall.
Niall seketika bangun dari posisi tengkurapnya, bertanya memastikan. "Kuenya untuk Niall?"
"Iya." Jaemin terkekeh, tangannya merapihkan pakaian Niall lagi sebelum benar-benar pergi.
"Renjun, benar kau tak akan ikut?" Jaemin menoleh pada Renjun yang tengah mengemas tas kecil Niall untuk diisi botol minum kesukaannya, dan baju ganti. Memang Jaemin tak berniat menginap, tapi itu untuk jaga-jaga jika baju Niall kotor.
"Tidak, aku akan disini saja." Renjun tersenyum.
Jaemin membalas senyumannya, ada sedikit rasa sedih mengingat Renjun masih takut untuk keluar rumah setelah kejadian hari itu. Padahal itu nyaris satu tahun berlalu. "Baiklah, kapan-kapan mau ya?"
Mendengar nada bicara Jaemin yang lembut, Renjun merasa bersalah. Tapi ia juga belum memiliki keberanian lebih untuk keluar, takut bertemu lagi laki-laki itu. Ia juga sebenarnya takut Niall bertemu lagi dengan sosok itu, tapi mengingat Jaemin yang bersamanya Renjun tau kalau Niall akan aman. Tak seperti saat dengannya, hanya kecelakaan yang menimpa anak itu.
"Iya."
Tak lama setelah berangkatnya Jaemin dan Niall, Renjun mendapati Viona yang menghubunginya dan mengatakan permintaan maaf karena kue yang Renjun pesan tak bisa datang besok karena Viona ada acara. Ia mengatakan Viona akan datang lusa.
Renjun tak bisa menunggu sampai lusa, apalagi Niall sudah mendengar bahwa kuenya akan datang besok.
"Viona, tapi bisa tetap kirim kuenya besok kan?"
📞"Temanku yang membuat kue juga sedang sibuk, jadi maaf Renjun. Aku bantu mencari toko kue yang lain, bagaimana?"
"Tidak apa, aku bisa mencarinya sendiri." Renjun teringat permintaan Niall tadi pada Jaemin, ia ingin kue yang seperti di buku ceritanya.
📞"Renjun sekali lagi maaf."
"Iya, tidak apa."
Setelah mematikan sambungan telpon, Renjun menghampiri tempat Niall tadi membaca buku. Renjun meraih buku itu dan mencari letak gambar kue, setelah menemukannya ia merasa akan lebih baik mencari kue yang lebih mirip dengan ini.
Ia menelan salivanya susah payah, keraguan dalam hatinya membuatnya tertahan di tempatnya. Ia bisa pergi keluar?
Selama ini ia tak pernah keluar lebih jauh dari sekitaran rumah, ia selalu memastikan dirinya ada pada jangkauan rumah Jaemin. Dan sekarang ia harus pergi? Ia takut, tapi ia juga ingin membeli kue yang Niall inginkan, ia ingin mencari apa yang anaknya inginkan.
Beberapa saat Renjun hanya duduk termenung memikirkan itu, sampai akhirnya ia beranjak dari posisi duduknya. Mungkin ini adalah sebuah pertanda untuk Renjun mau memberanikan diri keluar, mau memaksakan diri lagi pergi lebih jauh dari lingkungan rumahnya dan Jaemin. Agar ia tak terus menganggap apa yang pernah terjadi bisa terulang lagi padanya.
"Jaemin, maaf aku tidak ikut ke rumah mama." Renjun pun menghubungi Jaemin, setelah memperkirakan suaminya itu sudah sampai tujuan.
📞"Iya, Renjun. Aku sudah mengatakannya, tidak apa-apa. Aku mencoba mengertimu."