Usia Niall memasuki enam belas tahun dan antara Renjun dan Niall masih juga sama. Rupa Niall benar-benar mengambil sebagian besar rupa Renjun, hanya saja matanya lebih bulat dengan garis wajah yang lebih menunjukkan pendiam dan pemalunya ia. Berbeda dengan Renjun yang sejak Jaemin mengenalnya pun ia melihat banyak senyum usil di wajahnya, meski dirinya mengimpan luka sekalipun.
"Bagaimana kegiatan kalian hari ini?" Renjun berdiri di sampingnya, bergabung dengannya untuk membuat makan malam.
Sekarang, pertanyaan itu adalah apa yang sering Renjun lontarkan padanya. Submisif itu akan dengan antusias mendengarkan cerita kegiatan Niall, memastikan dirinya tak melewatkan apapun yang berhubungan dengan anaknya itu.
Mengenai hubungan Renjun dan Niall sekarang, mereka hanya saling berbicara seperlunya. Jarak antara mereka masih terasa, membuat Niall jauh lebih dekat dengan Jaemin.
"Ia dekat dengan seseorang." Jaemin mengatakannya sembari menahan senyum, lucu rasanya setiap mendengarkan anaknya bercerita tentang itu.
Renjun menoleh cepat, terkejut juga sama tak bisa menahan senyumnya. "Sejak kapan?"
"Ia baru bercerita padaku kemarin, tidak tau sudah dekatnya sejak kapan." Kemarin kebetulan jadwal Jaemin menjemput Niall karena tak ada shift di rumah sakit, dan di perjalanan anaknya itu bercerita tentang salah satu kenalan dekatnya.
"Namanya Rui, ia bilang beberapa hari ini Rui terus menawarkan mengantar pulang Niall." Ada kekehan ringan dalam ucapan Jaemin itu.
"Apa aku tak usah mengirim supir saja untuk menjemput Niall besok?"
Renjun mengerutkan dahinya sambil tersenyum geli melihat raut antusias Jaemin, apalagi ucapannya barusan terdengar sekali tak sabarnya. Renjun sebenarnya cukup mengerti itu, karena ia pun merasakan gelitik menyenangkan mengetahui kedekatan anak mereka dengan seseorang.
"Kau kenapa terlihat begitu semangat, Jaemin?" Tanya Renjun menahan kekehan.
"Aku besok ada di rumah, kalau Rui mengantar Niall pulang aku bisa tau sosok Rui seperti apa." Jaemin benar-benar ingin tau seperti apa orang yang bisa membuat Niall tak melepas senyum bahagianya setiap bercerita.
Senyum Renjun pun tak bisa ditahan melihat Jaemin. "Apa lagi yang Niall ceritakan soal Rui itu?"
"Niall tak segamblang itu menceritakan sosoknya, tapi aku pikir ia tertarik pada Rui karena ia begitu pandai menemukan obrolan menyenangkan. Mengingat Niall yang pemalu dan sulit diajak berbicara, aku mengerti kenapa Niall menyukainya." Ujar Jaemin.
"Di sekolahnya bagaimana?" Renjun bertanya lagi tentang orang yang Niall sukai itu.
Jaemin melirik ke arah pintu kamar Niall memastikan anaknya tak akan dulu keluar selama ia masih membagi ceritanya pada Renjun. "Niall mengatakan Rui mengikuti ekskul musik."
"Mereka memiliki hari yang sama untuk ekskul, dan menurut Niall mereka akan saling menunggu jika salah satunya lebih dulu bubar. Bukankah khas sekali anak remaja?" Jaemin kembali terkekeh.
"Karena itu yang bisa dilakukan anak remaja untuk menyampaikan bahwa mereka saling mencintai."
Dominan itu mengangguk setuju mendengar ucapan Renjun. "Benar." Kemudian ia mendekat untuk mengecup bibir Renjun.
Lalu tiba-tiba Jaemin mengeluh. "Ah, iya. Kenapa aku tak pernah memperhatikan orang yang bersama Niall setiap aku menjemputnya, bisa saja ada Rui disana kan?"
"Apa Niall juga memberikanmu penggambaran sosoknya?" Tanya Renjun.
"Renjun, kau tau? Niall hanya terus mengatakan kalau Rui tampan. Ia tak pernah menyebutkan secara spesifik bagaimana rupa Rui." Ujar Jaemin.