3. Uneasy

2.1K 267 39
                                    

"Sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Renjun?" Winter tak mengeti kenapa Jaemin memintanya agar membantunya memiliki lebih banyak waktu dengan Renjun.

Sejak beberapa hari kebelakang, Winter sudah berpikir untuk menemui Jaemin untuk bertanya suatu hal tentang Renjun. Dan pagi ini ia langsung melihat kedatangan dokter muda itu ke restorannya, pertanyaan yang hendak ia lontarkan sempat tertahan karena Jaemin justru bercerita lebih dulu. Dan ternyata dari cerita singkat itu, Winter menyadari bahwa keinginannya untuk menanyakan hal itu semakin besar. Dan akhirnya ia berhasil melempar pertanyaan itu pada Jaemin.

Bagaimana Winter tak penasaran, hari ini Jaemin memintanya untuk memberi waktu pulang lebih awal bagi Renjun. Sementara jauh sebelum Jaemin mengatakan itu Renjun sudah lebih dulu memintanya agar menyibukkan dirinya, bahkan Renjulah yang secara tak langsung memintanya memprotes Jaemin tentang jemputan itu.

"Winter, apa kau benar-benar tak keberatan hampir setiap hari aku dijemput Jaemin?"

"Renjun kalau kau masih berpikir aku akan cemburu padamu? Tidak. Aku tak mungkin mau pada Jaemin."

Renjun mengangguk mengerti, tapi bukan itu poinnya. "Tidakkah kau merasa kalau ia menjemputku, aku seperti diburu-buru untuk pulang. Padahal mungkin kau masih perlu bantuan disini."

Tidak, Winter masih memiliki pegawai lainnya. Tapi ia peka bahwa Renjun tak nyaman dengan jemputan Jaemin itu, apalagi ia juga melihat sendiri perubahan hubungan antara dua orang itu.

Saat itu Winter tak bisa mengatakan pada Jaemin tentang asumsinya itu, tapi juga tak bisa membiarkan Renjun dengan rasa tak nyamannya. Akhirnya ia mengusulkan untuk Jaemin menghubungi salah satu dari mereka lebih dulu, dengan dalih untuk memastikan semua pekerjaan telah selesai.

Tapi setelah itu Renjun kembali menunjukkan sebuah keanehan dengan menawar sebuah pekerjaan tambahan, saat Winter mengomentarinya. Renjun hanya melirih. "Aku ingin lupa beberapa hal."

Winter pikir itu ada hubungannya dengan kepergian kakak Renjun, tapi semakin kemari Winter merasakan bahwa yang tengah Renjun lakukan adalah menghindari Jaemin. Apalagi keakraban mereka tampaknya hilang. Maka tak salah jika Winter penasaran apa yang terjadi antara keduanya, juga memangnya hubungan macam apa yang dimiliki mereka.

"Aku melakukan kesalahan." Jaemin menatap pintu ruangan Winter, mereka tak berbicara di luar atas permintaan Jaemin karena ia tak mungkin membicarakan Renjun sementara submisif itu bisa berada disekitarnya dan mendengar permintaannya pada Winter.

"Aku marah padanya dengan cara yang buruk. Dan aku menyesal telah mengucapkan kalimat itu, aku begitu merasa bersalah padanya." Lanjut Jaemin lemah, mengingat kesalahan mulutnya selalu membuatnya lemas.

"Aku sedang berusaha meminta maaf." Ujar Jaemin.

Selama mendengar penuturan Jaemin, Winter hanya menyipitkan matanya. Mencurigai suatu hal yang sejak tadi pun mengganggunya. "Kalian, memiliki hubungan?"

"Tidak, tapi aku menginginkan hal itu." Jawab Jaemin.

"Hah?"

"Aku sudah mengatakan mencintainya. Tapi ia selalu mengabaikannya, dan tak menjawab apapun." Jaemin tanpa sadar menghela napasnya saat mengatakan itu.

"Kau meminta maaf dan mengungkapkan cinta di waktu yang sama?" Winter belum menangkap apa yang sebenarnya Jaemin permasalahkan sekarang, permintaan maafnya atau ungkapan cintanya?

Jaemin mengerti kenapa Winter terlihat bingung dengan apa yang telah ia ceritakan, tapi memang kenyataannya seperti itu. Ia masih sering mengucapkan maaf pada Renjun meski submisif itu selalu menjawab bahwa tak ada kesalahan yang Jaemin lakukan, tapi Jaemin menangkap bahwa Renjun belum bisa memaafkannya dilihat dari bagaimana sikapnya masih menjaga jarak terhadapnya.

Dan Jaemin pun banyak mengungkapkan perasaannya pada Renjun, untuk memberitau bahwa ia menginginkan submisif itu sebagai kekasihnya. Ia tak mungkin diam memendam semuanya disaat ia seyakin itu pada perasaannya terhadap Renjun.

"Kau pikir aku juga mudah mengungkapkan apa yang ingin aku katakan? Aku ingin dimaafkan, tapi aku juga ingin mengatakan kalimat cinta padanya setiap saat. Aku ingin Renjun tau bahwa aku sungguh-sungguh, untuk penyesalanku juga perasaanku."

"Renjun tak balik mencintaimu?" Tanya Winter.

"Sudah aku katakan ia tak pernah merespon semua ungkapanku, ia benar-benar bertingkah seolah tak mendengar semuanya. Jadi aku tak tau sebenarnya apa yang ia pikirkan tentang ungkapan cintaku." Jawab Jaemin.

Winter agaknya mengerti kebingungan Jaemin, tapi bukankah seharusnya Renjun dengan mudah mengatakan penolakan kalau memang tak mencintai Jaemin?

Winter agaknya mengerti kebingungan Jaemin, tapi bukankah seharusnya Renjun dengan mudah mengatakan penolakan kalau memang tak mencintai Jaemin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Renjun temanku, ma. Ia juga tinggal disini denganku."

Tubuh Renjun rasanya berubah kaku begitu mendengar suara Jaemin mengatakan hal itu.

Sebenarnya tadi Renjun sudah pergi bekerja, bahkan ia sudah merencanakan untuk meminta izin pada Winter agar membiarkannya tinggal lebih lama dari jam pulang seharusnya. Tapi dengan tiba-tiba saat ia membantu rekan kerjanya merapihkan pesanan ke dalam mobil untuk di antar, Winter memintanya sekalian menemani temannya itu mengantar makanan karena menurutnya untuk mengingatkan perbedaan pesanan yang ada.

Winter juga memintanya mengganti pakaiannya menjadi pakaian santainya, dengan alasan bahwa nantinya Renjun akan tak nyaman jika lama kelamaan mengenakan pakaian kerja apalagi banyaknya pesanan yang akan mereka antar akan membuat mereka cukup lama berada di luar.

Dan Renjun menurutinya tanpa menaruh curiga. Tapi setelah mengantar satu pesanan, rekan kerjanya yang mengemudikan mobil membawa mereka ke daerah yang Renjun kenal betul. Dan ternyata mereka memang sampai di rumah Jaemin, Renjun langsung menatap temannya, menanyakan salah satu pemesannya adalah Jaemin? Jawabannya bukan, karena mama Jaemin yang memesan makanan dari sana.

Berakhirlah Renjun tak dibiarkan kembali lagi oleh Jaemin begitu ia bertemu dengannya, lalu dokter muda itu justru membawanya ke hadapan mamanya dan mengenalkannya.

Renjun diajak berbicara juga oleh wanita cantik itu, Renjun pun mengatakan tentang Jaemin yang membantunya mendapat pekerjaan. Dan membolehkannya tinggal disini. Alasan Renjun mengatakan itu tentu sebagai rasa terimakasih juga karena putra dari nyonya Na begitu baik padanya.

Selain itu Renjun juga memberitau tentang ia yang tak memiliki keluarga lagi, untuk hal ini ia menceritakannya bukan untuk mendapat rasa kasihan. Tapi memang nyonya Na yang bertanya tentang keluarganya.

Meski mama Jaemin begitu baik padanya, tapi Renjun tak bisa menghilangkan ketegangan yang ia miliki karena berhadapan dengannya.

Renjun sudah memikirkan bagaimana jika nyonya Na tiba-tiba memutuskan untuk menginap disini? Rasanya Renjun akan jauh lebih canggung lagi. Tapi ternyata di sore harinya, wanita itu pamit pulang dan sebelum keluar rumah ia mengulas sebuah senyum untuk Renjun.




















Keluar dari rumah putranya, nyonya Na langsung meraih ponselnya. Menghubungi putri dari salah satu temannya.

"Winter?"

📞 "Iya? Bagaimana makanan dari restoranku?"

Pertanyaan yang begitu Winter harap jawaban baiknya justru diabaikan nyonya Na, ia balik bertanya pada gadis itu. "Kau tau kalau Renjun yang bekerja di tempatmu itu tinggal dengan Jaemin?"

📞 "Iya tau." Jawab Winter lesu.

"Itu kekasih Jaemin kan?"

Sekarang Winter justru meringis karena mendapat pertanyaan itu.

Days Gone By ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang