Days got better

1.1K 137 42
                                    

Selama ini Jaemin tak pernah sekalipun menuruti egonya yang ingin melihat kedekatan Renjun dan Niall lagi dengan memaksa mereka berinteraksi. Ia tau Renjun yang masih dibayangi trauma dan rasa bersalahnya, ia tau Niall yang segan dan tak berani memulai pembicaraan dengan papinya. Maka Jaemin hanya mengikuti alurnya, tak menekan salah satu dari kesayangannya itu. Mencoba mengerti situasi, mencoba memahami perasaan semua orang.

Tapi jelas keinginan besarnya adalah melihat Renjun dan Niall dekat kembali, maka begitu melihat bagaimana akhir-akhir ini kedua orang itu lebih banyak berinteraksi Jaemin begitu senang. Rasanya apa yang menjadi ganjalan dalam hatinya hilang, kelegaan itu memenuhi hatinya.

Jaemin yang menyadari itu, sementara Renjun dan Niall sendiri hanya menikmati waktu mereka. Tanpa disadari keduanya, jarak antara mereka perlahan memudar.

Setiap harinya Niall selalu disambut senyum hangat Renjun, dan pertanyaan penuh perhatian yang manis. Keinginan Renjun untuk lebih dekat lagi dengan Niall semakin besar semenjak tau bahwa, ia tak mau membiarkan anaknya larut dalam kesedihan.

Dan Niall sendiri pun mencoba menekan segala keraguannya untuk berbicara lebih banyak lagi dengan papinya, kesedihannya karena Rui sedikit tertutupi dengan rasa senangnya karena bisa lebih akrab lagi dengan papinya.

"Papi?" Niall bahkan sekarang berani untuk memanggil papinya lebih dulu. Padahal sebelumnya ia selalu menunggu papinya yang memulai membuka suara.

"Iya?"

"Sedang sibuk ya?" Niall mulai tak segan lagi bertanya hal yang tengah dilakukan papinya. Anak itu masuk ke kamar orangtuanya.

"Tidak, ada apa?" Renjun yang tengah merapihkan rak dan wadah peralatan jurnalnya, memutuskan menghentikan kegiatannya saat Niall menghampirinya. Menatapnya dengan senyum, menilik raut apa yang dibawa Niall hari ini— Renjun benar-benar ingin memastikan Niall baik-baik saja setiap harinya, tanpa raut murung.

"Ayah bilang kemarin papi memesan lavender." Sebelumnya Niall harus menyampaikan apapun pada papinya lewat ayahnya, sekarang ia justru lebih antusias menyampaikan apapun dari ayahnya pada papinya. Niall selalu suka berinteraksi dan berbicara dengan papinya, maka disaat ada kesempatan ia akan mengambilnya.

Renjun mengangguk, tersenyum lembut melihat bagaimana mata Niall tak sendu seperti minggu lalu saat anak itu menceritakan tentang dirinya yang memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Rui karena Rui yang terlihat mencintai oranglain.

"Ah, iya papi pesan itu. Apa ayah sudah pulang?"

Niall mengangguk menjawab hal itu. Renjun menarik lembut lengan Niall dan mengajaknya kembali turun untuk menghampiri Jaemin.

"Papi, kapan akan menanamnya?" Tanya Niall.

Renjun tersenyum mendengarnya, sudah lama ia melewatkan segala tanya penasaran anaknya dan sekarang ia mendapatinya lagi. Rindunya pada sosok Niall satu persatu mulai bisa diobati.

"Itu untuk di dekat kolam dan di dekat jendela depan." Jawab Renjun, karena ia memang hanya memesan tanamam kecil untuk hiasan di beberapa bagian rumahnya saja.

Niall mengerutkan dahinya mengingat seberapa banyak yang tadi diturunkan di depan rumahnya, itu tak akan hanya untuk tempat-tempat yang disebutkan papinya saja. "Ayah membeli banyak." Ujar Niall.

"Benarkah?" Renjun menatap Niall, mengerang gemas melihat anaknya mengangguk lucu. Ia pun mengusap pipinya dan mencubit pelan itu, sekarang ia lebih leluasa lagi untuk melakukan itu pada Niall tanpa ragu.

"Musim dingin kemarin membuat tamannya tak terlihat bagus lagi, akan bagus kalau kita menanam lagi agar saat musim semi semuanya kembali cantik." Jaemin membersihkan kedua telapak tangannya setelah selesai memindahkan beberapa barang.

Days Gone By ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang