Renjun menyadari bahwa nafsu makannya bertambah, ia pikir bahwa tubuhnya mungkin menerima baik semua vitamin yang dikonsumsinya hingga membuat perubahan yang baik juga pada pola makannya. Tapi ia juga terkadang merasa begitu mudah lelah akhir-akhir ini, bahkan hari ini ia memutuskan tak berangkat kerja karena merasa tubuhnya tak akan bisa diajak bergerak seperti biasanya.
"Kepalamu sakit?" Jaemin mengusap kepala Renjun saat kekasihnya duduk di sofa, menjatuhkan kepalanya dengan lemas pada sandaran sofa.
"Tidak." Renjun menggelengkan kepalanya.
Jaemin mencoba mencari tau lebih banyak soal keluhan Renjun. "Tenggorokanmu?"
"Baik-baik saja."
"Apa lagi yang kau rasakan?"
"Tidak ada, aku hanya ingin tiduran saja." Renjun menjawab semua pertanyaan Jaemin seperlunya, karena ia benar-benar merasa bahwa berbicara terlalu banyak akan terasa melelahkan.
Jaemin mengusap lengan Renjun. "Kau yakin? Kalau aku pergi sekarang bagaimana?" Ada ragu dalam dirinya untuk meninggalkan Renjun sendirian.
"Iya, pergi saja. Aku baik-baik saja." Renjun tersenyum tipis.
"Apa aku harus minta mama menemanimu?"
Renjun menggelengkan kepalanya. "Tidak usah."
"Mana ponselmu?" Jaemin harus memastikan kalau Renjun berada dekat dengan ponselnya sendiri. "Segera beritau aku kalau ada apa-apa."
"Iya." Jawab Renjun.
Dan setelah Jaemin berangkat, Renjun hanya duduk setengah berbaring seperti itu.
Renjun mencoba mengingat-ingat alasan tubuhnya jadi begitu aneh seperti ini, seingatnya ia tak memakan hal yang baru. Ia juga tak memiliki alergi pada makanan tertentu. Tentang cuaca biasanya juga Renjun baik-baik saja, tubuhnya tak semanja itu.
Tapi memang kemarin ia pulang malam dari restoran tanpa memakai jaket, sementara Jaemin tak bisa menjemputnya membuatnya pulang sendiri dengan pakaian seadanya. Entah apa yang membuat tubuhnya jadi rewel seperti ini.
Cukup lama Renjun hanya berbaring seperti itu, hingga ia merasa cukup lapar. Tangannya menyentuh perutnya hendak menggerutu karena tubuhnya sedang lemas tapi nafsu makannya memaksanya untuk bergerak.
Lalu ia tersentak atas praduganya.
Ia hamil? Renjun menelan salivanya, napasnya berubah lebih cepat. Dadanya berdebar dengan perasaan khawatir yang kembali ia rasakan.
Sejak Jaemin memintanya berhenti mengkonsumsi pil pencegah kehamilan, Renjun sudah memiliki kekhawatiran itu. Tapi ia tak mau membuat Jaemin kecewa, karena begitu menanyakan tentang keyakinan dominan itu untuk memiliki seorang anak darinya Jaemin terlihat begitu yakin.
Banyak hal yang Jaemin berikan padanya, dan Renjun tak bisa membayarnya. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mengiyakan seluruh keinginan Jaemin, tapi sekarang Renjun berbalik takut mengecewakan Jaemin.
Sebelumnya, Renjun pernah mengalami infeksi rahim.
Dari pekerjaan yang ia miliki dulu sangat banyak hal buruk yang Renjun dapat, termasuk sakit yang ia alami dari infeksi itu. Dan juga ia pernah mendengar bahwa infeksi tersebut akan cukup berpengaruh padanya. Dulu Renjun yakin dirinya sudah sembuh, tapi ketakutan itu tiba-tiba Renjun miliki sekarang.
Dan ada juga yang baru Renjun sadari detik ini, dari bagaimana seringnya ia bersetubuh dengan banyak orang, banyak pula kebiasaan pelanggan-pelanggannya yang harus Renjun ikuti. Alkohol adalah salah satu yang sering dengan terpaksa Renjun minum untuk mengikuti kemauan pelanggannya, tak jarang ia juga harus ikut mencoba menyesap tembakau. Dulu Renjun tak memikirkan apapun, dalam benaknya hanya bagaimana ia harus melakukan itu selagi ia membutuhkan uang.