3

28 2 0
                                    

Rombongan dari Fakultas Pertanian tersebut sudah sampai di tempat wisata. Ada yang duduk karena lelah berjalan. Ada juga yang dengan penuh enerjik mengelilingi tempat itu. Yang sibuk berfoto-foto pun ada, karena tak ada seorangpun yang bisa menampik keindahan di tempat wisata tersebut.

Kila, Karmila, Kinan, dan Keisya memilih untuk duduk bersama. Mereka adalah anak PKL dari salah satu SMK yang ada di daerah Purwokerto. Mereka asik berbicara membicarakan keindahan tempat tersebut. Lebih tepatnya Karmila dan Keisya yang asyik mengobrol. Sedangkan Kila dan Kinan sudah klop banget nge-game. Kalau sudah masalah game mereka berdua akan duduk dengan anteng.

"Bagaimana tadi perjalannya?" Tanya pembimbing instansi mereka dan ikut bergabung dengan ke empat anak PKL tersebut.

"Seru pak" jawab Karmila sambil melirik Kila dan Kinan yang masih sibuk dengan game mereka.

"Itu berdua lagi ngapain, kayaknya sibuk banget" tegur Pembimbing instansi.

Dengan terpaksa mereka menghentikan permainan mereka. Kila dan Kinan tersenyum ramah dengan hati terpaksa. Begitu juga Kinan, ia kesal sendiri harus mengakhiri permainannya.

"Main game pak, hehehe" cengir Kila sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sang pembimbing instansi tersenyum tipis. Dia sama sekali tidak keberatan jika mereka main game. Lagipula ini bukan jam kerja kan? Ini merupakan hari libur dan liburan yang harus di nikmati.

"Maaf ya pak, Kila dan Kinan memang suka begitu" kata Kamila sungkan.

"Iya pak, maafkan mereka berdua ya pak" sahut Keisya.

"Tidak apa apa, silahkan di lanjut main gamenya. Saya mau ke sana dulu" kata Pembimbing instansi dan segera bangkit untuk bergabung dengan yang lain.

Mereka berempat bernafas lega. Untung saja tidak dimarahi oleh pembimbing instansi. Bisa malu-maluin nama sekolah kalau hal itu sampai terjadi.

"Ga lanjut main game?" Sinis Karmila lelah dengan teman gamer nya itu.

"Ga mood" balas Kila malas.

"Foto foto aja yok" ajak Keisya bangkit dari duduknya dan mencari objek yang estetik untuk berfoto.

Mereka pun berfoto ria. Berbagai gaya sudah tertangkap oleh salah satu HP milik mereka.

Tak jauh dari mereka lebih tepatnya di bawah pohon dua orang pria tengah memperhatikan mereka. Tidak tidak, lebih tepatnya hanya satu yang memerhatikan dan yang satunya mengejeknya.

"Delengi terus... Kaya arep ilang tok" (Lihatin terus.... Seperti mau hilang saja) ledek Jono kepada temannya yang sedari tadi memperhatikan ke empat anak remaja yang sibuk berfoto ria itu. Di seruputnya kopi yang baru ia beli lalu mendesah pelan.

"Ko kelalen apa piwe Jon? Emang dela maning pada ilang kan?" ( Kamu lupa apa gimana Jon? Emang sebentar lagi mereka hilang kan?) Balas Rahman sambil bersandar di pohon dan fokus berbicara dengan Jono. Sesekali ia menerawang kembali memperhatikan mereka.

"Maksudnya?" Tanya Jono belum konek kemana arah pembicaraan Rahman.

"Ingat gak kata si bocil? Katanya dia PKL tinggal sebulan lagi... Artinya?" Jawab Rahman memberi pemahaman Jono.

"Oh iya iya paham. Kalau suka bilang aja lah Man" kata Jono sambil menghisap rokoknya.

"Apa apa?! Rahman beneran suka anak PKL?!!" Tiba tiba Arif dan Bandi ikut nimbrung pembicaraan mereka membuat Jono mendengus pelan. Ia sebenarnya tidak begitu suka jika ia tengah berbicara dengan santai seperti ini di ganggu oleh perusuh seperti Bandi dan Arif. Privasi mereka berdua selalu saja diganggu oleh dua perusuh itu.

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang