28

11 0 0
                                    

Pagi ini Rahman bersiul senang. Ia mengerjakan pekerjaannya dengan senyuman manisnya. Ia sudah mempunyai ide baru. Ia akan mengubah rencananya. Kalau tidak bisa diajak ketemuan kenapa ia tak datang saja ke rumah Kila?

Anak itu tak dapat menghindar lagi sekarang. Jono yang baru berangkat terheran-heran melihat Rahman begitu sumringah hari ini. Jono pikir Rahman sedang kesurupan penunggu fakultas hingga menyebabkan Rahman senyum-senyum sendiri seperti itu.

"Kesurupan man?" Tanya Jono menyindir Rahman. Tanggapan Rahman hanya menggelengkan kepalanya saja.

Jono mengangkat bahunya acuh dan berjalan menuju pantry. Ia mulai mengerjakan pekerjaannya yaitu mempersiapkan peralatan untuk rapat. Ia mulai pergi ke ruang rapat besar dan menyiapkan ruangan tersebut untuk rapat dengan dibantu beberapa staff dari Tata Usaha.

Disisi lain Kila sedang bertarung dengan pikirannya sendiri di ruang ujian. Rasanya pikiran Kila berdebat memperdebatkan antara jawaban A atau C. Kila menggeram frustasi dalam hati. Inilah akibatnya kalau tidak ingat satu saja materi. Semuanya akan membuatnya buyar. Dengan sabar ia melewati soal tersebut dan mengerjakan soal lainnya yang lebih mudah.

Kila sangat fokus mengerjakan soal-soal ulangannya sendiri. Ia tak mempedulikan teman satu kelasnya yang memanggil manggil namanya. Ia benar-benar tidak peduli. Untuk apa mereka memanggil manggil Kila. Apakah mereka semalam tidak belajar? Kila tidak peduli kalaupun tidak punya teman dikelas karena tidak pernah mau memberikan contekan.

Kila merasa rugi jika memberikan contekan kepada mereka. Dia sudah berusaha semalaman belajar, eh temannya dengan enaknya meminta jawabannya?! Big no! Rasanya jika Kila memberikan contekan kepada mereka, seperti usahanya sia-sia saja.

Setelah waktu selesai akhirnya Kila dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Ia memutuskan untuk belajar kembali untuk ujian mapel berikutnya.

"Kila?! Kamu pelit banget sih ga mau ngasih contekan!" Salah satu teman kelas Kila menghampiri Kila. Lalu yang lainnya juga ikut menghampiri.

"Iya tuh! Egois banget" tampak anak perempuan dengan softlens dimatanya itu memutar bola matanya malas.

"Ga usah ditemenin" kata anak perempuan lainnya yang tampak cantik.

"Ya sudah sana pergi, ngapain disini" Kila berkata seperti itu dengan santai. Entah sejak kapan sifat Jono melekat kepada Kila. Fokusnya sama sekali tak teralihkan dari bukunya.

"Ihh, sok banget si kamu! Awas ya kalau ada apa apa kita ga mau bagi-bagi sama kamu!" Kesal si anak perempuan dengan softlens dimatanya.

Kila mengangkat bahunya acuh. Mereka ini kenapa sih? Bukannya belajar malah buang-buang waktu untuk mengancam Kila. Kan kalau belajar juga manfaatnya untuk mereka sendiri. Mereka akan merasa mudah ketika mengerjakan soal jika belajar. Tak perlu mencontek untuk menjawab soal-soal ujian.

Kila terus belajar dan menghafalkan materi bersama salah satu teman kelasnya yang selalu bersamanya. Yah walaupun mayoritas anak kelas tidak dekat dengan Kila namun ada dua atau tiga yang dekat dengannya.

Ulangan jam terakhir ini dapat Kila kerjakan dengan baik. Setelah selesai ia segera menyelesaikan kertas ulangannya dengan cepat. Kila benar-benar ingin segera pulang dan beristirahat sebentar sebelum kembali belajar untuk ulangan esok hari.

"Assalamualaikum, Kakak pulang" Kila masuk ke rumahnya. Tak didapatinya adik-adiknya dirumah. Kila mengangkat bahunya acuh dan segera masuk ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

"Waalaikumusalam, makan dulu nak" kata Humaira yang sedang melipat pakaian sambil menonton televisi. Namun putrinya sama sekali tak menanggapinya. Humaira melihat di celah pintu yang sedikit terbuka. Ternyata putrinya tidur, mungkin dia lelah dan kurang tidur.

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang