56

11 0 0
                                    

Sudah tiga Minggu Kila kembali ke Purwokerto. Ia sudah puas bermain kembali dengan teman-temannya. Namun gadis itu malam ini tengah cemberut sambil duduk menikmati udara malam di teras depan rumah Ayahnya.

"Ekhem! Anak ayah kenapa nih?" Jono duduk di samping Kila yang tengah melamun sambil cemberut itu. Jono meletakkan segelas kopi yang ia bawa di sampingnya.

"Kila... Kok melamun gitu sih, nanti kesurupan tau rasa" ledek Jono. Namun, Kila tetap cemberut.

Jono menghela nafas anaknya diam saja. Ia menangkup pipi anaknya dan mengarahkan untuk menatapnya. Setelah putrinya menatapnya ia melepaskan tangannya dari pipi Kila.

"Kenapa? Lagi kesel?" Tanya Jono seakan mengerti dengan apa yang tengah Kila rasakan.

"Ish, temen ayah tuh... Sibuk ngapain si dia... Udah dua Minggu loh yah, dia jadi jarang ke sini... Ga ngajakin Kila jalan lagi" adu Kila kepada ayahnya

"Maksudmu Rahman?" Tanya Jono. Kila menganggukkan kepalanya.

"Ayah juga kurang tau sih, tapi dia selama ini tetep ke kantor kok" kata Jono

"Dah lah males sama Maman" Kila kembali cemberut.

"Emm... Kila..." Panggil Jono. Ia ragu untuk mengatakan apa yang ingin ia sampaikan. Bagaimana kalau anak itu tidak kembali?

"Apa?!" Sahut Kila ketus

"Papamu minta kamu tinggal sama dia di-"

"Gak mau Yah... Kila mau sama kalian aja" potong Kila saat tau kemana arah pembicaraan Jono.

"Dengerin Ayah dulu... Kalau kamu gak mau, nanti Ayah dituduh Papamu egois. Dan kalau itu terjadi, Papamu akan bawa kamu paksa dari Ayah dan Mama" Jono mencoba memberikan pengertian kepada Kila

"Gak mau Yah... Kila gak mau" rengek Kila. Tiba-tiba hatinya merasa sesak seakan dia sedang diusir oleh Jono untuk tinggal bersama papanya.

"Kalau kamu mau, Papamu cuma minta waktu tiga bulan untuk tinggal bersamamu. Setelah itu dia akan mengembalikan kamu ke Ayah dan Mama" Jono terus berusaha memberi pengertian kepada putrinya yang keras kepala.

"Hahaha mengembalikan" Kila tersenyum miring

"Ayah kira Kila ini barang pinjaman?" Kila tak percaya dengan apa yang ayahnya katakan.

"Oh ayolah, ini demi kebaikanmu. Kalau kamu mau tinggal sama Ayah dan Mama selamanya, kamu harus ikut Papamu untuk sementara waktu. Dia ingin menghabiskan waktu denganmu walau hanya sebentar. Ia sudah berjanji akan bawa kamu kembali ke Ayah sama Mama"

"Kalau kamu keras kepala terus, nanti dia pikir Ayah dan Mama yang egois. Dan dia akan bawa kamu selamanya dari Ayah sama Mama" Jono mulai frustasi mengingat anaknya ini begitu keras kepala. Rasanya ia ingin menangis saja jika Kila benar-benar dibawa selamanya oleh Khalid. Bahkan matanya kini mulai berkaca-kaca.

Melihat hal itu Kila tidak tega. Apa dia harus ikut Ayah kandungnya? Jika ia tak ikut dia akan dibawa paksa dan tak akan bertemu lagi dengan Ayah dan Mamanya. Hal itu juga berdampak Kila tak dapat bertemu dengan teman-teman serta seluruh saudara saudaranya di Purwokerto.

Ia juga tak ingin membuat Ayahnya frustasi seperti itu. Jika memang ini yang terbaik... Baiklah, Kila sepertinya harus ikut bersama ayah kandungnya. Hanya sementara saja Kila, sebulan itu tidak lama. Dan setelah itu kamu bisa kembali bersama Ayah dan Mamamu.

"Iya deh Kila mau, udah Ayah ga usah frustasi gitu" Kila kembali cemberut dan masuk ke kamarnya. Apakah akan menyenangkan tinggal bersama Papanya?

Kila kembali lagi ke teras dan duduk di samping Jono. Ia memeluk lengan Jono dan bersandar disitu.

"Memangnya Papa tinggal dimana Yah?" Tanya Kila. Saat dikamar ia baru ingat untuk menanyakan hal itu.

"Jakarta" jawab Jono sambil meminum kopinya.

"Jauh dong... Terus kerjaan Kila gimana? Kan Kila kerjanya di Yogyakarta" keluh Kila

"Nanti kamu bicarakan saja sama Papamu" kata Jono. Memikirkan hari Kila pergi bersama Khalid tiba membuat Jono galau. Pasti nanti putranya juga akan sedih. Tapi apa daya Jono, dia hanyalah Ayah tiri Kila saja dan Khalid lebih berhak terhadap Kila.

Khalid (Papa nya Kila)

Si Kila mau tinggal sama
kamu.

Oke, besok saya jemput.
Lebih cepat lebih baik.

Jono hanya membaca pesan dari Khalid. Selebihnya dia merasa khawatir akan keselamatan putrinya. Orangtua Khalid saja berani mengancam Khalid akan membunuh Humaira dan seluruh keluarganya. Lalu bagaimana Jono tidak khawatir akan keselamatan Kila selama tinggal dengan Khalid.

Ia begitu khawatir kalau orangtua Khalid tak menerima Kila dan akan menyakitinya. Apa yang harus Jono lakukan? Ia tak ingin putrinya kenapa-kenapa. Ia sudah terlanjur sangat menyayangi Kila sebagai anaknya.

"Yah... Kenapa?" Humaira menepuk pelan bahu suaminya yang tengah melamun. Raut wajahnya terlihat begitu gelisah.

"Kila sudah setuju tinggal sama Khalid untuk beberapa saat. Ayah khawatir aja Ma sama orangtua Khalid. Bagaimana kalau mereka tau identitas Kila dan akan menyakiti anak kita? Mereka aja berani mengancam anak mereka sendiri, lantas bagaimana dengan Kila nanti?" Jono menghembuskan nafasnya kasar

"Benarkah dia setuju? Kenapa ayah bahas sih? Kalau anakku gak kembali gimana" Humaira mulai menangis mengetahui Kila setuju tinggal bersama Khalid. Dengan lembut Jono membawa istrinya ke pelukannya. Ia juga tak berdaya, jika tidak seperti ini justru putri mereka akan dibawa selamanya oleh Khalid.

"Mau bagaimana lagi Ma... Ayah lebih gak mau Kila dibawa selamanya sama mantan suamimu itu" Jono mengelus kepala istrinya yang berada di pelukannya.

"Kita berdoa aja agar Kila cepat kembali. Karena besok Khalid akan menjemputnya. Kamu kasih tau Kila gih, Ayah ga sanggup ngomong lagi" Jono menghidupkan korek apinya dan membakar ujung rokoknya. Pikirannya benar-benar kacau karena anak PKL yang berubah status menjadi anaknya.

Hari ini Raden sedang bermanja-manja dengan kakaknya. Hila juga tak mau ketinggalan. Mereka benar-benar menempel dengan kakaknya seperti perangko.

"Kak, Raden dengar Kakak akan tinggal dengan Ayah kandung kakak?" Tanya Raden dengan nada sedih. Ia juga mendengar Jono berbicara kalau dia takut kalau Kila tak akan kembali.

"Hmm, hanya sementara waktu aja Den. Setelah itu kakak pasti kembali sama kalian" Kila mengusap-usap kepala Raden lembut. Kila tau pasti adiknya khawatir kalau Kila tidak akan kembali. Kila juga tau kalau Raden sangat menyayanginya.

"Janji kembali" Raden menunjukkan jari kelingkingnya. Kila terbengong dan menautkan kelingkingnya ke kelingking Raden. Ya Kila akan kembali! Pasti.

"Kakak janji! Tunggu aja ya" setelah mengucapkan itu Kila memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang.

~Ren Ofii~


Dipublikasikan pada
Selasa, 30 Januari 2024

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang