10

11 0 0
                                    

Hari demi hari berlalu. Kegiatan di Fakultas Pertanian kembali seperti biasa. Suasananya kembali monoton. Lain halnya dengan siswa kelas Sebelas SMKN 2 Jayakuta. Mereka disibukkan dengan revisi laporan.

"Syakila Khaira Aisyah" panggil pak Ahmad selaku guru pembimbing PKL kelompok yang PKL di Fakultas Pertanian, Dinas Tenaga Kerja, dan Fakultas Peternakan.

"Saya pak" jawab Kila was was. Kemarin laporannya banyak yang dicoret oleh Pak Ahmad. Semoga kali ini tidak banyak coretan lagi. Sukur-sukur laporannya di ACC hari ini.

"Semuanya sudah bagus, tinggal perbaiki beberapa saja. Ini, ini dan ini" kata pak Ahmad sambil mencoret beberapa kata yang harus diperbaiki. Membuat Kila menggeram dalam hati.

"Silahkan diperbaiki, saya ACC laporanmu hari ini" pesan Pak Ahmad yang membuat Kila lega karena laporannya sudah di ACC oleh guru pembimbingnya.

"Ini lembar yang sudah saya ACC tolong disimpan ya, kasih ke saya menjelang seminar. Jangan sampai hilang" pesan Pak Ahmad lagi.

"Baik Pak, terimakasih" balas Kila seadanya

"Jangan lupa untuk meminta tanda tangan ke instansi ya. Setelah itu dijilid dengan cover berwarna biru" kata Pak Ahmad mengingatkan.

"Baik Pak. Kalau begitu saya pamit dulu Pak. Assalamualaikum" jawab Kila lalu pamitan pergi.

"Waalaikumusalam, Selanjutnya Karmila Khairunnisa" Panggil Pak Ahmad dari ruangannya.

Karmila segera masuk dengan perasaan cemasnya. Sudah dua kali ini ia revisi, ia berharap laporannya tidak ada yang salah lagi. Rasanya ia ingin menangis saat laporannya banyak yang dicoret coret oleh guru pembimbing.

"Masih ada yang perlu di perbaiki. Usahakan konsisten, kalau mau penulis ya konsisten penulis, ini masih ada beberapa yang menggunakan penyusun"

"Ini juga pemilihan katanya kurang tepat" kata pak Ahmad sambil mencoret kata yang salah

"Perhatikan spasi, jika menjorok gunakan 1,27. Font gunakan Times new roman. Ini pakai apa ini?" Tanya pak Ahmad sambil memberikan tanda tanya pada laporan Karmila

"Calibri kayaknya ini, diperbaiki lagi ya..." Kata pak Ahmad sambil menyerahkan laporan Karmila.

"Baik pak" kata Karmila tak bersemangat. Ia keluar ruangan dengan lemas dan mendapati Kila menunggunya disana.

"Kamu kenapa lemes gtu Mil?" Tanya Kila heran dengan teman satu PKL nya itu.

"Huaaaa Kilaaaaa, laporanku belum di ACC" tangis Karmila lelah dengan laporan PKL nya yang terus saja dicoret-coret oleh guru pembimbingnya.

Kila memeluk Karmila menenangkan anak itu. Ia terus menyemangati Karmila agar anak itu kembali bangkit dan segera menyelesaikan laporannya.

"Udah udah, tinggal diperbaiki kok ... Pasti setelah ini selesai. Yok bisa yok" kata Kila menepuk punggung Karmila pelan.

"Iiihhh Kilaaa.... Masalahnya aku tuh udah gada anggaran buat ke warnet" Karmila kembali mewek mengingat ia tak lagi mempunyai anggaran untuk pergi ke warnet lagi.

"Kita benerin ke kantor aja yok, boleh kok kata Pak Danu. Sekalian aku minta tanda tangan ke pembimbing instansi dan Dekan" hibur Kila

"Ih, tapikan ga enak Kil. Tau sendiri lah ya..." Rengek Karmila sambil mengusap air matanya.

"Udahlah, buang dulu rasa gak enak dan malu kita. Yang penting laporan beres. Aku juga masih ada yang perlu dibenerin sedikit pakai komputer laboratorium hehe" kata Kila menyemangati.

Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke kantor dengan dalih Karmila akan meminjam komputer laboratorium untuk memperbaiki laporannya dan Kila meminta tanda tangan ke pembimbing instansi dan Dekan Fakultas Pertanian.

Sesampainya di kantor, mereka segera meluncur menuju laboratorium. Diperjalanan menuju laboratorium yang terletak dilantai dua Kila mendengar adzan Dzuhur berkumandang.

"Mil, ke mushola dulu yok. Kita sholat dulu biar tenang. Kita berdoa agar urusan kita dilancarkan" ajak Kila tetap lurus saat akan mengambil belokan untuk menuju laboratorium. Ia lurus menuju musholla dekat pantry.

Jono dan Rahman sangat senang melihat mereka kembali ke kantor setelah seminggu berlalu. Mereka sudah melihat mereka saat sudah sampai di ujung tangga lantai dua. Dan yang membuat mereka semakin senang, mereka berdua mampir dulu ke mushola.

"Aqua, kamu kok balik lagi ke sini" kata Jono meledek Kila. Namun Kila tak menanggapi ledekan Jono seperti biasanya.

"Iya nih Jun, laporanku dicoret-coret terus sama guru pembimbing. Tinggal perbaiki dikit pinjam komputer sini hehehe" jawab Kila dengan cengiran tak berdosanya. Bodo amat sama malu, yang penting laporannya segera selesai. Ia sudah begitu lelah berhadapan dengan laporan Praktik Kerja Lapangan.

"Kamir... Ko tes nangis apa?"(Kamir... Kamu habis nangis apa?) Tanya Jono melihat kantung mata Karmila yang agak tebal seperti habis menangis. Sedangkan Karmila memilih tidak menjawab karena masih galau dengan laporannya yang perlu diperbaiki dan belum di ACC.

"Iya Jun, laporannya belum di ACC. Banyak yang dicoret coret sama bapack Ahmadun mustopa" kata Kila dengan melebih-lebihkan perkataannya saat menyebut nama Pak Ahmad.

"Husss, itu gurumu loh" tegur Jono dengan tingkah Kila

"Ah elah, bercanda kali Jun. Lagian sebel saya dicoret-coret terus laporannya" jawab Kila dengan ekspresi sok sedihnya.

"Hajar aja yang nyoret nyoret laporan" sahut Rahman yang sedari tadi diam membuat Karmila tertawa membayangkan perkataan Rahman jika Kila benar-benar menghajar guru pembimbingnya.

"Ciee Karmila tertawa...." Ledek Kila melihat temannya kini tertawa. Itu lebih baik daripada sebelumnya.

"Ku kira Maman sad, ternyata sesad" kata Kila yang membuat Rahman cengengesan.

"Udah ga usah sedih, ga usah ngeluh. Tinggal diperbaiki doang kan? Kalian pasti bisa. Jalani saja dijamin ngalir dan gak kerasa pasti selesai" kata Jono memberi semangat kepada mereka berdua.

"Bener tuh cil, jangan nakal terus makanya" ledek Rahman tak nyambung menurut Kila.

"Apa hubungannya sama saya nakal" dengus Kila

"Iya tuh, dasar sok tau" bela Karmila

"Ya udah Jun, Man. Kita mau sholat dulu, kalian jangan lupa sholat" peringat Kila. Lalu ia segera masuk ke mushola untuk menunaikan ibadah sholat Dzuhur.

Selesai menunaikan ibadah sholat Dzuhur, Kila dan Karmila segera menuju laboratorium untuk menyelesaikan urusan mereka.

Bunyi printer menggema di ruangan administrasi laboratorium. Kila tengah memprint ulang bagian yang salah dan sudah diperbaiki. Sedangkan Karmila masih sibuk memperbaiki kata yang salah.

Kedua anak remaja itu terlihat lelah. Kantung mata yang tebal efek habis menangis begitu kentara di wajah Karmila. Teman Kila yang satu itu memang sangat emosional dan mudah menangis jika menyangkut tugas yang memberatkannya.

Sedangkan Kila tak nampak kantung mata, meski begitu wajah pucatnya menandakan bahwa anak itu tengah melawan rasa sakitnya demi tugas. Pola makannya dipastikan tidak lagi teratur.

"Aku ke bawah dulu ya Mil, mau minta tanda tangan pembimbing instansi" pamit Kila kepada temannya. Takutnya temannya yang satu itu tidak ingin ditinggal.

"Kamu sudah selesai?" Tanya Karmila masih sibuk menarikan jarinya di atas keyboard.

"Sudah, ini tinggal minta tanda tangan pembimbing instansi. Kalau tanda tangan Dekan setelah seminar kan?" Jawab Kila dengan balik bertanya juga.

"Iya deh, tapi nanti balik lagi ya" kata Karmila menatap temannya itu. Kila berkata oke dengan gerakan isyarat dari tangannya.

~Ren Ofii~

Dipublikasikan pada
Jumat, 19 Januari 2024

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang