Rahman mengehentikan motornya setelah sampai dirumah Jono. Kila yang sudah bangun beberapa menit yang lalu menguap dan menutup mulutnya. Ia turun dari motor Rahman.
"Mama, Ayah I'm back.... Raden, Hila keluar kalian" teriak Kila
"Hus, anak perawan kok teriak-teriak gitu sih" tegur Rahman
"Biarin"
Rahman geleng-geleng kepala dengan sikap Kila. Bagaimana bisa bocil Kila ini bisa hidup di perantauan dengan sikap kekanakannya ini. Rahman benar-benar tak mengerti keseharian Kila di sana.
"KAKAKKKK" Raden berteriak dari dalam setelah mendengar suara kakaknya. Ia berlari dan membuka pintu kalau segera menubruk Kila dan memeluknya erat.
"Kakak Raden kangen..." Kata Raden dengan manja
"Masa sih..." Ledek Kila pura-pura tak percaya
"Ish, bacot kak" kata Raden belum mau melepaskan pelukannya.
"Siapa yang ngajarin?!" Tegur Kila mendengar Raden berbicara kasar. Anak berusia sepuluh tahun itu mengangkat dua jarinya untuk mengajak perdamaian.
"Ya Allah anak Mama inget pulang juga, ayo masuk" kata Humaira dari pintu. Dibelakangnya juga ada Jono yang juga merasa bahagia putrinya pulang dengan selamat.
Mereka pun masuk dan Kila langsung duduk di sofa. Raden langsung membuka tas yang dibawa Kila dan melihat isinya dengan antusias.
"Wah ini yang Raden minta... Kakak yang terbaik pokoknya" Raden mengambil souvernir gantungan kunci dengan ukiran candi Borobudur .
"Dek ini gelang kamu dek" kata Raden mengambil gelang tali yang berbandul menara Eiffel dan menyerahkan kepada Hila .
"Makasih Yayu" kata Hila memeluk kakaknya. Kila menepuk pelan kepala adiknya. Ia merasa senang adiknya senang.
"Oh iya ini untuk Mama" Kila memberikan satu kotak oleh-oleh untuk Humaira
"Dan ini untuk Ayah" Kila juga memberikan kotak yang sama seperti ibunya untuk ayahnya.
"Oh iya yah, yang ini nanti dibagikan aja di kantor ayah ya" kata Kila sambil menunjuk satu kresek besar yang berisi oleh-oleh.
"Untuk saya gak ada?" Gurau Rahman yang sedari tadi tiduran di sofa yang kosong. Dia begitu lelah dan kurang tidur karena keasyikan semalam. Untung saja ia tak lupa untuk menjemput Kila.
"Ada Man... Ga usah khawatir... Nih ada baju, ada makanan, ada souvernir juga. Nih ambil" kata Kila mengambil kresek yang berisi oleh-oleh untuk Rahman.
"Kok banyak banget Kil? Ga habis gajimu itu?" Tanya Jono heran melihat Kila membawa oleh-oleh yang begitu banyak. Kelihatannya juga harganya mahal-mahal.
"Ngga Yah... Gaji Kila masih ada kok. Sekali-kali ya kan" kata Kila anak itu kembali menguap karena masih mengantuk. Ia menyuruh Rahman duduk agar Kila bisa duduk, karena sofa yang tadi ia duduki bersama Jono sudah diduduki Humaira dan adik-adik Kila.
"Duduk Man" perintah Kila. Dengan malas Rahman mengubah posisinya menjadi duduk. Rahman melihat Kila yang begitu lelahnya. Anak itu juga mulai berbaring dan menjadikan paha Rahman sebagai bantalnya. Ia membiarkan keluarganya melihat-lihat oleh-oleh yang ia bawa dari Yogyakarta.
Rahman mengusap-usap kening Kila. Ia benar-benar merindukan orang yang sekarang sudah berada di depannya. Karena kesalahannya anak ini pergi jauh dari Purwokerto. Kali ini Rahman tak mau ceroboh lagi.
"Wah liat nih Man, Kita dibelikan batik ternyata. Bagus juga ya" Jono melihat kresek oleh-oleh Rahman yang berisi batik juga walau coraknya berbeda.
"Heran saya Jon, darimana Kila dapat uang sebanyak itu untuk beli oleh-oleh sebanyak itu. Tadi aja saya sempat bingung gimana bawanya" kata Rahman
"Mungkin rezeki Kila Man, dan dia bagi rezekinya untuk orang-orang terdekatnya" kata Jono yang sibuk dengan pakaian barunya
Sementara itu seorang pria tengah memperhatikan mereka. Rautnya terlihat sedih dan memandang rumah Jono sendu. Pria itu adalah Khalid, ia sudah memperhatikan sedari tadi, tampaknya putrinya hidup bahagia di rumah yang menurut Khalid tidak terlalu besar. Apakah ia harus tetap menuntut untuk mendapatkan putrinya? Tapi ia tak ingin mengacaukan kebahagiaan orang yang dicintainya serta putrinya.
Dengan lemas Khalid meninggalkan pekarangan rumah Jono dan menuju salah satu rumah yang pernah ia beli di Purwokerto. Khalid tak ingin membuat kerusuhan hari ini. Rencananya ia akan memantau bagaimana kehidupan putrinya disini.
Jono melirik Rahman yang tertidur dengan bersandar di kursi dengan tangannya yang mengusap pelan kepala Kila. Putrinya itu juga tertidur di pangkuan Rahman dengan nyenyaknya. Jono ingin marah, namun ia pikir keduanya sama sama lelah. Apalagi ia tau semalam Rahman habis berkumpul dengan teman-temannya sampai larut malam.
"Huffft, untung mereka gak macem-macem ya Ma... Kalau iya udah ayah gibeng si Rahman. Ya walaupun si Rahman udah punya niat baik, tetep aja mereka belum boleh hanya sekedar seperti itu" Jono menunjuk dua sejoli yang sangat pulas tertidur.
"Sabar ya Yah... Yang penting mereka gak melewati batas" Humaira mencoba menenangkan suaminya.
Hari sudah sore dan Rahman membuka matanya. Ia memandangi sekitarnya, ternyata ia masih dirumah Jono. Rahman melihat kebawah merasa ada yang berat di atas pahanya dan itu adalah kepala Kila yang berbantalkan pahanya.
Pria itu tersenyum senang. Akhirnya penantiannya berakhir. Kila sudah pulang dan dia sendiri yang menjemputnya. Ia berjanji akan memperbaiki dirinya agar pantas bersanding dengan anak itu.
"Dek... Bangun" Rahman membangunkan Kila dengan lembut.
"Hnggh... Masih ngantuk" anak itu enggan membuka matanya. Rahman mengelus lembut kepalanya. Pasti Kila kurang tidur selama beberapa hari belakangan ini.
"Saya mau pulang... Bangun dulu. Kalau kamu ga bangun saya gimana pulangnya" kata Rahman lembut
"Ga mau..." Kila memeluk pinggang Rahman dengan satu tangannya yang tak tertindih tubuhnya. Jika begini lama-lama bisa gawat untuk Rahman.
"Ayo bangun dong... Pindah ke kamar sana kalau memang masih ngantuk.... Saya harus pulang. Udah sore ini" Rahman mencoba bersabar.
Akhirnya dengan terpaksa Kila bangun dan mengucek matanya. Melihat jam dinding yang ada diruang tamu. Matanya membelalak setelah melihat jam berapa saat ini.
"Huaaaa Ayahhh Mamaaaa Kila belum Dzuhur dan sekarang udah masuk Ashar... Mama Ayahhh" pekik Kila saat mengetahui sudah pukul tiga lebih.
"Ya Allah Kila... Ayah ga tega bangunin kamu karena kelihatannya kamu lelah banget" sesal Jono
"Iihh... Ayah mah... Kalau masalah sholat ga usah pandang tega atau ga tega... Yang penting Kila tetep sholat " rengek Kila tak terima dengan tindakan ayahnya.
"Ya udah sana ashar... Jangan ngomel, nanti ga ashar lagi " Jono mengalihkan pembicaraan. Dan untungnya putrinya langsung bergegas ke kamarnya.
"Saya pulang dulu ya Jon " kata Rahman dan mengambil kresek oleh-oleh yang diberikan Kila padanya.
"Hati-hati dijalan Man" pesan Jono dan kembali ke dapur bersama istrinya.
~Ren Ofii~Dipublikasikan pada
Sabtu, 27 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalani Saja [TAMAT]
Teen FictionMenceritakan kehidupan anak SMK dengan Lika-liku kehidupannya. Syakila Khaira Aisyah, siswa SMKN 2 Jayakuta. Banyak rahasia tersembunyi dibalik cerianya seseorang yang akrab dipanggil Kila. Kila jatuh hati pada seseorang di tempat ia melaksanakan pr...